🥀1.Penghianat

241 16 0
                                    

"Jangan menyentuhnya, Rain!"
Zion berteriak marah ketika mendapati mantan tunangannya itu berusaha menyentuh Lilya, anaknya.

Zion tidak menyukainya, untuk apalagi wanita itu menganggu kehidupannya yang sudah bahagia.

"Aku hanya ingin mengajaknya bermain, Apa tidak boleh?"

Zion langsung menggeleng. Kemudian berusaha menyingkir dari tempat itu secepatnya. Dia meraih handle kursi roda Lilya untuk menjauhi Rain.

"Zion apa dua tahun kepergianku belum juga meredakan amarahmu?"

Rain berusaha mengejar ketertinggalannya pada Zion dan Lilya.

Namun pertanyaannya sama sekali tak di gubris Zion. Pria itu asik mendorong kursi roda anaknya untuk mencapai parkiran.

"Aku takkan menganggu kehidupanmu lagi, tapi tolong maafkan aku."

Rain masih berusaha. Dia mengekor hingga Zion mendekati mobilnya.

"Lilya-lilya, bantu Tante."

Rain menatap Lilya yang kemudian di gendong Zion untuk masuk mobil. Memandangi bocah 5 tahun itu penuh pengharapan.

Tapi upaya Rain sama sekali tak berguna. Bocah itu tetap diam saja namun balas memandangi Rain hingga di balik kaca mobilnya.
Memandang Rain sampai hilang dari pandangannya ketika mobil yang di gunakan melesat pergi menjauhi kawasan rumah sakit bersama Papanya.

🌧️🌧️🌧️

Zion tersenyum kala Suna sang Istri menyambut kedatangannya. Wanita itu tersenyum dan nampak cantik meski memakai pakaian rumahan dan celemek saja.

Suna mengambil alih Lilya, mendorong pelan gadis kecilnya menuju ruang makan, di ikuti Zion.

Begitu sampai, Zion dibuat takjub dengan banyaknya masakan yang dibuat istrinya. Semuanya nampak mengugah selera.

"Yuk makan siang dulu. Kalian pasti lapar."

Suna memposisikan Lilya di tempat biasanya. Lalu beralih meladeni Zion. Suna mengambilkan nasi beserta lauk pauknya dan memberikannya pada Zion. Kemudian beralih mengambilkan Lilya makanan.

"Sekarang dihabiskan ya." Suna tersenyum. Mempersilahkan suami dan anaknya makan. Kemudian dia ikut duduk.

"Kau tidak makan?" tanya Zion pada Istrinya kala melihat wanita itu hanya duduk memperhatikan mereka.

"Tidak. Aku sudah kenyang kala mencicipinya."

Zion mengangguk. Kemudian kembali makan. Merasakan nikmatnya masakan yang dibuat istrinya.

Suna memang pandai memasak. Dia cantik, pintar dan penyayang. Tutur katanya lemah lembut, dan dia sangat ramah pada siapa saja.

Awal pertemuan pertama, Zion mengenalnya sebagai seorang Office Girl di kantornya. Dia karyawan yang rajin dan sopan. Namun kekaguman itu memuncak kala Zion tak sengaja melihatnya membagikan makanan pada anak-anak jalanan.

Entah bagaimana kebaikan hatinya membuat Zion terpesona. Sejak itu dia sering memperhatikan Suna saat di kantor. Mungkin itulah awal mula bagaimana Zion bisa jatuh cinta padanya.

Tak lama Zion telah menyelesaikan makannya. Dia meraih segelas air dan meneguknya hingga tandas.

Kemudian netranya beralih pada Lilya yang masih menghabiskan makanannya. Kemudian mengamati Suna yang nampak fokus dengan ponselnya. Dahi wanita itu nampak berkerut dalam.

"Ada apa?" tanya Zion penasaran.

Suna mendongak. Raut wajahnya nampak sendu.

"Apa sebelum ini Rain menemuimu?" tanyanya.

White SoulsWhere stories live. Discover now