6/6

174 25 0
                                    


Di mobil, Joanna dan Jeffrey hanya diam. Sampai tiba di tengah perjalanan, tiba-tiba saja Jeffrey mengatakan sesuatu yang membuat Joanna agak merasa kesal. Karena cemburu pada Rosa.

"Untuk lima bulan bulan ini aku mungkin akan jarang di rumah. Orang tua Rosa hanya di sini tiga hari saja. Karena masih ada pekerjaan di Australia. Kakaknya juga tidak bisa datang, karena anaknya masih sekolah. Kamu tidak masalah, kan?"

"Kamu mau menginap di rumah Rosa maksudnya?"

"Tidak, lah! Apa kata orang kalau tahu aku menginap di sana? Pulang kerja aku akan ke sana. Mungkin sampai tengah malam baru pulang, itu saja untuk tidur sebentar. Besoknya, aku yang akan mengantar Rion sekolah."

"Kenapa tidak mempekerjakan supir saja? Bolak-balik, apa kamu tidak lelah nantinya?"

"Bahaya kalau memakai supir untuk anak yang tidak dikenal lama. Aku khawatir orangnya tidak amanah. Aku sudah diskusi dengan Papa soal ini juga. Niatku ingin memakai supirnya untuk mengantar jemput Rion sekolah selama Rosa dalam masa pemulihan. Tapi ternyata orangnya tidak bisa. Karena setelah istrinya melahirkan anak ketiga, dia resign kerja. Supir Papa baru sekarang."

Joanna diam sejenak. Mencoba mencerna perkataan suaminya. Sekaligus mencari jalan keluar.

"Kalau Rosa tidak keberatan, Rion bisa tinggal bersama kita selama dia masih dalam masa pemulihan. Lagi pula sekolah Rion dekat rumah juga. Aku bisa jemput dia saat pulang di jam makan siang kalau kamu tidak sempat."

"Dan membiarkan dia di rumah sendirian? Tidak-tidak! Lagi pula Rosa pasti tidak akan mengizinkan. Selama ini hidup Rion sangat teratur dan terjadwal. Aku takut kalau dia tinggal bersama kita, jadwalnya jadi berantakan. Apalagi kita berdua sama-sama kerja. Seperti rencana awal saja. Aku tidak apa-apa. Kamu juga tidak perlu menjemput Rion di jam makan siang. Karena aku sudah meminta wali kelasnya untuk mengatar setiap pulang."

Joanna hanya menarik nafas panjang. Sedikit kesal karena Jeffrey menolak usulannya. Karena itu adalah plan A terbaik yang dipunya sekarang. Sebab plan B yang dipunya agak ekstrim memang.

"Kalau begitu kamu menginap saja di sana. Aku hanya takut kamu kelelelahan kalau harus bolak-balik setiap hari kerja. Lima bulan itu lama. Aku tidak masalah kalau harus tidur di rumah dengan Niana saja."

Jeffrey menoleh ke arah Joanna. Mereka saling tatap sebentar. Sebalum sama-sama menatap depan.

"Akan aku pikirkan lagi."

Joanna langsung memalingkan wajah. Dia menatap jendela. Karena kesal tentu saja. Sebab setiap pendapat yang diutarakan selalu disanggah. Padahal ini demi kebaikan suaminya.

"Mega kerja apa sekarang? Bukannya bulan kemarin dia baru saja resign dari kantor temannya?"

Tanya Jeffrey guna mencairkan suasana. Sebab atmosphere di antara mereka sedang panas. Meski hanya keheningan yang tercipta.

"Dia membuka dua restoran cabang di Surabaya dan Malang. Karena di Jakarta dan Bali banyak peminat."

Sekedar informasi, setelah keluar dari penjara, Mega membuka restoran di Bali. Memakai uang yang Joanna tidak tahu berasal dari mana ini. Karena si mantan suami tidak pernah membahas hal ini. Itu sebabnya Joanna kerap melarang Niana makan memakai uang si ayah ini. Karena takut jika uang yang dipakai haram dan tidak baik untuk perkembangan akhlak si anak nanti.

"Wah, keren juga. Dulu aku kira restorannya hanya akan bertahan selama satu tahun saja. Ternyata malah sampai buka cabang. Kamu dan Niana pasti bangga padanya."

"Tentu saja. Mega yang kukenal sangat pekerja keras. Dia bisa banyak hal. Dari mengurus pekerjaan rumah sampai berbisnis juga. Dia sempurna kalau saja tidak tergoda dengan uang haram."

Jeffrey tertawa. Dia merasa bangga. Karena merasa sedikit lebih unggul dari Mega.

Tbc...

NEW FAMILY [END]Where stories live. Discover now