(13) March

4 0 0
                                    

Aku mengerjapkan mata. Menggeliat kecil. Kepalaku menoleh ke sana kemari. Ah, kenapa dingin sekali? Seingatku Pendingin kamar selalu disetel suhu 28° Celcius. Tidak pernah sedingin ini. Siapa yang menaikkan suhunya?

Buram beberapa detik hingga mataku akhirnya terbuka sempurna.

Eh, aku tidak salah lihat 'kan? Kenapa di langit-langit kamarku ada pohon pinus....

Tunggu, aku baru sadar. Ini juga bukan langit-langit kamar. Ini langit betulan. Aku tidak sedang di dalam ruangan. Secercah cahaya bulan purnama terhalang oleh awan pekat.

Bintik-bintik putih berjatuhan dari awan pekat itu. Menempel di pipiku. Aku merabanya. Bentuknya seperti kristal. Ini ... salju?

Aku beranjak duduk. Hei! Ternyata aku tidur di atas gundukan salju! Pantas saja dingin. Tapi siapa yang memindahkanku ke sini? Aku ada di mana? Aku menatap sekeliling.

Gundukan salju dan pohon-pohon pinus menjulang sejauh mata memandang. Bulu kudukku meremang. Sungguh, bagaimana aku bisa terbangun di sini? Apakah aku bermimpi?

Aku menepuk pipi berulang kali. Ah, sakit. Ini bukan mimpi. Tapi---ya ampun! Aku ada di mana?!

"HEI!"

Kepalaku tolah toleh ke sana kemari. Suara siapa itu? Seperti suara laki-laki. Aduh, jangan-jangan ... aku diculik? Gawat! Aku beranjak berdiri. Mengambil ancang-ancang berlari.

"SIAPA DI SANA?"

Terdengar suara langkah kaki berlarian dari arah belakangku. Aku cepat-cepat berbalik badan. Dan, dugaanku benar. Yang berseru barusan adalah laki-laki. Aku bisa melihat samar eksistensinya di sana. Penampilannya yang cerah sangat kontras dengan gelapnya hutan pinus.

Dia memakai kemeja putih dibalut rompi merah. Celana hitam semata kaki. Dan surai yang berwarna ... pink dan kuning? Sebentar, kok aku seperti kenal, ya?

Aku urung mengambil ancang-ancang berlari. Laki-laki cerah ini membuatku penasaran. Aku menunggunya hingga dia tiba di dekatku.

Astaga! Aku mengenalnya! Sungguh aku mengenalnya.

Laki-laki itu akhirnya berhenti tepat di depanku. Dia membungkuk dalam-dalam sambil menarik napas panjang.

"Hei, boleh bantu gue keluar dari hutan ini nggak? Ah, sialan ... gara-gara Kai, gue jadi ditinggal." Dia mendongak. Menatap wajahku.

Aku membekap mulut sebelum kelepasan teriak.

Laki-laki ini adalah Karis. Karisma Setyaputra. Main Character di serial roleplay Minecraft Bakwan Fight Back. Dan, apa tadi kata dia? Gara-gara Kai? Ah, jangan-jangan aku masuk ke dunia Bakwan?

"Lo ... lo gimana caranya bisa ada di sini?" Aku memutuskan bertanya. Walaupun seharusnya pertanyaan itu diajukan untukku. Karena akulah yang sesungguhnya terjebak di sini.

"Gue lagi camping sama rombongan sekolah. Ini hari kedua. Tadi sore, Guru membagi kita jadi 3 kelompok untuk mecahin riddle. Temen kelompok gue ada dua. Namanya Kai dan Adrian. Dan si Kai ini tadi dorong gue sampai ke jatuh sungai. Gue hampir hanyut. Dan waktu gue berhasil naik. Eh, tahu-tahu mereka udah nggak ada. Sialan." Karis menjelaskan cepat.

Kalau saja situasinya berbeda, aku akan tertawa mendengar caranya mengomel.

"Emm, maaf aja, nih. Bukannya nggak mau bantu. Tapi ... gue juga tersesat di hutan ini." Aku akhirnya terus terang.

Bola mata Karis melebar. Setelah itu dia mengembuskan napas panjang.

"Lo asalnya darimana?" Karis bertanya.

Aduh, aku gelagapan. Bingung harus menjawab apa. Haruskah aku menjawab jujur lagi?

Aku mengedikan bahu. "Entahlah. Beberapa menit yang lalu. Gue lagi tidur di kamar. Bangun-bangun gue ada di sini."

Kening Karis mengernyit. Sepertinya dia bingung. Menganggap alasanku tidak masuk akal. Tapi setelah itu dia mengangguk-angguk.

"Ya udah. Kalau gitu. Kita bareng-bareng cari jalan keluar!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MONTHALOGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang