10

3K 101 1
                                    

Esok paginya.

Alika membuka kedua matanya perlahan, apalagi penyebab ia terbangun dari tidurnya itu adalah karena sinar matahari yang menyorot tajam dari arah jendela.

Siapa gerangan yang membuka jendela kamarnya pagi pagi begini?

Tiba tiba Alika tersadar jika sekarang dirinya tinggal dengan Yustaf! Tapi ketika ia menoleh ke samping kanan bawahnya, tempat Yustaf tidur kemarin malam, Alika tak menemukan lelaki tersebut disana.

Bahkan springbednya sudah dimasukkan kembali ke kolong tempat tidurnya. Selimut bahkan spreinya juga sudah dilipat. Semua terlihat begitu rapih.

Lelaki itu pasti merasa tidak enak jika dirinya mendapati kamar Alika masih berantakan. Alika jadi semakin kagum dengan kebaikan Yustaf.

Alika segera ambil handuk dan masuk ke dalam kamar mandi yang letaknya di pojok sebelah kanan kamarnya.

Tak lama kemudian, Alika yang sudah rapih dengan setelan jas dan rok hitamnya serta merias dirinya dengan baik, tampak berjalan menuruni tangga dengan menenteng tas branded miliknya.

Terdengar sayup sayup suara Ratna dan Yustaf di bawah sana. Apakah mungkin mereka sedang mengobrol ya saat ini? Gawat jika ibunya bertanya banyak hal pada Yustaf dan membuat Yustaf kerepotan menjawabnya!

Alika pun mempercepat jalannya hingga ia benar benar sampai di sumber suara. Yaitu didepan meja makan, dimana ibu dan suami bayarannya itu sedang duduk berhadapan di kursi makan, mengobroli hal yang tampak begitu mengasyikkan hingga sesekali mereka saling tertawa.

Alika menghela nafas lega, syukurlah tidak terjadi apa apa antara Yustaf dan ibunya.

Ratna yang menyadari keberadaan Alika dibelakangnya langsung menoleh dan semringah ketika mendapati anak kesayangan satu satunya itu sudah rapih dan siap berangkat.

"Eh Al.. kamu ngapain disitu? Sini dong! Dari tadi ibu seru banget ngobrol sama suami kamu. Ayo sini nak makan!" ajak Ratna. Alika pun segera mendekati mereka dan duduk disebelah kursi Yustaf.

Alika menoleh ke arah Yustaf yang tampak begitu rapih dengan kemeja biru tua dan celana hitamnya, entah kenapa Alika merasa lelaki ini begitu tampan dan bersinar mengenakan kemeja tersebut, tapi... bukankah dia memang sudah tampan sejak lahir? Memakai baju apapun akan cocok saja dengannya, bukan?

"Yus kamu mau kemana? Kok rapih? Bukannya kamu bilang enggak punya pekerjaan?" bisik Alika. Yustaf segera membalasnya.

"Saya ada panggilan interview kerja." bisik Yustaf, Alika tersentak.

"Oh ya? dimana? dekat dengan tempat kerjaku gak?" bisik Alika.

"Lumayan jauh." balas Yustaf tersenyum tipis. Alika mengohkan perkataannya.
Dihadapan mereka kini tersaji beragam macam makanan mulai dari tom yum, ayam teriyaki, omelette, kentang balado, rendang serta sayur buncis.

"Mah, aku makan roti aja ya, takut telat soalnya." ucap Alika beralih bangkit, berniat mengambil roti di kulkas. Namun Ratna keduluan mencegahnya.

"Eh tunggu! Kamu ngapain sih! Ini loh suamimu udah masak scrambled eggs sama omelette. Enggak sopan banget sih kamu, suamimu udah bela belain masak juga!" gerutu Ratna. Alika terheran.

"Loh? Yustaf masak? Bukannya ini makanan yang sisa kemarin itu?" tanya Alika.

"Makanya diliat dulu makanannya. Mama kan tadi bilang ke Yus, kamu pasti enggak bakal nolak kalo dikasih scrumbbled egg atau omelette. Dan ternyata Yus nawarin diri untuk memasakkan itu buat kamu. Uhh kamu ini nyari suami kok paket lengkap gini sih Al?! Mama udah nyobain makanan buatannya dan bener bener ngeunaah pisan! Chef saha eta, kalah deh pokokna mah!" ucap Ratna.

Alika menatap Yustaf yang kini ikut menatapnya juga, tersenyum tipis seperti biasa.

"Ayo buru! katanya telat! nih buat kamu.. tadi Yustaf bikin cuma dua porsi, soalnya dia bilang tadi pengen pergi juga, ada panggilan kerja katanya." ucap Ratna seraya menyodorkan satu piring berisi omelette dan scrambled eggs tersebut ke hadapan Alika.

Alika pun mau tak mau duduk kembali disamping kursi Yustaf dan ambil sendok serta garpu. Ia mulai memakannya.

"Kamu doain ya Al, supaya Yustaf nanti diterima kerja. Tapi mama agak menyayangkan sih dengan keputusan Yustaf yang tadi bilang katanya enggak mau memanfaatkan hatta kekayaan kamu. Yus malah lebih milih kerja diluar dibanding menjadi direktur di perusahaan kamu. Mengambil alih perusahaan. Liat tuh Al, suami kamu sampai segitunya menganggap kamu. Baik banget loh Yus itu." puji Ratna. Alika hanya menggaruk kepalanya saat itu.

"Tapi mama saranin untuk kamu Yus, nanti kalo kamu udah kerja.. jangan lupa ya kalo Alika pasti suatu saat akan meneruskan perusahaan itu ke kamu, karena Alika perempuan, mama enggak mau Alika udah punya anak malah sibuk ngantor. Anaknya nanti jadi nggak ada yang ngurus, mama gak mau. Nah disaat itu kamu harus siap kapanpun mengambil alih perusahaan Alika ya?" saran Ratna.

Yustaf mengangguk dan tersenyum. "Iya mah." jawabnya.

Alika menyuap makanan dihadapannya dengan cepat, namun baru beberapa suapan yang ia kunyah, Alika merasakan begitu enak cita rasa yang sedang dikunyah olehnya saat itu.

"I,ini enak banget!" ucap Alika yang kembali menyuap scrambbled egg itu dengan sangat lahap. Yustaf yang melihatnya ikut senang dan tanpa sadar membuat Yustaf tersenyum tipis.

"Iya dong pasti enak, kan mama udah bilang. Kamu pasti bakalan suka. Yustaf itu masakannya mirip chef chef di restoran." ucap Ratna, Yustaf mengekeh dan hanya garuk garuk kepala ketika dikatakan seperti itu.

Ketika sedang makan dengan lahap, Alika tidak sadar jika ada sisa makanan di sudut bibirnya. Yustaf yang menyadari hal ini pun langsung mengusap sudut bibirnya itu dengan tanpa permisi.

Alika tersentak, mendadak suasana jadi sepanas itu. Apalagi ketika dirinya jadi beralih memusatkan pandangannya pada lelaki rupawan disampingnya yang saat ini tersenyum, seketika jantungnya berdebar sangat kencang hingga seluruh telinganya bisa dapat mendengar suara degupannya yang mendominasi.

Barusan... apakah tidak termasuk dalam kontak fisik?

Ah tidak... ini salah satu bagian dari tugasnya... dia sedang melakukan tugasnya dengan sangat baik...

Ratna menonton dengan seru sepasang suami istri yang menurutnya sedang di mabuk asmara itu.

"Al, suamimu ini manis banget ya. Kamu ketemu dia dimana sih?" tanya Ratba seraya menopang dagu.

Alika tersenyum tipis.

Setelah selesai makan, mereka pun saling berjalan menuju teras depan rumah. Alika menunggu kedatangan Albert untuk menjemputnya seraya memakai kaus kaki dan sepatunya sama hal yang dilakukan oleh Yustaf.

Ratna yang juga hadir diantara mereka langsung bersuara. "Kamu yakin Yus enggak mau bareng Alika berangkat? Bentar lagi loh, dia datang." tanya Ratna.

"Enggak mah, saya naik angkot saja. Lagipula nanti Alika jadi telat kalau mengantar saya." ujar Yustaf, Alika langsung membalas.

"Enggak kok Yus, aku kan direktur di perusahaanku. Telat juga enggak masalah sih sebenarnya. Aku cuma lagi banyak kerjaan aja makanya pengen buru buru." ujar Alika.

Yustaf yang sudah selesai memakai sepatunya langsung memandang Alika dan perlahan berjalan mendekatinya. Alika yang dipandang selembut itu tampak goyah, Yustaf tiba tiba mengusap pipi Alika.

"Maaf ya. Tapi saya hanya tidak ingin merepotkan kamu. Lagipula saya tidak ingin menjadi suami yang hanya mengandalkan istrinya saja dan memanfaatkannya." ucap Yustaf dengan sorot mata teduh disertai senyuman yang tipis.

Saat itu, Alika bisa merasakan ketulusan yang terpancar dari hati Yustaf.

Lelaki ini... apakah dia melakukan hal ini hanya karena untuk terlihat baik di mata ibu mertuanya, atau.. memang... ini sebuah kejujuran yang selama ini pegang teguh?

Dia.. tidak ingin menggunakan semua fasilitas yang Alika berikan secara cuma cuma.. dan tidak ingin memanfaatkan apa yang telah dirinya janjikan di awal kesepakatan.

Kenapa dia seperti itu?

Main cantik denganmu, Mas (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang