Twenty Five

556 70 5
                                    

"Anda benar-benar terlalu tinggi memandang diri Anda, Tuan. Anda pikir, selama ini saya melakukan semua ini dengan sukarela? Anda pikir, kalau tidak ada orang lain, saya akan dengan senang hati menganggap Anda sebagai seorang kekasih?"

"Kalau tidak ada orang, tidak ada yang melihat, bagaimana kalau saya membunuh Anda saja sekarang, hm?" tanya Kavita dengan pandangan penuh tekadnya yang ia tujukan kepada Zane. Zane terdiam sejenak dengan mata yang membalas menatap kedua manik Kavita sebelum kemudian menunduk dan memberikan sebuah ciuman dalam nan menuntut.

"Membunuhku? Mulutmu memang benar-benar mematikan, Kavita." bisik Zane dengan bibir yang masih saling bergesekan. Ia lalu memundurkan wajahnya dan kembali fokus memeluk Kavita. "Apa kau tidak akan menyesal kalau membunuhku sekarang? Apa kau tidak mau melihat bagaimana tersiksanya diriku saat karma datang?"

Kavita mendengus. "Saat karma mendatangi Anda, saya pastikan saya sudah pergi jauh. Tapi tenang saja, saya tetap akan senang bukan main meski saya tidak melihatnya sendiri di depan mata saya."

"Sekarang, kau yang terlalu tinggi memandang dirimu, Kavita. Pergi jauh? Kau pikir, kau bisa bersembunyi dariku yang memiliki harta dan kuasa? Larilah sejauh mungkin, Kavita, aku pastikan aku akan menemukanmu." bisik Zane tepat di telinga Kavita dan membuat perempuan itu menggeram kesal.

Kali ini Kavita memutuskan untuk diam dan membuat Zane terkekeh. "Diam saja? Tidak ingin mendebatku lagi?"

"Saya adalah penganut lebih banyak beraksi dari pada bicara, Tuan." sahutan Kavita membuat Zane kembali terkekeh sebelum kemudian mendaratkan sebuah kecupan ringan di leher perempuan itu. "Lebih banyak beraksi ya? Kalau begitu, bagaimana kalau kita beraksi sekarang? Kau tentunya sudah lebih segar kan, karena sudah tertidur cukup lama?"

Kavita terdiam sesaat, berusaha menahan keinginannya untuk mendorong Zane dari balkon karena kesal bukan main. Ia lalu menoleh sedikit ke belakang dan berkata, "Bukankah tadi Anda mengajak saya untuk bersikap sebagai pasangan sungguhan? Kenapa sekarang Anda mengajak saya untuk kembali ke mode simpanan dengan mengajak saya tidur?"

"Jadi sekarang kau setuju?" sahut Zane dengan sebelah alis yang terangkat. "Seingatku, tadi kau menolak terang-terangan."

Kavita berdeham untuk menghilangkan rasa gugupnya. "Kalau disuruh memilih, tentu saja saya lebih memilih untuk berpura-pura mnejadi pasangan sungguhan Anda. Dari pada harus melakukan kontak fisik dengan Anda."

Zane menyeringai. "Seingatku, kau sudah pernah berpacaran bukan? Kau pikir, menjadi pasangan tidak akan ada kontak fisik?"

"Kontak fisik di ranjang maksud saya."

Seringai Zane terlihat semakin melebar. Ia kembali menunduk untuk berbisik, "Kalau kau jadi kekasihku, aku juga akan melakukannya, Kavita. Aku juga melakukan kontak fisik di ranjang dengan kekasihku.'

Ucapan Zane membuat Kavita tersenyum miris. "Ah, jadi Anda juga melakukannya dengan Nona Zarina ya? Tentu saja iya, buat apa saya bertanya."

"Kenapa? Apa kau tidak suka?" seulas senyum kecil Zane perlahan muncul tatkala memikirkan bahwa perempuan yang berada di pelukannya ini merasa tidak suka apabila dirinya berinteraksi dengan perempuan lain.

"Sama sekali tidak jadi masalah buat saya, Tuan. Saya hanya kasihan kepada Nona Zarina karena Anda malah lebih sering menghabiskan waktu di ranjang bersama dengan saya." sahutan yang diucapkan oleh Kavita sama sekali tidak memadamkan euphoria rasa senang yang sedang ia rasakan.

"Terserah apa katamu, yang jelas aku senang kalau kau merasa tidak suka. Tenang saja, dengan Zarina, aku tidak melakukannya. Untuk sekarang, hanya kau satu-satunya perempuan yang melakukan kontak di ranjang bersamaku."

Something UnfinishedDonde viven las historias. Descúbrelo ahora