Hari itu telah berganti. Setelah urusan di kejaksaan selesai, akhirnya tiba juga waktu sidang pertamaku di pengadilan.
Sesuai janjinya Gus An dengan pengacaranya selalu mendampingiku.
Ada perasaan berdebar dan cemas saat persidangan dimulai.
Lawanku dan pengacaranya terlihat sangat tangguh, tidak kusangka pengacara hebat yang disewa Gus An mampu menyelesaikan masalahku dengan baik.
Tuntutan wanita itu terhadapku tidak terbukti, bahkan wanita itu yang terbukti bersalah karena telah menganiaya diriku.
Setelah tiga kali persidangan akhirnya putusan hakim pun kami dapatkan.
Wanita yang menuntut balik diriku diputus bersalah.
Sebenarnya aku sangat kasihan padanya, bagaimana tidak, dia menuntut diriku dengan memutar balikkan fakta, tentu hal itu dilakukan karena rasa sakit hati padaku.
Dia berpikir aku telah merebut kekasih yang saat ini sudah menjadi tunangannya.
Pantas jika dia sangat geram, karena Randy memutuskan pertunangan dengan alasan telah berpacaran denganku.
Oh! Laki-laki itu, benar-benar kurang ajar. Bahkan kemarin dia tidak berkenan hadir sebagai saksi di pengadilan dengan hanya mengirim pengacaranya saja.
Awas saja nanti kalau aku bertemu dengannya, akan kuhantam wajahnya karena sudah menyakiti sesama wanita.
****
Saat ini aku dan Gus An sudah berada di dalam mobil.
"Lihat, seperti apa berandal yang sudah mendekati kamu! Masih mau dekat dengan laki-laki asing di kampus?"
Gus An bertanya dengan melirikku sinis.
Aku hanya menunduk tanpa menjawab.
"Dunia di luar itu sangat kejam, Fa. Kamu adalah gadis lugu yang baru keluar dari pesantren, tidak pernah tahu dunia luar. Bukan tidak mungkin, jika ada laki-laki jahat yang ingin mempermainkan kamu. Jadi, jangan terlalu GR jika ada laki-laki yang mendekati kamu," katanya dengan senyum mengejek.
Laki-laki yang mulai mengemudikan mobil itu kembali melirikku.
"Mulai sekarang, tugasmu di kampus hanyalah belajar. Tidak perlu bicara dengan orang asing yang pura-pura baik, karena itu sangat berbahaya!" tambahnya.
Aku pun menoleh dengan mengangguk.
Setelah aku pikir ada benarnya apa yang dikatakan Gus An, aku memang harus lebih hati-hati, buktinya Kak Randy, dia mendekatiku dan menimbulkan masalah, dan pada kenyataannya pria di sampingku inilah yang sudah menyelesaikan urusanku.
Oh! Tidak kusangka aku berhutang Budi padanya.
Sekalipun menyebalkan, tidak dapat dimungkiri kalau dia satu satunya orang yang perduli dengan masalahku.
Lalu kenapa aku berpikir untuk meninggalkannya.
'Oh! Tidak!'
Aku tidak boleh terbawa rasa.
Dia sudah membuat perjanjian hutang piutang. Itu artinya dia tidak tulus membantuku.
"O, iya. Setelah ini, aku akan mencari kerja dan menabung, agar segera bisa membayar hutanku," kataku kemudian.
"Urus aku dan anak-anak dengan baik, nanti hutangmu akan lunas dengan sendirinya," sahutnya tanpa melihatku.
Aku kembali memperhatikannya. Benar saja, dia adalah laki-laki yang tidak tulus.
Bahkan dia terlalu pikun untuk mengingat kalau saat ini genap dua tahun aku mengabdi dengan baik di rumahnya, mengurus dan menjaga keluarganya dengan sepenuh hati, lalu bisa-bisanya dia masih meminta agar aku mengurus dan menjaga anak-anak dengan baik. Oh! Dia benar-benar amnesia dengan apa yang sudah aku lakukan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Abdi Ndalem
RomansaGadis ini terpaksa menikah karena wasiat pernikahan dari orang yang sangat dia sayangi