Bab 3

82 10 3
                                    

Marvel tersungkur ketika pukulan keras menghantam rahangnya. Pukulan Lingga memang tidak main-main kuatnya.
"Brengsek!"

Bugh!

Pukulan kuat kembali Marvel dapatkan, tapi kali ini bukan di wajah melainkan di perut dan itu dari Jayden.
Andra langsung menahan Lingga dan Jayden yang hendak kembali menghajar Marvel.
"Tenang ga, Jay."
"Dia harus di kasih pelajaran, biar dia ngerasain sakit yang di rasain Auryn." Lingga dengan emosi menunjuk Marvel.

"Kalo dari awal ga mau bilang, jangan malah perlakuin dia kaya gitu." Kini Jayden yang berucap dengan kesal.
Andra sampai kewalahan menenangkan mereka. "Bagas, bantuin anjir!"
Bagas memutar bola matanya malas, "Biarin aja si, dia emang pantes di kasih pelajaran."
Andra menggeleng pelan, "Lingga, Jayden, tenang dulu, kita tanya dulu alasan dia. Marah-marah ga bikin masalah selesai, kita temen, oke?"

Lingga dan Jayden menarik nafas dan menghembuskannya kasar lalu kembali mendudukkan dirinya di sofa yang ada disitu.
Andra menghela nafas lega, ia beralih menghampiri Marvel dan membantu lelaki itu untuk bangkit.

"Jelaskan" Andra memulai pembicaraan.
Marvel menaikkan salah satu alisnya, "Apa yang harus gue jelasin? Kalian udah tau kan?"
Andra menghela nafas pelan, "Sejak kapan?"
"Tiga bulan lalu,"
"Tahan Ga." Ucap Taeyong ketika melihat Lingga yang kembali terpancing emosi.
Melihat Lingga yang sudah kembali tenang Andra kembali bertanya, "Kenapa?"
"Hanya ingin." Jawab nya acuh.
"Yakin? Kalian pernah saling suka, oke, mungkin lo gak beneran suka sama dia. Tapi, enam bulan bareng bareng, Auryn yang selalu ada buat lo disaat Lo butuh, ngasih perhatian yang gak lo dapetin dari kedua orang tua lo, berbagi kehangatan dan kenyamanan yang dia punya sama lo. Yakin lo ngelakuin itu cuma karena ingin saja?" Ucap Andra panjang lebar.
Melihat Marvel yang hanya diam Andra kembali berucap, "Gue kira lo beneran cinta sama dia, padahal kalian enam bulan bareng terus."
"Cowok goblok kaya dia mana bisa jatuh cinta." Ketus Jayden sembari membuang wajahnya kesal.

Marvel mengehela nafas pelan, "Gue punya alasan."
Mereka semua kini memfokuskan perhatiannya pada Marvel.
"Apa?" Tanya Andra.

Baiklah, mari kita bernostalgia pada awal pertemuan mereka.
Marvel sudah tertarik dengan Auryn sejak awal pertemuan mereka. Ia saat itu sedang membeli makanan di kantin tak sengaja melihat Auryn yang tampak kebingungan. Dan ternyata gadis itu lupa membawa dompetnya sementara makanan yang di pesannya sudah jadi.
Marvel begitu menyukai ekspresi Auryn yang saat itu terlihat bingung dan panik. Cantik dan manis, kata yang tepat untuk Auryn saat itu.

Tanpa pikir panjang Marvel pun langsung membayarkan makanan gadis itu. Melihat Auryn yang tersenyum tulus padanya dengan beberapa kali mengucap terimakasih mampu membuat Marvel terpesona.
Namun Marvel termasuk orang yang bodoh tentang percintaan, ia tidak pernah jatuh cinta dan ia tidak tau caranya mendekati seseorang. Hingga sebuah kebetulan menghampiri nya, dimana teman temannya menjadikan Auryn sebagai taruhan dan ia harus memacari gadis itu selama satu tahun.
Mereka akan memberikan sebuah unit apartemen, villa dan juga mobil keluaran terbaru. Namun Marvel sama sekali tak perduli dengan hal itu, karena yang ia pikirkan ia harus membuat Auryn jatuh cinta padanya.

Semuanya berjalan dengan baik, Marvel selalu memberikan perhatian dan kasih sayangnya kepada Auryn. Begitu pun sebaliknya, meski Auryn saat itu belum menyukai Marvel. Namun perhatian yang di berikan gadis itu begitu tulus, apalagi mengetahui tentang Marvel yang memiliki keluarga yang kurang harmonis.

Benar kata Andra, Auryn selalu ada untuknya. Dia dengan senang hati selalu mendengarkan keluh kesahnya. Menjadikan pelukannya sebagai tempat untuknya bersandar.
Auryn sudah seperti rumah kedua untuk Marvel, semua yang tidak dia dapatkan di rumahnya ia dapatkan dari Auryn. Gadis itu bisa menjadi orang tua yang cerewet, kekasih yang pengertian serta teman yang begitu perhatian.
Namun hubungan mereka dalam sekejap hancur karena sebuah foto. Foto yang di kirim oleh nomor tidak di kenal. Di mana foto itu terdapat Auryn dan seorang lelaki yang sedang berciuman di bar. Meski wajah Auryn tidak terlihat karena posisinya membelakangi kamera, Marvel begitu hafal postur tubuh gadis tersebut.
Kecewa? Tentu, ia merasa di permainkan, rasa cinta yang ia berikan serasa tidak di anggap. Auryn seakan akan menerima cintanya, namun setelah itu dengan mudahnya dihancurkan begitu saja.
Rasa marah pun tak bisa di sembunyikan, karena itulah sikap Marvel berubah. Namun meski begitu, ia tetap mencintai gadis itu. Sekuat apapun ia berusaha melupakan perasaannya pada Auryn semua itu berakhir sia sia.

•••MEO•••🔞Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin