Bab 19.2 : Terbayang Mantan

159 19 0
                                    

Beberapa jam kemudian ....

"Bi ... Abimana, bangun ...."

Abimana mengerjapkan matanya beberapa kali. Ah, ia tertidur rupanya. Pukul berapa sekarang? Sudah berapa lama ia tertidur? Sepertinya Erliana sudah selesai dengan perawatan wajahnya atau apa pun itu. Abimana bangkit berdiri, seluruh sendinya terasa kaku sebab ia tidur dengan posisi setengah duduk.

"Makan, yuk, laper nih. Liana lagi pengen sushi, kayaknya sushi tei enak deh, Bi." ajak Erliana.

Abimana mengerjap beberapa kali. Dia kira setelah masuk salon kecantikan dan melakukan perawatan, mungkin Erliana akan berubah jadi sedikit lebih cantik. Tapi ternyata tidak. Berjam-jam perempuan itu berkutat di dalam tapi tak secuil pun Abimana melihat adanya perbedaan. Erliana tetap terlihat menyebalkan seperti biasa, kulitnya sedikit lebih bersih, tapi wajah dempulannya masih sama. Apa di dalam dia tidak mencuci muka? Ah, sudahlah.

Abimana rasa mau berpuluh juta perawatan yang dilakoni Erliana, wajahnya tidak akan berubah seperti aktris Korea. Berbeda dengan Almira ....

Astaga, lagi-lagi Almira.

Almira.

Nama itu lagi. Abimana menggeleng, berusaha mengusir bayangan sosok Almira di kepalanya. Erliana menggamit lengan Abimana dan bersengayut manja. Wanita itu menatap penuh harap pada Abimana yang mendelik tajam

"Aku nggak lapar." kata Abimana sambil menguap lebar.

Liana merajuk, "Ih, tapi Liana lapar, Bi...."

"Ya sudah, kamu aja makan sendiri."

"Nggak mau, Liana pengen makan sama Abi." Erliana mengerucutkan bibirnya sebal yang membuat Abimana ingin menjambak saja bibir wanita itu.

"Oke, oke, fine."

Tak ingin berdebat lebih jauh lagi, akhirnya Abimana memutuskan untuk menuruti keinginan Erliana. Mereka memilih sebuah restoran jepang yang terletak di lantai 5 di gedung mall. Sepanjang jalan dan di dalam lift, Erliana tak sedetik pun melepaskan tangannya dari lengan Abimana. Abimana sendiri sudah menyerah, malas berdebat dengan perempuan berisik itu. Ia hanya ingin hari ini agar cepat berakhir.

Saat keluar lift, mereka berpapasan dengan sebuah cermin besar, Erlinana melongok sebentar sambil memegang rambutnya.

"Tahu nggak, masak Hilda bilang aku ngikutin gaya rambutnya? Nggak banget, kan? Ngapain coba aku ngikutin gaya rambut norak punya dia ...."

"Menurut Abi, gaya rambut Liana gimana? Tadi Liana minta sama stylist- nya di bikinin gaya yang lagi hits di tiktok itu lho, Bi. Apa namanya? Layer tiga tingkat? Atau apa ya? Yah ... pokoknya mah yang lagi tren sekarang."

Abimana diam saja, dia mengangguk tipis, dan Erliana melanjutkan celotehannya lagi. Sampai mereka masuk ke resto dan memesan makanan, duduk di meja ... Erliana masih mengoceh hal-hal tidak berguna yang membuat Abimana pusing tujuh keliling. Astaga ... sampai kapan dia harus bertahan dengan cewek ini?

"Ngomong-ngomong Abi mau makan apa? Liana mau aburi salmon roll, tuna salad crispy mentai, spicy miso ramen."

"Kamu yakin mau makan itu semua? Kata Tante Anita kamu selebgram? Kok porsi makan kayak kuli?" Abimana berkomentar pedas, "yang mana aja, cepat."

"Ih, Abimana mah ngeledeknya pedes! Itu buat kita berdua!" Erliana masih bicara panjang lebar. "Ngomong-ngomong nanti minumnya ocha aja, ya? Soalnya aku lagi diet, nanti kalau minum yang lain itu gulanya banyak dan kalorinya tinggi. Jadi kita pesen ocha aja, ya, Bi."

"Oh iya, nanti Liana mau Baskin Robins juga, Abi mau?"

"Em, atau enakan sour sally aja ya?" Erliana masih mengoceh. "Saour Sally yang black itu enak banget, lho, Bi."

Should We Divorce?Donde viven las historias. Descúbrelo ahora