Chapter 18 : [ ʏᴀɴɢ ᴅɪᴀʙᴀᴅɪᴋᴀɴ ]

98 69 2
                                    

YANG DIABADIKAN

Di remang langit yang telah mengabadikan banyak keinginan, tersembunyi satu pengakuan rasa yang paling indah untuk si pemilik nama tersyahdu. Yaitu, El Léor Arnawama Auriga...

- [ʟᴇÓɴᴄᴇꜱᴛᴇʟᴇᴏ-2011] -

•••

•••

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

•••

Aku sering bertanya-tanya, apakah ada seseorang yang bisa memberikan cinta untukku. Yang begitu memperhatikan aku lebih dari diriku sendiri. Dan yang dapat mengantarkan rasa tenang meski hanya dengan menyebut namanya saja.

Sejak dulu aku tidak pernah berangan-angan untuk dicintai. Ada yang bersedia menjadi temanku saja, itu sudah sangat cukup. Aku senantiasa bermimpi dicintai oleh kedua orang tuaku. Namun harapan itu tidak pernah sampai. Hingga aku beranjak remaja, keinginanku itu hanya sebatas delusi yang tidak pernah teraih.

Aku tidak pernah menganggap seorang teman itu spesial. Sebab aku tidak ingin menaruh segala bahagia yang akan menjadi luka di kemudian hari. Entah itu dalam bentuk pengkhianatan ataupun perpisahan. Maka dari itu, aku tidak pernah membagi cerita hidupku untuk orang lain yang mempunyai potensi meninggalkan. Karena jika suatu hari nanti orang itu benar-benar pergi, maka lagi-lagi aku akan terluka dan sendiri.

Jadi, pilihan untuk menyimpan cerita sendiri adalah yang paling tepat.

Namun, El Léor Arnawama Auriga, berhasil mematahkan segala pertahananku. Laki-laki dengan juta senyum indah dan binar mata yang selalu menyimpan rasa gembira itu sanggup menjadi segalanya untukku.

Elle selalu mengajariku bagaimana cara menata hidup dengan penuh kesabaran. Dia selalu bisa menjadi pendengar dan kotak saran atas segala masalahku. Dan itu menjadi alasan mengapa konsep serta pemikiranku berubah perlahan terhadap dunia.

Aku mengakui bahwa aku sepenuhnya bergantung dengan Elle. Aku selalu punya rasa aman dari kerentanan dunia dengan meyakini bahwa Elle tidak akan pernah hilang. Tidak seperti yang lainnya.

“Makanya waktu gue ngeliat lo di lapangan tadi, gue ngerasa gak asing. Soalnya wajah lo gak cuma dilukis untuk di mading aja, tapi gue sering lihat di buku gambar Elle juga. Berlembar-lembar isinya cuma lo doang. Dan gue sampai hafal sama wajah lo meski sebelumnya kita gak pernah ketemu.”

“Pernah sekali gue tanya gini ke Elle, ‘kenapa lo gak ada bosennya gambar cewek itu? Emang dia siapa?’ Dan waktu itu Elle cuma jawab, ‘nama dia Rayna.’ Udah gitu doang! Dan itu juga yang jadi alasan kenapa gue bisa langsung tahu nama lo.”

Altar RasaOù les histoires vivent. Découvrez maintenant