Anak-anakku

853 115 0
                                    







🩵🩵🩵

Suasana pagi hari di rumah Mahen sangat riuh semenjak si kembar kembali dari Bali, Mahen yang juga sibuk bersiap berangkat kerja ikut tertawa melihat Luna dan Lino yang kini tengah berdebat tentang siapa yang boleh mengantar Mahen sampai ke depan pintu. Pasalnya Kana tidak mengizinkan kedua anak itu keluar ke pintu karena rumah mereka berada di daerah komplek perumahan yang sepi, dan langsung berhadapan dengan jalan. Takut anak-anak itu berlari ke jalan.

"Luna bantu mama yuk kita cuci piring"

Luna dengan wajah murung menatap ibunya, "Yah mama"

"Luna kan sudah mengantar Om kemarin, sekarang giliran abang, ayo nak, kita cuci piring ya"

Dengan terpaksa Luna mengangguk, mau tidak mau ia harus menuruti sang ibu karena sudah berjanji akan menjadi anak baik. Sementara Lino bersorak senang lalu berlari menarik tangan Mahen ke depan.

"Om hati-hati ya" ujar Lino dengan wajah sumringah setelah menyalimi tangan Mahen, anak itu melambaikan tangan dengan semangat

"Iya, Lino jaga mama di rumah ya, nanti kalau om pulang, om bawain jajan"

"Iya om makasih!!"

Setelah mengantar Mahen di depan Lino dengan cekatan menutup pintu lalu berlari masuk menuju ke dapur dan mendapatkan Luna yang sedang bermain busa sabun dengan Mama.

"Mama, kita jadi nggak ketemu Papa?"

Pertanyaan Lino sukses menghentikan aktivitas Kana, dengan telaten ia membersihkan tangannya dan Luna, membawa sang anak kembali duduk ke kursi meja makan bersama Lino. Kana tidak bisa menyembunyikan apapun perihal Januar pada kedua anaknya.

Ia jujur pada si kembar bahwa keadaannya dan Januar tidak sama seperti orang lain, sejak awal Kana menjawab jujur jika Luna ataupun Lino bertanya mengenai keberadaan sang ayah, mengapa mereka tidak hidup bersama?, mengapa mereka harus hidup terpisah dari sang ayah dan hanya tinggal dengan Kana?.

Berat hati memang, namun Kana menjelaskan semuanya dengan bahasa yang mudah di mengerti oleh keduanya dan ia bersyukur karena kedua anak kembarnya bisa mengerti keadaannya dan Januar.

"Tunggu sebentar lagi ya, Papa sedang banyak pekerjaan, nanti kalau sudah nggak banyak pekerjaan, Mama akan bawa kalian ketemu Papa"

Luna tampak murung, sementara Lino sebisa mungkin menyembunyikan kekecewaan  nya dengan tersenyum kecil pada sang ibu sambil menjawab, "Iya Mama, nggak apa-apa"

Kana mengelus kepala Luna dan Lino bergantian, "Mama janji, kalian akan ketemu Papa secepatnya, sabar ya sayang"

Kedua anak itu mengangguk patuh, Kana tersenyum sendu menatap kedua anak kembarnya yang sudah beranjak besar, mereka akan terus tumbuh dan membutuhkan ayah mereka. Maka Kana harus siap mendapatkan cemooh dari semua orang lagi karena akan meminta pengakuan atas kedua anaknya pada Januar.

"Mama janji akan melakukan apapun untuk kalian" gumam Kana pelan

***

Terik matahari menyadarkan Januar dari tidurnya yang tidak nyenyak sama sekali. Sudah berhari-hari ia tidak bisa tidur dengan baik, bahkan ia harus menghindari ayah dan ibunya yang terus memintanya pulang. Jangan tanyakan apa yang membuat Januar sefrustasi itu, jelas tidak lain tidak bukan karena Kalarina.

Wanita itu terus memenuhi isi kepalanya, kembalinya Kana sangat berpengaruh pada hidupnya, ia tidak bisa mendistraksi kehadiran Kana dengan apapun bahkan pekerjaan penting sekalipun. Karena baginya Kana masih menjadi yang lebih penting dibanding segalanya.

Struggle Of LoveWhere stories live. Discover now