Pil

15 3 2
                                    

"Nama tokoh, konflik
Ataupun cerita adalah fiktif.
Jika terjadi kesamaan itu murni kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan ataupun menyerang dan menyudutkan pihak manapun"
...

Written by Yadyaapasya

🤝

Jamila menatap jasad di meja autopsi, mendiang bernama nona Wendy adalah satu-satunya mayat zombie yang tidak memiliki luka akibat zombie lain.

Jamila berhasil membuat sebagian besar dokter di rumah sakit itu percaya padanya.

Dan salah satu mahasiswa yang diizinkan ikut dalam penelitian autopsi adalah Khayran.

Khayran menatap Jamila dengan takzim, dia belum sempat menyampaikan permintaan tolong dari Arya.

Situasinya sedang tidak mendukung.

"Baik, pukul 19.30 autopsi jenazah nona Wendy kita mulai" ujar Jamila sembari bersiap dengan pisaunya.

Khayran mengangguk paham, ia lebih dulu memotret seluruh bagian jasad, sebelum di bedah.

Gio si anak emas berada di ruang pribadi Professor Surya, ia duduk di kursi tamu sembari menyelonjorkan kaki ke atas meja. Beberapa anak yang terlahir kaya raya, terkadang tidak kebagian mendapatkan sopan santun.

"Aku sudah memintamu untuk memperhatikan mahasiswi itu" ucap Surya dengan dingin.

"Tentu saja, tapi aku kan tidak mengikutinya sampai ruang laboratorium. Aku bukan mahasiswa kedokteran atau farmasi" Gio menjawab santai.

"Kau tahu Gio, apa yang tidak aku sukai dari orang jenius?"

Gio menatap dengan tatapan tanya

"Mereka suka menghancurkan rencana dari jenius lain" Surya mengepalkan tangan, ia sudah berusaha menyembunyikan mayat Wendy. Tapi Khayran cukup pintar untuk mengobrak-abrik rencananya.

Tapi meski begitu, Surya lebih dulu mempersiapkan segalanya. Termasuk apa yang harus dilakukan ketika rencananya sedikit terganggu.

Alih-alih marah, Surya malah terbahak puas, "kita lihat saja. Siapa yang paling jenius di antara kita"

Gio mendelik, ia tidak pernah suka pada Professor itu. Hanya saja, jika ia dapat keuntungan dari memihak-nya, kenapa tidak?.

"Selain itu prof, aku punya sesuatu yang bisa mengancam perempuan itu. Kau ingat aku pernah memintamu untuk membuatkan kamera yang berbentuk kamper kamar mandi?. Aku sudah punya koleksi beberapa perempuan termasuk Khayran di sana. Sudah kuduga alat itu akan sangat berguna"
Gio ikut terbahak, puas.

Surya menyeringai, "apapun itu yang kau bisa lakukan. Lakukanlah!"

Sean memarkirkan bus di tempat yang tampak aman, semua penumpang bus itu sama-sama tertunduk diam.

Siapa yang akan baik-baik saja setelah melihat pemandangan mengerikan dengan mata kepala sendiri.

"Kalo udah begini kita harus kemana lagi?, makanan gak punya. Apalagi tempat tinggal" celetuk Bella sembari menatap kosong kearah luar jendela.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 27 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

In a dead city Where stories live. Discover now