Part 03

653 56 0
                                    

Erland membuka matanya secara perlahan-lahan, dia merasakan pusing di kepalanya saat hendak membuka mata , membuatnya sedikit meringis sambil memegang kepalanya.

Sebuah usapan lembut dia dapatkan dikepalanya, sambil sesekali kecupan hangat mendarat didahi nya yang terasa hangat.

"Baru aja pulang dari rumah sakit, dek. Malah udah sakit lagi," terdengar suara lirih dari sang kakak dari pemilik tubuh itu.

Erland ingin mengelak, saat Alden terus menerus melayangkan kecupan hangat pada dahinya, karena dirinya merasa geli, dan masih belum terbiasa dengan ini semua, namun tubuhnya terlalu lemas untuk mengelak.

"Nak? Bagaimana keadaan adikmu?" Alden mengalihkan pandangannya ke arah pria paruh baya yang baru saja masuk kedalam ruangan itu, masih dengan mengenakan pakaian kantornya.

"Loh, Papa udah pulang?" Tanya Alden, tanpa menjawab terlebih dahulu pertanyaan Papa nya. Pasalnya, sang papa baru saja berangkat ke kantor sekitar satu jam yang lalu karena ada meeting dengan klien, tapi malah sudah kembali.

"Anak Papa lagi sakit, jadi bagaimana bisa papa tenang ditempat kerja? Jadi bagaimana keadaan adikmu, nak? Apa kata dokter?" Jawab Varen, sambil kembali bertanya. Dua puluh menit yang lalu saat dia sedang meeting dengan klien, tiba-tiba saja dia mendapatkan pesan dari sang istri jika anak bungsu mereka saat itu sedang diperiksa oleh dokter karena jatuh pingsan. Varen yang panik segera meninggalkan ruang meeting tanpa mengatakan apapun kepada klien nya dan pulang ke mansion, dengan kecepatan mobil diatas rata-rata.

"Dokter bilang, Erland banyak berpikir keras membuat kepalanya sakit, dan berakhir pingsan. Dan sekarang dia demam, dokter udah kasih obatnya kok!" Jawab Alden.

"Astaga, lagi mikirin apa sih dek?" Gumam Varen sambil duduk dipinggiran ranjang sang putra, dan mencium punggung tangan anak itu berkali-kali.

Sedangkan Erland yang memang sudah bangun sejam tadi itu, hanya bisa menahan rasa geli nya karena mendapatkan perlakuan seperti itu dari keluarga barunya.

( ◜‿◝ )♡

"Masih pusing?" Erland mengangguk kecil, menjawab pertanyaan Papa nya.

"Tidur lagi yah, sayang?" Varen mengusap lembut rambut putranya agar tertidur kembali, namun nyatanya dia tidak bisa tidur lagi.

"Saya tidak bisa tidur," ujar Erland membuat Varen berhenti dengan aktivitasnya, kemudian mencium lama dahi Erland membuat sang empu rasanya ingin muntah saja akibat perlakuan yang tidak biasa dia dapatkan ini.

"Mau jalan-jalan?" Erland memandang bingung Varen, jalan-jalan? Apa itu? Di kehidupannya yang sebelumnya tidak ada istilah jalan-jalan.

"Mau?" Tanya Varen untuk memastikan, karena melihat putranya yang terdiam.

"Jalan-jalan itu, apa?" Varen berkerut heran, apakah putranya juga melupakan istilah itu?

"Jalan-jalan itu artinya kita pergi kesuatu tempat tertentu untuk menikmati keindahan, atau kenyamanan dari tempat tersebut, atau hanya sekedar berkeliling-keliling saja," Erland mengangguk mengerti, membuat Varen tersenyum sambil mengusap lembut rambut itu.

"Jadi, mau tidak?" Tanya Varen untuk memastikan, dan dibalas anggukan oleh sang putra.

ෆ╹ .̮ ╹ෆ


Erland memandang luar jendela mobil, melihat-lihat kearah bangunan-bangunan tinggi yang ada di kota itu, serta banyaknya kendaraan dijalanan itu.

♔ Transmigration King ♔Where stories live. Discover now