4. Jangan-jangan Ada Yang Bangun

4.6K 360 7
                                    

Nafas Aiko memburu kesal. Dia marah dengan apa yang di lakukan Azof. Dia tidak lagi sedih, dia ingin menjambak Azof yang biasanya tidak kasar menjadi kasar.

Aiko keluar dari balkon. Tumben sekali Azof tidak merokok di sana. Biasanya kan seperti kereta api berasap.

Aiko akan membuat balkon itu berantakan sebagai kekesalannya. Azof juga sudah memberantakan moodnya seharian ini.

Aiko meraih semua botol bekas minuman dan beberapa bekas chiki. Dia harus buru-buru melemparnya.

Apa Azof keluar diam-diam? Kenapa tidak keluar saat mendengar pintu balkon Aiko terbuka. Tumben sekali.

Padahal Azof menyaksikan aksi si gemoy yang berusaha melempari sampah-sampah itu.

Azof maju selangkah agak cemas saat Aiko naik ke pembatas itu, bagai naik kuda lalu melemparkan sampah lagi.

"Awas jatoh! Ck!" gumam Azof dengan masih mengawasi.

Azof manatap banyaknya sampah itu. "Dasar gembul! Itu cemilan dari kapan sampe sebanyak itu," gumamnya lalu menatap Aiko lagi dan detik selanjutnya melotot.

Azof segera keluar saat Aiko terjungkir dan untungnya memegang pinggiran pagar balkon kamarnya, membuatnya urung jatuh ke lantai satu.

Lumayan, bisa patah tulang.

Apa Aiko berniat lompat ke balkonnya? Dasar ceroboh! Sudah tahu tidak bisa dari dulu.

"Aaaaaa! Mamang tolong! Papaaaaaa!" Aiko heboh sendiri saking panik.

Karmanya di bayar kontan!

Azof segera mendekat, membantu Aiko tanpa berpikir lagi. Dia berusaha menahan beratnya Aiko.

Dia harus mengajak Aiko olah raga!

"Eghh! Nakal banget sih! Arrgghh.." Azof berusaha membawa Aiko naik hingga berhasil. Keduanya ambruk saling bertindihan dan terengah di balkon Azof yang penuh sampah.

Azof menatap galak Aiko. Dan Aiko menciut takut. Apa dia ketahuan mengotori balkonnya? Pikir Aiko.

"Ngapain sih!" omel Azof setengah membentak membuat Aiko tersentak pelan dan segera menyingkir, menunduk mengaku salah.

Azof masih terengah kesal. "Lo!" dia menelan kekesalannya. Mental Aiko masih kecil, diomeli akan semakin tidak bisa diam dan balik menggigit.

Tingkahnya saja takut, polos. Jika di belakang seperti saat ini. Membuat balkonnya berantakan dan hampir jatuh dari balkon.

Azof hanya menjitak manja kening Aiko lalu rebahan, mencoba mengatur nafas dan menelan kesal plus khawatirnya.

"Beresin semuanya! Kalau ga mau gue lapor ke om Tomi biar balkonnya diilangin sekalian!" Azof bangun lalu menyandarkan kening ke bahu Aiko.

Aiko terhenyak sesaat.

"Ha~ gue lagi kacau, Ai. Lo bisa ga diem dulu," gumamnya tidak jelas membuat Aiko hanya bisa hah heh hoh..

Azof menjauhkan wajahnya. "Lo udah ga marah? Apa lo ga kepikiran, kalau kita ga bisa nikah, kita bisa pacaran, gue bikin lo hamil biar om Tomi izinin," hasutnya yang jelas omong kosong.

Azof hanya ingin Aiko kembali seperti biasa, bukan remaja galau yang berontak ingin menikah.

"Hamil?"

Azof menelan ludah. "Hm, ga mau punya anak gemoy mirip gue?" bujuknya. "Jadi sekarang pacaran dulu aja, nanti gue bikin hamil sebelum berangkat ke kota X," yakinnya yang tentu saja nanti bisa dia ingkari.

Paling Aiko marah 3 hari tidak lebih.

Hanya emosi anak kecil kalau kata Roni. Azof juga setuju soal itu.

Ai, Love YouWhere stories live. Discover now