01

1.8K 181 68
                                    

"Pagi bunda. Hari ini Kinan bawain bunda black rose, bunga kesukaan bunda. Hari ini Kinan juga mau masuk sekolah. Bunda tau, Kinan sekarang sudah masuk SMA."

Kinan memberikan setangkai mawar hitam di atas gundukan tanah yang berisi raga Agatha. Hal ini sudah bisa ia lakukan sejak Agatha meninggal.

Ia akan mengunjungi makam bundanya setiap hari. Tidak lupa dengan setangkai mawar hitam kesukaan Agatha.

Awalnya Kinan selalu datang dengan Sean. Sesekali juga dengan oma dan opa nya. Atau jika keadaan mereka tidak memungkinkan, Kinan akan meminta Eve dan Matteo mengantarkannya pada Agatha.

Sayangnya semua itu hanya tinggal kenangan. Karena setelah Sean menikah, ia hanya datang ke sana sendiri. Sean seakan tidak ingat jika ia pernah menjadi suami Agatha.

Hanya dia, opa Raka, dan Eve saja yang sering mengunjungi Agatha. "Bunda udah ketemu sama ayah dan ibu gak di sana? Kinan dengar mereka meninggal tepat di hari peringatan kematian bunda yang ke sepuluh."

Kinan menjeda ucapannya. Ia memperhatikan makam Agatha dengan tatapan yang sarat dengan kerinduan.

"Apa yang harus Kinan rasakan bunda. Kinan sedih saat ayah meninggalkan Kinan. Tapi Kinan juga bersyukur karena orang yang sudah menyakiti bunda mati. Kinan tidak jahat kan bunda?" Tanya Kinan pada Agatha, tepatnya pada makam Agatha.

Semakin terdiam, Kinan tidak membicarakan apa apa lagi dengan Agatha. Entah memang ceritanya sudah selesai, atau dia enggan menceritakan hal itu.

Dia hanya menatap makam Agatha dengan sebuah harapan jika Agatha masih hidup. Ia berharap jika raga yang di kebumikan beberapa tahun lalu bukanlah raga Agatha.

Bolehkan dia berharap seperti itu? Mengingat Agatha juga bukan wanita yang bisa di kalahkan dengan mudah.

Ada sebuah keyakinan dalam hati Kinan jika Agatha masih hidup. Hanya saja Agatha memilih menyingkir sementara waktu. Agatha tidak akan dengan suka rela mengorbankan nyawanya hanya untuk menyelamatkan orang yang lain. Terlebih itu adalah selingkuhan Sean.

Kinan yakin ada konspirasi yang terjadi di balik ini semua. Tapi dia juga tidak bisa memecahkannya.

"Kinan pamit bunda. Sebentar lagi gerbang sekolah akan di tutup."

Kinan bangkit dari duduknya. Sebelum benar benar pergi, Kinan menyempatkan diri untuk menoleh ke arah makam Agatha. Siapa tau Agatha akan keluar dari persembunyiannya.

"Kembalilah bunda. Kinan yakin bunda masih hidup. Bahakan ayah dan ibu masih hidup."





****

Kinan.

Gadis yang sudah memasuki masa remaja itu melangkahkan kakinya dengan pasti di sekolah barunya.

Setelah melakukan serangkaian acara mos, ia akhirnya resmi menyandar gelar sebagai gadis SMA.

Siapa yang menyangka jika gadis kecil itu sudah tumbuh secepat ini. Meski tumbuh dengan luka, tidak membuat Kinan menyerah sedikitpun.

Meskipun ia harus berjalan dengan terseok seok di atas pecahan kaca yang siap melukai kakinya kapan saja, ia tetap berdiri dengan tegak. Dan ia bangga akan hal itu.

Hanya saja, setelah luka yang begitu dalam, sifat Kinan tidaklah sama seperti dulu. Kinan yang sekarang menjadi seperti Agatha.

Tidak tersentuh, cuek dengan sekitar, pendiam, dan juga pendendam. Silent girl, sepertinya julukan itu cocok untuknya.

"Gue kan udah bilang sama lo buat jauhin Nicolas. Telinga lo budek apa gimana sampai gak denger sama apa yang udah gue ucapin."

Langkah Kinan terhenti begitu mendengar teriakan melengking seorang perempuan. Di depan sana, Kinan bisa melihat seorang siswi yang berpenampilan cukup terbuka sedang menindas seorang siswi culun.

Queen DevilWhere stories live. Discover now