42. Haikal dan Raga

42 8 0
                                    

 "Kak, kamu beneran gak sibuk? Padahal aku bisa sendiri jemput Mamih, papih sama Mas Aga" Aca memasuki mobil Haikal.

"Enggak, sayang. Lagian masa mamih, papih sama mas Aga dateng aku gak ada. Ya gak enaklah" Haikal memajukan tubuhnya pada Aca. Memasangkan belt gadis tersebut. Mencuri ciuman pada pipi Aca.

"Kakak, Ih!" Haikal selalu suka menggoda Aca seperti itu. Wajah Aca akan memerah. Nampak lucu namun amat cantik. "Ada anaknya juga. Sempet-sempetnya deh" Aca menggerutu sebal. Haikal hanya terkekeh gemas.

Berutung lalu lintas sore itu tak macet. Aca dan Haikal bisa sampai di Bandara tepat waktu. Hanya menunggu beberapa waktu Sosok mamih, papih dan Raga muncul.

"Sayang, itu omah sama opah" Bisik Aca pada Hasya sontak membuat Hasya berlarian kecil menghampiri Soraya, Hadi dan Raga.

"Ya ampun, cucu omah" Soraya menjongkokan dirinya. Demi memeluk Hasya. Pun dengan Hadi dan Raga.

"Sayang" Ucap Soraya memeluk Aca erat. Hadi dan Raga pun melakukan hal yang sama. Bisa Haikal lihat ketiganya amat menyayangi Aca dan Hasya.

"Mih, pih, Mas, ini kak Haikal. Ayah nya Hasya" Aca menarik Haikal. Mengenalkannya pada Soraya, Hadi Dan Raga.

Dengan berani Haikal mengulurkan tangannya pada Soraya dan Hedi pun dengan Raga.

Soraya dan Hedi menatap Haikal lembut. Walaupun mereka melakukan kesalahan. Toh, semua tak sepenuhnya salah Haikal. Aca pun secara sadar melakukannya. Yang terpenting Haikal mau bertanggung jawab. Aca dan Hasya pun nampak bahagia. Kecewa tentu saja. Yang terpenting sekarang bagi Soraya dan Hadi adalah kebahagiaan Aca dan Hasya.

"Haikal, Tante" Soraya memeluk Haikal erat. "Makasih ya" Lirih Soraya. Tersenyum hangat.

"Haikal, Om" Kini Hadi yang menjabat tangan Haikal.

"Sehat, Kal?" Hadi berbasa-basi.

"Sehat, Om" jawab Haikal dengan senyum kaku diwajahnya.

Terakhir, Raga. Jujur saja nyali Haikal sempat ciut saat berhadapan langsung dengan Raga. Jika Hadi dan Soraya sudah berbicara dengannya melalui telpon. Raga orang yang selalu berkilah tiap kali Haikal berusaha berbicara dengannya. Dan saat ini. Raga ada dihadapannya.

"Haikal, Mas" Haikal mengulurkan tangannya. Raga hanya membalas jabatan Haikal kemudian memberikan sebuah anggukan. Tanpa berkata apapun. Aca menghembuskan nafasnya pelan. Ia tau tak akan mudah bagi Haikal.

"Hi, Cantik" Raga menjadi sosok ya g berbeda saat berhadapan dengan Hasya. Dalam hati Haikal bersyukur. Setidaknya bisa Haikal rasakan bahwa Raga sangat menyayangi Hasya.

Aca mengelus lengan Haikal, lembut. Memberikan senyuman hangat untuk Haikal. Mencoba menenangkan lelakinya tersebut. Haikal menatap Aca tersenyum lembut. Tatapan Haikal seolah berkata.

"Aku, gak pa-pa. Makasih ya"

Aca menggenggam jemari Haikal erat. Sedikt kaget karena Aca menautkan tangannya didepan keluarga Aca yang bahkan ini pertama kalinya Haikal bertemu. Tapi dilain sisi. Haikal senang bukan main. Bukankah itu berarti, Aca mempercayainya.

"Mas, Didepan aja sama Kak Haikal. Biar Aca dibelakang sama Mamih papih" Ucap Aca. Dijawab anggukan oleh Raga.

"Ayah, Hasya boleh sama Ayah?" Hasya menatap Haikal penuh harap.

"Hasya sama Om Aga aja. Mau?" Hasya mengangguk.

selama perjalanan Hasya tak berhenti berceloteh. Membuat suasana mobil hangat. Apapun Hasya tanyakan pada Raga atau Haikal. Dengan sabar Haikal menjawab setiap pertanyaan Hasya. sesekali lengan Haikal terjulur mengelus pucuk kepala Hasya. Bisa Raga rasakan Haikal amat menyayangi Hasya. Haruskah ia mempercayai lelaki tersebut? jujur saja Raga sedikit gamang.

Renjana ( Haechan - Chaeryeong ) ✅ [SELESAI]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant