Bab 4

139 87 9
                                    

Halow ketemu lagi sama Watashi, jangan lupa untuk

VOTE

KOMEN

HAPPY READING

***

Semua anak panti kini telah berada didalam mushola panti kecuali Aksa seorang.

Ia membuka kotak makanannya yang sudah dingin dan sedikit basi, "Udah dingin yaa" ucapnya sudah menduga.

Aksa menyuapi secara perlahan makanan itu kedalam mulut mungilnya, "Hmm, enak kok" ucapnya dibarengi tertawa hambar.

Ia tetap memaksa memakan makanannya walau perut Aksa terus memberonta tidak menerima.

"Ihh, perut nggak boleh gitu okey, kita harus bersyukur banyak orang diluar sana yang pengen makan, jadi jangan buang makanan yaa" menolognya sambil menunjuk perut rampingnya.

Tak terasa perlahan lahan buliran bening mengalir begitu saja dari sudut matanya bahkan Aksa tak menyadarinya, "Ihh, air apaan nih atapnya bocor kah, tapi kan nggak hujan?"

Beberapa kali ia mendongak kan kepalanya keatas untuk melihat dari mana air jatuh itu berasal, "Nggak hujan nih tapi-" Aksa menyentuh pipi bulatnya, "Wah, ternyata air mata pantesan Aksa liat keatas nggak ada atap yang bocor lagian juga nggak hujan" ucapnya dengan cengar cengir.

Aksa menghapus air matanya dengan lembut, ia kembali memakan makanannya tadi yang masih tersisa banyak, "Buk Aksa kangen ibuk, Aksa kira atap bocor tapi kayaknya rindu yang Aksa tahan sampai saat ini udah tak terbendung lagi buk, Aksa kangen masakan ibuk" ucapnya diiringi isakan tangis sesekali.

Aksa menghentikan ritual makannya, ia melihat seekor kucing liar yang sedang mendekat kearahnya, Aksa memberikan makanan sisanya pada kucing itu dengan senang hati, "Meng pasti lapar yaa, tunggu Aksa bentar yaa Aksa mau cuci tangan dulu"

Aksa terus memandangi kucing itu dengan tenang, "Laper banget yaa meng, maaf yaa Aksa cuman punya itu" Aksa terus menggelus elus punggung kucing itu, "Meng, Aksa kangen ibuk, kangen pelukan ibuk, masakan, semuanya aksa kangen" ia mengeluarkan semua curhatannya hatinya pada kucing itu.

Aksa selalu menutup rapat rapat kesedihan nya dari abang dan adik adiknya dipanti, melihat mereka yang selalu ceria membuat aksa selalu kagum terhadap mereka, kadang sesekali Aksa mendengar keluh kesah sang adik terhadap kerinduan nya yang seakan akan membuat hati Aksa ikut hancur lebur.

Jika semua orang mengeluh padanya lalu kepada siapa dia akan mengeluh?, Aksa tak ingin menambah beban pikiran mereka dengan keluh kesahnya, baginya pendam sendiri itu lebih baik.

Seseorang menyentuh bahu Aksa dengan lembut hingga mampu membuatnya kembali tersadar dalam lamunanya, "Adek udah sholat?" tanya Mehen pada Aksa yang sedari tadi hanya melamun, tatapan kosong bahkan ia tak menyadari kedatangan Mahen yang sedari tadi memanggil manggil dirinya.

"Hah, kenapa bang??" tanyanya linglung, "Aksa belum sholat bang, ini Aksa mau pergi sholat, hehe" ucapnya diiringi tawaan kecil.

"Aksa kenapa masih disini?, abang kira Aksa udah keluar tadi" Mahen melihat seekor kucing yang sedang dibelai oleh Aksa.

"Aksa tadi mau pergi, Aksa liat ada kucing yang masuk dan Aksa juga liat ada nasi anak panti yang sisa jadi Aksa kasih kekucing nya dulu deh" ucapnya bohong, "Maafin Aksa ya bang, udah bohongin abang" ucapnya membatin.

The seven of us forever ? [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang