24. Laki-laki Sialan

1.5K 120 5
                                    

☁️Happy reading☁️

"Siapa?" Adrea sontak terbangun dari posisinya yang baru saja merebahkan tubuhnya di atas ranjang.

Dia baru saja kembali ke kamarnya setelah tadi puas menertawakan nasib Adean yang masih belum mendapat pasangan untuk acara reuni SMP-nya Minggu depan dan berujung dipasangkan dengan orang belum punya pasangan lainnya.

Saat memeriksa apa saja yang dilakukan Adean dengan akun InstaTon miliknya, ia dikejutkan dengan pertanyaan Adean yang takut ceweknya marah. Siapa?

Selama Adrea berada di dunia ini, ia belum pernah melihat Adean bersama wanita lain selain dirinya. Bahkan bunda pun tidak pernah.

Adrea kembali tersentak. Ia baru teringat akan sosok istri ayahnya atau bunda mereka yang tidak pernah terlihat.

Adrea belum pernah melihatnya, apalagi bertemu. Ia terheran heran karena biasanya ingatan milik tubuh, Adrea biasanya akan muncul saat dirinya berpikir tentang hal itu. Ia berusaha keras untuk mengingat, tapi sekeras apapun dia berusaha, ingatan yang dicarinya belum juga muncul.

Perlahan kepalanya terasa pusing dan berat. Sekitarnya menjadi gelap. Sesaat kemudian Adrea jatuh tak sadarkan diri.

*****

"Kenapa Adrea bisa sampai seperti ini?" Tanya seorang pria paruh baya di samping brankar tempat tubuh Adrea terbaring.

"Nggak tau, Yah. Kemarin setelah pulang belanja dan mengobrol sebentar, Rea langsung ke kamarnya. Pas Dean panggil buat makan malam, nggak ada jawaban. Dean samperin ke kamar dan udah nemuin Rea udah tergeletak dilantai." Jawab Adean.

Tiga hari lalu, sepulang dari supermarket Adean menemukan Adrea yang sudah tak sadarkan diri di lantai kamarnya. Sampai saat ini Adrea masih belum juga membuka matanya.

"Terus apa kata dokter?" Tanya sang Ayah.

"Katanya nggak ada yang salah," jawab Adean membuat ayahnya naik pitam.

Ayah Adean menjewer telinganya, "kalau nggak ada yang kenapa nggak bangun juga, Adean?!"

"Aduh, ayah, nggak tau! Dokter juga nggak tau. Ada juga kasus kayak gini, tapi penyebabnya sama, masih belum diketahui. Tapi, yang pasti kata dokternya tubuh Adrea menolak untuk bangun."

Ayah menghela nafas dan melepas telinga Adean. Ia melirik jam tangannya. Jam sudah menunjukan pukul setengah enam sore.

"Tumben Adrian belum datang. Seingat papa rumah sakit ini hanya berjarak lima belas menit dari kantornya," ucap ayah.

Tidak biasanya seperti ini. Adrian tidak akan pernah absen berkunjung ke rumah sakit setelah sepuluh menit waktu kantor selesai bekerja jika Adrea di rawat. Selelah apapun dia, pasti akan berkunjung. Kalaupun mampir, pasti mengabari dan bertanya ingin titip apa.

"I-itu, Aku nggak bisa menghubungi Adrian sejak tiga hari lalu, Yah."

"Jadi sejak Adrea di rawat Adrian belum pernah datang?"

"Iya, katanya sedang mengecek salah satu kantor cabang yang sedang menangani proyek jaringan nirkabel. Dia ada di lokasinya langsung, jadi susah buat dapat sinyal yang stabil apalagi baru tahap pengembangan."

Ayah menghela nafasnya. Memandang sendu ke arah Adrea.

Hening. Mereka berdua terdiam dengan berbagai pikiran yang berkecamuk. Hanya bunyi alat penunjang hidup Adrea yang berbunyi.

Sampai pada akhirnya bunyi telepon bergema. Mengejutkan mereka.

Adean segera menerima panggilan.

"Kenapa?" Tanya Adrian. Ia baru saja kembali dan baru saja menghidupkan telepon. Kemudian melihat serentetan panggilan tak terjawab dari Adean.

Tunangan Pemeran Utama Laki-lakiWhere stories live. Discover now