2. I LOVE U-SERS | TAMAT

261 60 6
                                    

Naruto tidak lagi melanjutkan pekerjaan dan memilih untuk beristirahat. Ia tertidur di ruangan istirahat pegawai.

"Kau mual seperti wanita sedang hamil." Sai baru saja memasuki ruangan. Memberikan satu obat pereda mual yang ia beli di apotek.

Tidak ada tenaga untuk membalas. Naruto mengindahkan dan memilih merampas minuman tersebut, lalu meneguk sampai habis. Pokoknya, malam ini dia harus pulang dan memastikan istrinya tidur teratur. Dia sudah diam-diam memeriksa orderan online Hinata.

"Jadi, kalian bertengkar?" Sai langsung menodong pada poin utama. Hingga menyebakan pria pirang itu tersedak. Tidak ada niatan membantu, justru semringah puas. "Diam-diam aku memeriksa pesanmu setelah Hinata mengirim pesan padamu, lo! Apa harus sampai seperti itu kau mengingatkan dia tidur dan makan teratur. Kalian bahkan sudah menikah."

"Kau, tidak sopan memeriksa ponsel orang seperti itu!" hardik Naruto.

Sai mengedikkan bahu, mengambil posisi duduk senyaman mungkin setelah menarik kursi untuk lebih dekat ke arah Naruto. Sungguh dia tidak sabar ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada pasangan suami-istri itu. Hanya dia seorang di Hotel ini yang mengetahui kalau Naruto sudah menikah.

Tidak ada yang bertanya, maka tidak menemukan jawaban. Sebab Naruto bukan tipe orang yang haus akan validasi. Sai juga tidak pernah melihat cincin pernikahan di tangan Naruto. Namun dia pernah bertemu dengan Hinata dan wanita itu memakainya.

Kondisi tubuh sudah lumayan membaik, Naruto mengambil duduk pelan. Jika berdiri masih belum stabil. Berdecak lidah ketika meliat senyuman menyebalkan di depannya. Demi Tuhan pria itu akan mengungkit sekarang. "Iya, iya ... berhentilah tersenyum seperti itu. Kau terlihat seperti orang kesurupan, tahu!"

"Kau ini, mana mungkin!" jawab Sai, lalu tergelak puas.

"Sudah satu minggu aku berpisah apartemen dengannya. Rasa sabarku semakin menipis, setiap aku pulang ke apartemen selalu menemukannya sibuk menggambar porno." Entah kenapa dia merinding tiba-tiba. Sudah lima tahun dia belum terbiasa dengan itu. "Tidur tidak teratur, bahkan makan harus diingatkan. Aku tidak marah untuk pekerjaan rumah. Justru aku marah karena dia selalu menggunakanku dalam referensi modelnya! Seolah-olah dia menikahku untuk memanfaatkan saja!"

"Hei, itu bentuk love language anak seni. Kau selalu dalam karya mereka."

"Tapi kenapa harus menggambar vulgar begitu! Bahkan ... bahkan, " Naruto menggigil, bukan karena pendingin ruangan. Tapi ia tak mampu meneruskan kalimat itu.

"Dia menggambar kau sedang disod ̶ ̶"

Kalimat Sai terputus, Naruto baru saja menarik bibir pria itu untuk tidak melanjutkan kata sakral tersebut. Sai memegang bibirnya yang baru saja ditarik, beberapa detik lalu ia merasakan bibirnya serupa seperti seekor bebek.

"Ternyata berbicara denganmu tidak ada gunanya!" umpat pria pirang itu. Mendesis kesal, menyesali ucapan panjang lebar. Tentu saja, sesama anak seni pasti saling membahu.

"Hei," panggil Sai. Tengah mengipas bibir dengan tangannya, entah kenapa terasa panas. "Kau mungkin hanya melihat bagian gambar vulgar tersebut. Apa kau tidak pernah melihat gambaran lain selain itu?"

Hening mendadak. Tidak pernah ia berpikir sampai situ. Matanya tidak pernah menangkap gambar normal pada layar tab Hinata ̶ ̶ jika itu tentang dirinya.

"Jika pun aku berada di posisi Hinata, tentu aku memanfaatkan dirimu untuk pekerjaan yang aku suka ̶ ̶" Dia berdecak lidah ketika melihat ekspresi aneh Naruto. Sai pun melanjutkan dan mengatakan, "Jangan berpikir buruk dulu. Pandangan anak seni tentu berbeda dengan anak manajemen. Kalian mungkin tertarik dengan angka, tapi kami tertarik pada perspektif bentuk, garis, ruang atau detail kecil sekalipun. Untuk ukuran anak seni, postur tubuhmu adalah yang diimpikan anak seni dalam garis lukis mereka," lanjutnya.

I Love U-sersWhere stories live. Discover now