28

2.1K 291 4
                                    

Sugeng rawuh..


SEMBURAT cahaya matahari pagi bersinar, embun embun pagi berjatuhan dari dedaunan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


SEMBURAT cahaya matahari pagi bersinar, embun embun pagi berjatuhan dari dedaunan. Sisa - sisa air hujan berjatuhan terkena matahari. Udara perlahan menghangat usai semalam suntuk terguyur hujan lebat. Burung berkicau nan berterbangan menghiasi langit biru di pagi hari.

Di pagi hari yang indah, di kediaman rumah keluarga bangsawan nampak sibuk. Beberapa para pekerja membersihkan kobangan air, yang masuk ke dalam teras rumah. Bayu Lakeswara bersedakap dada, ia berniat ingin membantu tadinya. Namun, dilarang keras oleh para pekerja nya.

Mengingat, kini Bayu Lakeswara menjadi keturunan tertua di keluarga Lakeswara. Walaupun begitu, ia masih nampak gagah nan tampan, tak jarang banyak wanita yang jatuh cinta kepada nya. Itulah mengapa, Arsean, Ardhaniel dan Arvion tampan dan memikat hati wanita.

Bayu Lakeswara kembali masuk rumah, melihat sang istri yang tengah mempersiapkan makanan di nampan.

" Bubur? teh hangat? buat siapa, dek? " Tanya Bayu Lakeswara.

" Ardhaniel sakit, mas. Badannya panas tinggi, semalam ia pulang jam tiga, langsung tiduran di sofa. Untung aku keluar semalam, langsung aku periksa dia " Jawab Anindhita.

" Astaga, pantas saja belum bangun " Jawab Bayu Lakeswara.

" Yasudah, kamu ke kamar nya dulu. Mas nyusul, aku mau telefon Gracia sama Arsean biar di periksa " Lanjut Bayu Lakeswara.

Anindhita mengangguk, setelah nya ia membawa nampan menuju lantai dua bersama dua maid yang mengikuti nya. Salah satu maid, membantu membukakan pintu kamar Ardhaniel, pandangan Anindhita menuju ke arah sang putra bungsu yang masih tertidur di bawah selimut tebalnya.

Anindhita menaruh nampan berisi bubur dan duduk di sebelah putra nya, membuka sedikit selimut yang menutupi wajah tampan putra terakhir nya itu. Anindhita menatap tak tega ke arah Ardhaniel, wajahnya pucat , badannya panas.

Anindhita memberikan usapan lembut di rambut dan pipi Ardhaniel, " Nak, bangun dulu yuk sayang? Ayo sarapan dulu " Ujar Anindhita lembut.

Ardhaniel terusik, ia sedikit mengeluh " Pusing, Buu " Rengek Ardhaniel.

" Iya, ibu tahu. Tapi, sarapan dulu ya? " Pinta Anindhita.

Ardhaniel mengangguk, perlahan ia bangkit dari tidurnya. Ia duduk dan bersandar di headboard kasur, menyandarkan kepalanya disana. Kepalanya terasa sangat berat, seolah diberikan beban sepuluh kilo.

Anindhita tersenyum, mengambil mangkok. Lalu, Anindhita menyendiri bubur yang telah ia buat, dan menyuapi putra nya itu. Perlahan, Ardhaniel membuka mulut, menerima suapan yang ibunda. Anindhita tersenyum, ia terus menyuapi putra nya dengan penuh kasih sayang.

Sesampainya, Ardhaniel menolak suapan yang Anindhita beri. Anindhita mengerti, memberikan Ardhaniel segelas teh hangat. Dan membiarkan putra nya tersebut minum.

𝐉𝐀𝐍𝐉𝐈 𝐒𝐀𝐌𝐔𝐃𝐑𝐀 [ 𝙀𝙉𝘿 ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang