12 - A Gift

13 3 0
                                    

Pagi harinya Nadia dan Salsa sudah duduk rapi di kelas pak Arif (dosen killer di Manajemen). Keduanya mengambil tempat di pojok barisan tengah agar tidak terlalu dinotis. Berbeda dengan mahasiswa-mahasiswa ambis yang akan menempati kursi terdepan.

Kelas itu sudah dipenuhi oleh seluruh mahasiswanya karena pak Arif memang tidak mentolerir seorang pun yang terlambat. Dan seharusnya kelas sudah dimulai karena sudah jam 9. Akan tetapi eksistensi pak Arif di sana masih belum terlihat.

"Udah jam 9 lewat 1 menit cuy, biasanya pak Arif dateng 15 menit sebelum kelas dimulai."

"Tumben pak Arif telat."

"Eh PJ matkul ini siapa? Gue lupa. Ada kabar gak dari beliau?"

"Sabar, guys, gue lagi kontak pak Arif," kata Leon sang penanggung jawab mata kuliah.

"Oohh oke, Yon."

Begitulah riuhnya kelas pagi ini. Nadia hanya menyimak karena dirinya masih mengantuk. Semalam ia dan Salsa melakukan deep talk tentang masalah masing-masing sampai tidak melihat jam kalau sudah tengah malam bahkan hampir pagi.

"Id, bangunin gue sama Salsa ya kalo udah ada kabar dari pak Arif," kata gadis itu setelah menepuk bahu Zaid yang duduk di depannya.

Zaid mengangguk, ia mengusap kepala Nadia yang sudah dibaringkan di meja. "Kasian banget ngantuk. Ya udah gih tidur nanti gue bangunin."

Gadis itu berterima kasih sebelum benar-benar terlelap.

"Lo gak tidur Sal?" tanya Zaid ketika melihat Salsa malah memainkan ponselnya.

"Nggak, udah gak ngantuk gue," balasnya yang langsung diangguki lelaki itu.

"YEESSS!!"

"Sshhh, berisik anjing."

Zaid mengomeli Jevian yang tiba-tiba berteriak. Ia khawatir Nadia akan terbangun karena suara berisik dari lelaki itu.

"Ada apaan? Kayak abis menang lotre aja lo."

Jevian terkekeh lalu meminta maaf.

"Ini njir, gue berhasil dapetin war pre-order + promo launching-nya PS5."

"Gila, serius lo? War-nya ketat banget cuy. Boleh laahh barangnya disimpen di ruang santai kosann," ujar Zaid yang tergiur dengan ucapan Jevian, keduanya memang hobi bermain game.

"Hahahaha, jari gue wangi, Bro. Ettss, gue bakal buka sewa PS5 ke kalian semua, gak ada yang gratis jaman sekarang."

Sedang asik-asiknya berbicara tentang PS5, sang PJ matkul memberi pengumuman di depan kelas.

"Guys, gue ditelfon pak Arif. Beliau minta maaf gak bisa ngajar karena ada satu dan lain hal, bapaknya juga lupa ngabarin gara-gara hectic. Jadi kelas diundur ya ke hari yang akan ditentukan kemudian."

"Yuhuuu!"

Sorak sorai terdengar di kelas itu. Sebagian besar mahasiswa langsung keluar untuk melanjutkan aktivitas, mungkin sekadar membeli sarapan lalu pulang ke kos, atau berkumpul dengan teman-temannya.

"Nad—"

Panggilan Salsa dipotong oleh Zaid. Gadis itu berniat membangunkan Nadia yang masih lelap dalam tidurnya.

"Sshhh, jangan dibangunin," kata Zaid dengan pelan. "Lo duluan aja, Nadia sama gue."

Salsa mengangguk. "Oke, titip Nadia ya, Id."

Gadis itu pergi setelah memastikan kalau Zaid tidak akan meninggalkan temannya itu.

Kini di kelas itu hanya berisikan Zaid, Nadia, dan juga Jevian yang memilih menunggu di kelas karena ada rapat divisi yang akan dilakukan sebentar lagi.

My Beloved Friend [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang