XVI.My Future.

63 9 1
                                    


Shh..”

Gavien terbangun dari tidurnya saat merasakan kepalanya pusing, ia terbangun di tempat tidur di kamarnya masih dengan pakaian yang lengkap dan kaos kakinya yang masih terpasang, tampak suasana kamar sudah gelap jam di dinding menunjukan pukul setengah delapan malam yang di mana Gavien melewatkan makan malam.

“Semuanya hanya mimpi?,” ujarnya pada dirinya sendiri, Gavien terdiam, masa indah bersama pujaan hatinya hanya mimpi belaka?, itu sedikit melukai hatinya.

Gavien menghela nafasnya menyadari semuanya, lantas dirinya berdiri untuk mandi dan memberesi kamarnya, cacing yang berada di perutnya sudah menjerit lapar.





Pagi harinya Gavien masih terdiam mengingat semua mimpinya, dirinya berjalan sendirian di lorong menuju ruangan kelasnya, seperti osis lainnya terlebih Gavien yang juga rajin, ia datang ke sekolah saat seolah masih sepi akan murid sekolah tersebut.

Dirinya lebih dulu meletakan absen di ruangan osis sebelum memasuki kelasnya, sudah kewajibannya.

“Gavien.”

Tepat saat Gavien membuka pintu ruangan osis terlihat sang pujaan hatinya duduk di salah satu kursi dengan senyuman di wajahnya menatap Gavien. Gavien hanya mematung lalu ikut tersenyum, ia jadi teringat mimpinya semalam, sial sial.

“Wah, cepat sekali datang nya.”

Gavien yang sedang menulis nama di buku absen tersenyum lalu mengangguk membenarkan ucapan sang kakak kelas. Sesudah itu hanya ada sebuah keheningan, Sean sibuk menulis di bukunya dan Gavien memberesi beberapa buku yang ada di ruangan osis.

“Permisi.”

Gavien yang membelakangi pintu lantas berbalik mendengar suara yang lembut tersebut, begitu juga Sean yang menundukkan kepalanya untuk menulis mengangkat kepalanya melihat siapa yang masuk.

“Naowen?,” tak tahu memang sebuah kebetulan, Gavien dan Sean mengucapkan nama yang sama pada seseorang yang ada di dekat pintu ruangan tersebut.

“Loh?, kamu kenal dia Gavien?,” tanya Sean bingung.

“Kakak sendiri juga kenal dia?,” tanya nya kembali.

Naowen yang melihat wajah bingung keduanya terkekeh, “Iya ini aku Naowen, Sean, bukankah aku sudah bilang akan masuk di semester dua?, bisa tunjukan kelas ku, ini nomornya.”

Naowen memberikan nomor kelasnya pada Sean yang masih shock begitu juga dengan Gavien yang mulai mendekat.

“Ini bukan mimpi lagi kan? Serius Aja?” Ujar Gavien mulai meneliti wajah si manis yang terlihat berambut coklat berbeda dengan yang ada di mimpinya, peraturan sekolah juga hanya membiarkan dua warna saja untuk warganya.

“Bukan, ini benar aku, sebenarnya aku harusnya masuk kelas kemaren tapi karena pulang cepat ya ga jadi,” ujar nya lalu ikut duduk di sebelah Sean.

“Gimana anak kalian?, lucu kan?,” ujarnya sambil tersenyum pada keduanya dengan penuh arti di baliknya, keduanya kembali shock, mereka pikir hanya kebetulan tau akan si manis ini.

Sean dan Gavien saling memandang lalu kembali menatap si laki-laki dengan bulu mata lentik itu, gila.

“Kayanya kita mimpi yang sama deh Gavien, mimpi kan?”

Mengerti akan yang di ucapkan si manis lantas menangguk, Naowen melihat keduanya kembali terkekeh lalu merapikan rambutnya dan mengecek gadgetnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Future l GuanrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang