After Marriage Extra (3)

381 62 17
                                    

Rumah Jovan sama Velove lagi banyak tamu nih.

Kayak mau arisan atau lebih tepatnya lagi ngejengukin seseorang.

Siapa?

"Lagian cuman bentar, Pan. Dua hari doang-"

"Abang gak tahu seberapa kangen aku sama Velove kalau ditinggal dua hari?! Hiks- jangan! Please, Love. Jangan pergi" rengek Jovan.

Marcus yang dipotong omongannya cuman bisa memandang aneh sekaligus jijik pada sang adik yang lagi nangis bombay. Mana ingusnya kemana-mana.

Ew.

Sama dengan reaksi Marcus. Nolan, Marulli, Jeffrey dan Narendra memandang hina ke arah Jovan yang masih saja menangis dan memeluk Velove erat. Seakan-akan takut Velove meninggalkannya.

"Tapi aku harus flight ke S'pore, Jo. Ini beneran kalau bisa aku wakilin, aku wakilin deh. Tapi gak bisa. Atau kamu mau ikut?" Tanya Velove yang menyeka keringat dipelipis sang suami.

"Aku-hiks... don't leave me-"

"Ah! Drama banget dah Pan! Lagian bentaran doang! Kalau Velove gak ke S'pore kemungkinan Pandawa bangkrut!" Potong Narendra yang udah gedeg banget ngelihat Jovan menye-menye.

Tadi dia, Marcus dan Jeffrey buru-buru ke kediaman Jovan dan Velove pas dikasih tahu kalau ada masalah genting. Narendra kira ini berhubungan dengan Velove dan kandungannya. Eh nyatanya enggak! Malah mereka harus ikut ngurusin Jovan yang lagi cengeng banget.

Narendra dengar-dengar sih yang jadi berubah banget selama kehamilan Velove tuh adalah Jovan.

Awalnya Narendra gak percaya tapi pas ngelihat apa yang terjadi hari ini, agaknya dia harus percaya.

Emang agak laen!

"Amit-amit!!" Teriak Nolan dan Marulli serentak.

Ya mana mau mereka Pandawa bangkrut??!

Gila aja!

Ini Narendra gak ada alasan yang lebih oke, kah?

"Enggak! Pokoknya gak boleh pergi!!" Pekik Jovan.

Ngebuat semua orang yang ada dikamar Jovan dan Velove menghela nafas.

Capek hati ngurusin Jovan tantrum.

"Jo, beneran deh, cuman dua hari. Kalau bisa aku persingkat jadi sehari, ku bakal lakuin. Ya? Please? Sekali ini aja" ujar Velove yang berusaha melepaskan pelukan Jovan namun tak bisa.

Suaminya ogah ngelepas dirinya.

Velove suka Jovan yang clingy, tapi disaat seperti sekarang, dia perlu Jovam yang normal. Dia beneran perlu pergi business trip soalnya. Flight dia udah diaturin jadwalnya malam ini. Jadinya dia harus bisa ngebuat Jovan ngizinin dia.

Karena itu dia panggil semua laki-laki ini.

Setahu Velove, semuanya adalah pebisnis yang handal. Masa ngadepin Jovan aja gak bisa? Bikin deal sama Jovan harusnya bukan hal yang sulit.

"Lan" panggil Velove sambil memberi gesture untuk membantu dirinya.

Nolan yang daritadi duduk sambil bersedekap tangan di sofa yang tak jauh dari ranjang mulai bergerak.

"Velove beneran harus ke Singapura, Jo. Kita kan udah bahas ini berbulan-bulan yang lalu-"

"Huek!"

"You fucking kidding, right?!" Teriak Nolan pas ngelihat Jovan muntah. Muntahannya mengenai blazer yang sedang dipakai Velove.

No Tears Left to CryDonde viven las historias. Descúbrelo ahora