KETIDAK SEMPURNAAN

74 34 3
                                    

"Kesempurnaan bukanlah milikku tapi tidak bisakah kebahagiaan berpihak padaku"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kesempurnaan bukanlah milikku tapi tidak bisakah kebahagiaan berpihak padaku"

By Kyara Athifa Zayyan

Bulan malam ini nampak tak terlihat bintang bintang yang biasanya bersinarpun tertutup oleh awan, ditambah dinginnya hembusan angin malam yang rasanya menembus tulang suasana begitu sunyi membuat suara isakan itu terdengar jelas dari balkon kamar Kyara Athifa Zayan.

Kyara mulai menyandarkan kepalanya ke dada lelaki tampan yang kini sedang duduk disampingnya yaitu Bagaskara Rafeyfa Zayan

"bang jangan tinggalin kyara ya, kyara takut sendiri" lirih kyara sembari memejamkan matanya yang sudah mulai lelah menangis,

Dengan penuh kasih sayang Bagas mengelus lembut kepala adiknya

"Gue disini jadi kyara gk perlu takut" tutur bagaskara meyakinkan adiknya yang selalu dihantui rasa takut akan amarah Raina Syareefa dan dhefin,

Gadis itu tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya semenjak kepergian ayahnya Adhitama Mahavir Zayan,

Tepat nya 7 tahun lalu saat kyara berusia 10 th tak selang lama setelah kepergian Adhitama, Raina menikah lagi dengan dhefin pamungkas,

Ayah tiri kyara bahkan selalu saja menghadiahkan nya luka fisik bak iblis yang tak punya perasaan.

Bunda yang kyara miliki yang seharusnya menyayanginya bahkan tidak pernah sedikitpun memberi nya kasih sayang Raina hanya menyayangi kakaknya Bagaskara bukan kah kyara dan Bagaskara sama² Anak Raina lalu kenapa hanya bagas yang raina sayang apa karena kyara cacat jadi raina membenci kyara tapi apa salah kyara,

Ya kyara memang sudah cacat sejak lahir kaki kanan kyara tidak berfungsi /lumpuh sehingga kyara harus berjalan dengan bantuan tongkat kruk Setiap hari tapi dibalik kekurangan nya kyara adalah gadis cantik yang berprestasi.

Bagas menatap jam yang melingkar di pergelangan tangan nya menunjukkan pukul 23.30

Iya pun memutuskan untuk membawa adiknya yang tertidur dipelukan masuk kedalam kamar,
Tubuh kyara yang kurus terasa begitu ringan Dalam gendongan kakaknya.

Bagas membaringkan tubuh adiknya perlahan diatas kasur kemudian menarik selimut menutupi tubuh adiknya tersebut sembari menatap nya dengan tatapan mata yang begitu teduh

Bagaskara begitu menyayangi adiknya namun ia selalu merasa gagal menjadi seorang Kakak karena tak bisa melindungi kyara dari amarah dhefin dan Raina.

Sebelum Bagas pergi ia mengambil tongkat kruk adiknya yang ada dibalkon lalu menutup semua jendela kamar dan menutup pintu balkon, kemudian bagas meletakkan tongkat kruk kyara disamping ranjang dengan menyandarkan nya dinakas.

"Maafin gue Ra" gumam Bagaskara sembari menatap kyra dengan penuh rasa bersalah, bagas menghembuskan nafas kasar sebelum pada akhirnya meninggalkan kyara, ia menarik knop pintu dan menutup pintu kamar adiknya dengan pelan.

Kyara pasti sudah sangat lelah dengan perlakuan Raina dan dhefin selama ini ditambah hari ini Raina dengan tega memukuli kyara membuat beberapa bagian tubuh nya menjadi biru keunguan karena lebam,

Dengan alasan kyara yang gagal mendapatkan predikat bintang kelas disekolahnya, Raina selalu saja menganggap anaknya tidak berguna.

Sebenarnya bukan kyara tidak mampu mendapatkan nilai yang sempurna tapi ia hanya ingin dukungan dari orang tuanya bukan nya makian dan pukulan.

Sejak sekolah dasar kyara selalu mendapat predikat sebagai bintang kelas tapi tidak sekalipun kyara mendengar kata bangga dari Raina membuat nya sudah tidak lagi peduli dengan pendidikan nilai tinggi dan segalanya karena menurut kyara kasih sayang Raina untuk nya hanya mimpi belaka.

Percuma saja apa pun yang kyara lakukan pasti akan berbuah cacian dan pukulan dari dhefin,

Mungkin kyara memang tak pernah libur dari luka memar ditubuh nya kecuali di bagian wajah kyara untuk menyembunyikan kekerasan yang selalu dhefin lakukan,

Tapi kali ini yang menyakitkan bukan lukanya tapi wanita yang melahirkan nya kini juga tega memukuli nya tidak biasa Raina memukul kyara biasanya ia hanya memaki anak bungsunya tapi Raina sudah benar benar menunjukkan kebencian pada putrinya tsb.

****


"Kyara! Bangun ayo bangun kyara!!" Raina menarik selimut yang menutup tubuh kyara dan mengguncangkan tubuhnya yang terbaring lemas di ranjang dengan kasar,

"Ayo kyara bunda nggak mau kalo kamu sampai telat kesekolah"

Raina berdecak sebal karena Kyara sesekali hanya menggeliatkan tubuhnya tanpa membuka matanya.
Raina yang kesal pun segera mengambil segelas air dan dan tanpa basa-basi mengguyur nya kewajar kyara.

Byurr..
Kyara dengan tubuh lemasnya refleks terbangun dan duduk dengan tangan yang mengusap air dari wajahnya

"Dasar malas buruan siap² sekolah jangan sampai kamu telat" ujar Raina

Kyara hanya terdiam dan menatap sayu Raina kenapa Raina selalu melakukan ini padanya tidak bisakah raina membangunkan nya dengan kasih sayang seperti seorang ibu pada anaknya.

Sudahlah kyara terlalu banyak berangan itu semua tidak akan pernah terjadi, kyara segera meraih tongkat kruk yang ada disamping tempat tidur nya dan segera pergi ke kamar mandi.

Setelah selesai mandi kyara segera bersiap dengan seragam sekolah SMA nya dan merapikan buku² yang akan dia butuhkan disekolah.

"Kyara cepat berangkat!" Teriakan Raina terdengar jelas dari lantai bawah

Membuat kyara segera bergegas
dengan cepat, Kyara melangkahkan tongkat kruknya dengan cepat dan agak terburu-buru dia mulai menuruni satu bersatu anak tangga dengan bantuan tongkat kruk nya,

Kyara sudah terbiasa menjadi kan tongkat sebagai tumpuan untuk melangkah kan kaki kanannya yang lumpuh jadi bagi kyara menuruni tangga dengan bantuan tongkat kruk itu mudah.

Sesampainya di tangga terakhir Bagaskara memegangi pundak kyara untuk berjaga-jaga karena takut jika kyara akan terjatuh bagas tidak akan rela jika sampai terjadi sesuatu pada adik nya itu.

"ayo kyara sarapan dulu" ajak Bagas pada kyara dengan lembut

"Lebih baik kyara berangkat ke sekolah sekarang dia bisa makan nanti siang" jelas raina dengan ketus

"Ya bund" kyara mengangguk mengerti


"Yaudah ayo Abang anterin" ajak Bagas sembari merengkuh pundak adiknya tersebut.

Warning!!!

Jangan Lupa Bersyukur Ya,
Banyak Yang Lebih Terluka Diluar Sana.

Aku Sakit Bunda! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang