Teka-teki⭐

32 17 6
                                    

Tepat di belakang Riko dan Khaira, ada sebuah payung bening yang mengikuti arah tujuan mereka ke parkiran. Fabregas dan Aura, dengan santai tanpa permisi tangan Fabregas sudah bertengger manis di pundak Aura, sebuah rangkulan.

Aura mengangguk dan tersenyum, ia menatap mobil Fabregas yang sudah melesat menjauhi rumahnya.
“Makasih!” suara ketus yang terpaksa khas Khaira. kaca mobil berwarna putih itu terbuka, hingga tampaklah seorang pria yang tengah tersenyum dengan mata yang terpejam, maksudnya mata Riko yang semakin menyipit.
“Besok sama gua lagi ya Khai?” tawar Riko dengan Sangiran titik Khaira memutar badannya, tak menggubris tawaran emas Riko. Aura tersenyum geli, ia mengangkat bahu dan ikut masuk ke dalam rumah.
“Lucu ya Riko,” goda Aura saat Khaira membuka kulkas untuk mengambil cemilan.
“Ih, Lo suka ya?” tanya Khaira, ia mengambil susu kotak coklat dari dalam kulkas dan dengan cepat meneguk isinya.
“Enggak ya,” jawab Aura yang ikut mengambil susu kotak dari dalam kulkas.
Aura kembali ke kamarnya aku mah dia mengganti pakaian dan membersihkan dirinya. Kini, ia sedang menatap dirinya di depan cermin. Ia duduk manis di kursi dengan notebook dan pulpen di atas meja rias. Pandangan Aura diturunkan, ia menatap lembar kosong notebook itu. Ia menuliskan rangkaian kata yang sudah memenuhi benaknya, bahkan bebannya.
***
“Aku bingung, harus kita mulai dari level berapa game ini? Dan mulai dari siapa tanda tanya yang mana yang akan menjadi korban dari permulaan?” tanya bayangan itu yang menatap lekat wajah pria di depannya.
“Korban itu urusan belakang, aku bisa saja melenyapkan semua kecuali dirinya dan aku. Tapi, alur cerita akan lebih seru jika pembaca tidak tahu siapa penjahatnya, bahkan mereka tak tahu nama ku,” ucap pria itu dengan sombongnya. Gelak tawa terdengar renyah dari bayangan itu.
“Bodohnya lagi mereka tidak tahu wujud asli dirimu,” tawa renyah kembali terdengar, kali ini lebih kencang.
“Baiklah, semua akan lancar.” Mereka tersenyum smirk dan mengangguk mantap.
***

Aura mengernyit, menatap rangkaian tulisan kata yang sudah ia tulis di lembaran kertas itu. Ia masih bingung, apa ini semua? Siapa yang mengucapkan kalimat-kalimat ini? Aura mendengus. Jikalau boleh request, ia memilih untuk lahir menjadi manusia saja.
“Game,” gumam Aura saat ia membaca tulisannya. Ia kembali berpikir, apa sih game nih? Apa sih ini? Teka-teki dari siapa sih? Gabut apa memang ini ujiannya? Tapi kalau gini, gue harus bertindak hati-hati, batin Aura. Ia membuang napas kesal.
“Oh Neptunus!! Aku belum dewasa untuk ujian ini!, aku tidak tahu teka-teki ini!!" Aura mengumpat dalam batinnya, frustasi.
***

“Halo Jum’at,” gadis dengan seragamnya itu turun dengan cepat menuruni anak tangga. Aura yang sedang sarapan roti selai kacang dan tak lupa susu hangatnya itu menoleh dan tersenyum.
“Em, nih, susunya habis, Lo minum teh hangat.” Ucap Aura yang kembali menyumpal mulutnya dengan potongan roti kacang. Khaira memutar bola matanya kesal. Aura setengah mati menahan tawanya, ia tahu Khaira tidak terlalu menyukai teh hangat, tapi ya sudah lah.
“Oiy-“ kalimat Aura terpotong saat terdengar suara klakson dari luar. Aura dan Khaira saling memandang. Aura tersenyum dan menatap roti di piringnya rumah ia kembali mengoleskan selai ke roti tawar itu. kali ini selai strawberry. Aura melirik kecil ke arah Khaira. Khaira kembali mendengus dan mengacungkan jari tengahnya kesal. Khaira berjalan ke arah pintu depan. Khaira memutar anak kunci itu dan menarik pintu rumahnya.
Hingga,
“Eluu!!!” pekik Khaira dengan tatapan tajamnya yang seolah ingin sekali melahap manusia di depannya ini. Khaira sangat ingin menjadikan orang di depannya ini sebagai santapan paginya.
“Hai,” sapanya dengan senyum merekah yang membuat Khaira demi Neptunus mulas.
“Apa!?” tanya Khaira sengit.
Aura yang mendengar teriak-teriakkan cempreng Khaira pun memilih untuk bangun dari duduknya dan berjalan menghampiri. “Anjay, berangkat bareng.” Goda Aura saat melihat Riko dengan senyum dan Khaira, tentu dengan wajah judes. Entah kenapa gadis itu memiliki raut wajah seperti itu.
“Eh, Khai, gua duluan, udah di jemput Egas.” Aura keluar dan sengaja menabrak bahu Khaira sebagai kode.
“Kurang ajar, jangan tidur di sini lagi! Gausah pulang! Jalan aja sama pacar Lo!” lagaknya seperti ibu rumah tangga yang menceramahi anaknya. Aura menoleh dan menjulurkan lidahnya nakal.

Secret fantasyNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ