✿Poros Dunia Shin/Jo

16 5 2
                                    

Halo.
Ini Shin dari 24kumi
Dan
Asakura Jo dari Andteam


Hembusan angin pada kemeja yang terus menari kian cepat seiring kayuhan sepeda yang makin melaju kencang, menghindari bebek yang menyebrang hingga lubang di sekitar jalan yang berkelok-kelok.

Seharusnya Shin sudah berada di sekolah sejak pukul tujuh kurang, menjalankan piket sebelum Hikaru melemparinya dengan penghapus papan tulis. Gadis itu akan terus menceramahinya bermacam-macam aturan kenapa piket sangat penting dan alasan kebersihan diutamakan.

Gerbang masih terbuka lebar, dan bus yang mengantar beberapa siswa masih beroperasi. Cepat-cepat diparkirnya sepeda di tempat parkir khusus lalu melaju dengan kecepatan penuh menuju kelas dua titik tiga.

Sosok Hikaru sudah berdiri di depan pintu, bersidekap dada bersama Bahiyyih yang entah kenapa hari ini ikut serta dalam sidang.

"HAH! Kemarin sudah aku peringatkan. Buang sampah sana, itu tugas yang tersisa."

"Mau aku bantu?"

Shin menoleh cepat, mendapati Asakura yang sudah berdiri di sebelahnya dengan sekotak kaleng biskuit coklat─ yang Shin yakini itu berasal dari penggemarnya.

"Nggak perlu, aku masih bisa mengurusnya sendiri."

Meskipun nada ramah telah ia gunakan, seseorang masih akan merasakan itu terlalu ketus untuk menjawab sebuah tawaran bantuan.

Sadar atau tidak, Shin tertangkap kerap berperilaku tidak ramah dengan Jo. Intonasi yang ia gunakan dan perilakunya sangat berbeda dengan yang biasa dia gunakan pada yang lain. Setidaknya itu yang Gaku beritahukan padanya.

Shinyu teman sebangkunya juga mengatakan hal serupa. Mencoba menerka di bagian mana ia harus meng-interopeksi, Shin tidak menemukan kesalahan, memang wajah Jo saja yang tidak enak dipandang.

Menatap tumpukan sampah di tempat pembuangan akhir, kepala Shin kembali memutar ingatan tentang ucapan     Shinyu. Mengenai alasan kenapa Shin tidak suka dengan Jo.

Semua orang setuju mengatakan bahwa Jo adalah laki-laki yang baik, ia selalu membantu siapapun dan tidak pernah membedakan orang di sekitarnya. Ia anak yang pintar, yang ini sudah dibuktikan melalui pencapaian yang sering ia dapatkan, orang-orang bisa menemukan namanya di segala penjuru sekolah.

Lalu keterampilan, apa yang tidak laki-laki itu kuasai? Olahraga? Ia jago bermain basket dan sepakbola. Mata pelajaran? Namanya selalu tertulis dalam tiga besar. Kesenian? Jangan pernah menanyakan hal itu, komik buatannya yang dibuat secara iseng pernah terbit dalam komik mingguan di salah satu koran ternama. Laki-laki itu bahkan bisa bernyanyi dan menari dengan baik.

Memang benar kalau Jo itu sempurna. Tapi Shin tetap tidak tahu kenapa ia tidak suka dengan pangeran sekolahnya itu.

Padahal kalau diingat-ingat kembali, Jo pernah memberikan ia contekan saat yang lain sedang sibuk mencari jawaban. Bahkan Jo pernah menyerahkan bekal yang ia bawa untuk Shin yang waktu itu belum sarapan. Intinya laki-laki itu sangat baik padanya, bahkan pernah menggendong Shin yang jatuh dari atas meja saat memasang hiasan untuk kelas hingga membuat kakinya terkilir.

Punggungnya bersandar di dinding, menatap langit biru yang terlukis di atasnya. Mengabaikan bahwa ia masih berada di tempat pembuangan sampah, Shin memutuskan untuk tinggal sementara.

Kelas dua akan berakhir sekitar tiga bulan lagi, dan ia harus menemukan cara bagaimana agar memiliki kesan bagus untuk foto bersama sebelum pindah kelas tiga. Barangkali kelas akan di rolling kembali, dan Shin berharap agar kesan yang ditinggalkan cukup bagus.

Terlebih jika lagi-lagi sekelompok anak perempuan di kelasnya mendorong Shin untuk berfoto berdua dengan Jo. Yeseo bilang wajahnya terlampau masam untuk di potret.

Playlist Where stories live. Discover now