A Maze Called as Memories

5.3K 423 156
                                    

"Kenapa suka sama Romi? Soalnya, Romi lucu! Gemes! Pokoknya, Romi itu anaknya manja banget, clingy, tapi nggak kelihatan. Romi suka salah tingkah sendiri, kalau kayak gitu, jadi pengen dicubit. Lucu deh!"

*

*

"Happy birthday to you, Romi! Romi udah seperempat abad! Bwe! Udah tua! Hehehe Semoga Romi selalu dilindungi Tuhan dan semua yang Romi pengin terkabul. Maaf ya, karena kita masih harus long distance, tapi, sebentar lagi aku pulang, kok! Aku udah mutusin nggak lanjut ke Paris dan bakalan ke Jakarta buat ngelanjutin bisnis Papa aja. Jadi, aku bisa terus deket sama Romi."

*

*

"Romi, lihat deh! Aku baru beli buku 1984-nya George Orwell yang limited edition! Kamu pasti iri, kan? Aku udah beli dua loh, ini! Buat kamu satu, ya!"

*

*

Romi! Tempatnya bagus deh, di sini tuh kuenya enak banget! Tehnya juga! Kapan-kapan, kita harus ke sini. Kamu harus ke sini sama aku! Oke? [photo]

*

*

Dear Romeo,

As our sixth anniversary approaches, my heart is filled with gratitude for the time we've shared together. You've been my rock, my joy, and my everything. Despite our occasional disagreements and my quirks, you've remained steadfast and patient.

As we stand on the threshold of a new chapter called marriage, I can't help but feel a mix of excitement and uncertainty. But with you by my side, I know we can conquer anything that comes our way.

I've often imagined our future together, picturing a home filled with laughter and the pitter-patter of little feet. I long to have a large family with you, to share in the joys and challenges of parenthood.

Thank you for being there for me, thank you for not giving up on us. Thank you for loving me for who I am.

With all my love,
Adhisty Adhyaksa Putri

*

*

[Agustus, 2015]

Setahun pasca meninggalnya Adhisty, Romi memutuskan untuk pindah ke Singapura alih-alih tinggal di Jakarta. Awalnya, ia berencana akan bekuliah selama dua tahun pada jurusan sastra.  Tak ia sangka, ia malah pergi lebih lama. Sudah hampir lima tahun Romi berkelana. Saat ini, ia tinggal di London, menjadi editor salah satu penerbitan legendaris berlogo pinguin yang menerbitkan banyak buku kesukaan Adhisty dulu. 

Romi nyaris tidak pernah pulang, menyibukan diri dengan pekerjaannya di sini yang sekarang. Juga menyusuri jalan-jalan di sekitar kota London. Bermodalkan surel-surel yang dicetaknya dari Adhisty belasan tahun lalu, ia mengunjungi setiap tempat yang pernah kekasihnya itu  ceritakan. Toko kue di ujung jalan, taman yang jadi tempat Adhisty berpiknik dan melepas penat dan tempat piknik mereka di hari kelulusan Adhisty. Sudah tak terhitung berapa kali Romi menyusuri tempat-tempat yang sama setiap kali merindukan Adhisty. Membayangkan bagaimana rasanya jika ia menghabiskan waktu bersama kekasihnya di situ, bukan malah sibuk dengan pekerjaan dan kuliahnya.

Tangan Romi membuka kotak yang sengaja ia taruh di ujung kamarnya. Semenjak kepergian Adhisty, Romi berniat mengubur semua barang-barang yang mengenangkannya dengan perempuan kesayangannya. Namun, pada akhirnya ia urung. Ia meletakan kotak itu di ujung ruangan kamarnya, lalu membawa kotak itu bahkan sampai ke Singapura  dan ke London. Kotak itu hanya boleh ia buka setiap setahun sekali, tepat di hari jadi mereka dan hari kepergian Adhisty.

Miss Oh So PerfectWhere stories live. Discover now