01 - Perkenalan setelah Pertemuan

51 8 4
                                    

Ada perasaan aneh yang terus mengganggu Silfia di sekolah.

"Silfi!"

Gadis berjilbab sebahu itu kaget dan spontan menepuk lengan Nasha---teman sebangkunya. Gadis yang memiliki lesung pipi di sebelah pipi kirinya, memang sangat hobi mengangetkan Silfia.

"Kebiasaan, deh, kamu. Kalau jantung aku copot, gimana?"

"Hehe, maaf ... aku sebenarnya mau kasih tau sesuatu yang penting banget buat kamu."

"Jangan bilang mau ghibah? Maaf, aku tutup telinga---"

"Ih, bukan!" Tangan Silfia dicegah ketika baru saja akan bergerak mendekati telinga.

"Ini tentang salah satu kakel kita. Dia anak baru di kelas sebelas yang katanya nge-crush-in kamu."

Crush lagi? silfia menghembuskan napasnya panjang. Ia sudah capek dan ingin berteriak untuk menangis saja mendengar kata-kata semacam itu. Baru beberapa pekan bersekolah di SMA ini, tapi sudah banyak yang bilang,

'Si A naksir sama kamu.'

'Lo punya crush di kelas sebelah.'

'Kayaknya si B suka sama kamu, deh.'

Dan bla-bla-bla.

"Aku sekolah bukan untuk ikut ajang mencari crash crush crash crush, Nasha."

"Iya, aku tau ... tapi dengerin dulu, Silfi."

"Hadeh ... iya, apa?" Ekspresi Silfia sudah nampak bosan, sebosan-bosannya.

"Katanya dia dekat sama abang kamu."

"Yang dekat sama kak Uqi banyak, Sha."

"Makanya dengerin dulu, ih!"

Silfia mengalah, diam, dan siap mendengarkan. Sebenarnya sedikit ada rasa terpaksanya.

"Nanti siang, abis pulang sekolah, aku dengar katanya dia bakalan ke rumah kamu."

"Hah, ngapain?" Mata Silfia berkedip-kedip layaknya bintang-bintang di angkasa.

"Ya, kalau itu, sih ... aku juga gak tau." Nasha mengangkat kedua pundaknya sebentar sebelum dia mulai fokus mengeluarkan bukunya dari tas. Kebetulan bel---pertanda jam pelajaran akan dimulai---baru saja berbunyi.

Ini kali pertama Silfia mendengar 3 kabar mendadak sekaligus:
1) Ada kakak kelas yang katanya nge-crush-in Silfia,
2) Orang itu dekat dengan abangnya Silfia, Syauqi, dan
3) Dia yang belum diketahui namanya itu akan mampir ke rumahnya nanti.

Dan baru kali ini juga Silfia menjadi tidak fokus belajar, karena terus memikirkan tentang siapakah orang yang dimaksud oleh Nasha itu?

~~~

"Kak ...!"

Setiap kali dibonceng oleh Syauqi, Silfia harus berteriak dulu jika ingin mengajak abangnya itu mengobrol. Memang bunyi letupan knalpot motor Syauqi sungguh memekakkan. Belum lagi mereka berdua sedang mengenakan helm. Semakin minimlah pendengarannya.

"Paan?"

"Yang datang ke rumah nanti itu ... siapa?"

"Hah? Kok, kamu bisa tau, sih?"

"Ini Silfi, loh." Silfia berbicara seakan-akan dia tahu kabar itu sendirian tanpa dikasih tahu oleh seseorang terlebih dahulu, padahal Nasha ....

"Dia anak baru di kelas sebelas. Pas kamu masih MPLS, dia juga baru masuk. Kenapa emang?"

"Gak papa, sih. Silfi pengen tau aja."

"Kamu udah tau dia siapa, ya?"

"Gak, kok!"

Nuraga untuk AryaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang