Miki: Tapi... Satu Kali Greet Bisa Berujung Panjang

5.6K 588 39
                                    

Adrian bisa jadi orang paling keras kepala yang pernah ada. Satu-satunya orang yang bisa menyaingi cowok itu Miki yakini hanya Ratu; dan ternyata juga Rere - Miki menyimpulkan setelah apa yang cewek sengak itu katakan padanya, sehari yang lalu.

"Mik, lo bisa main keyboard, kan?" Tiba-tiba Rere bertanya padanya kemarin, lebih seperti pernyataan daripada pertanyaan. Saat itu Miki belum menyadari datangnya aura-aura mencurigakan, pembawa petaka.

Ia mengangguk. Sebuah kesalahan fatal. "Lumayan. Kenapa?"

"Bagus! Nanti di Pensi lo jadi pengiring buat Ratu tampil, ya. Lagunya All of Me." Ujar Rere seraya mencatat nama Miki di selembar kertas. Terlambat, Miki - Hatimu terlalu baik!

Miki garuk-garuk. Bisa saja ia lupa keramas tadi pagi, tapi kalau orang ganteng mau digimanain juga ya ganteng aja. "Ah, tapi... Gue nggak jago-jago ba-"

"-bodo amat. Udah, nggak apa-apa." Kali ini pernyataan Rere lebih terdengar seperti kewajiban.

Cowok itu senyum-senyum oncom - Macam anak Paskib ketika Sang Saka Merah-Putih nggak nyampe-nyampe bahkan setelah lagu Indonesia Raya sudah mencapai pengulangan kali keempat.

Begitu selesai menulis, Rere menambahkan, seraya nyengir khasnya. "Ngomong-ngomong, ini sebenernya Ratu yang nyuruh gue buat diiringin sama lo. Nggak apa-apa kan, ya?"

Wah ege, apa-apaan nih Rat, pikir Miki. Seingat cowok itu, interaksi terakhirnya dengan Ratu adalah mengirim pesan LINE untuk menanyakan hadiah apa yang tepat ia berikan ke Miranda saat kakaknya tersayang itu akan berulang tahun. Miki harap, sesama cewek akan lebih bisa mengerti keinginan satu sama lain.

Kenapa tidak bertanya ke Adrian? Karena seingat Miki benda milik sahabatnya itu masih asli, bukan artifisial. Di mana saat itu Miki butuh cewek ori, bukan bajakan. Kenapa juga tidak ke Rere? Karena Miki yakin chat-nya akan baru dibalas cewek itu paling cepat ketika iPhone 10 dirilis.

Maka pilihan terakhir Miki adalah Ratu.

Mungkin gara-gara Miki meng-greet Ratu satu kali, menurut Ratu itu artinya mereka berdua sudah layaknya sahabat dekat selama satu abad yang bisa disuruh-suruh kapan saja.

Dasar cewek, batin Miki geleng-geleng. Tapi nggak apa-apa lah, ini masih mending - Daripada kebanyakan cewek, kalau di-chat, ntar baper.

Kan mampus.

Lagipula, tampil dengan keyboard tidak ada salahnya juga. Bukan hanya cukup terampil dalam memainkan jemarinya di atas tuts-tuts hitam dan putih itu - Miki juga menikmati memainkannya. Terlebih, pasal ia mengetahui bahwa Adrian rupanya pula tidak lepas dari jerat maut Ratu.

"HAHAHA," Miki tertawa selebar-lebarnya ke arah Adrian. "Jadi ternyata bukan cuma gue yang dikerjain si Ratu."

"Dikerjain? Kok dikerjain? Gua mah ikhlas men, ngebantu temen," ujar Adrian membalas, sambil memutar-mutar kabel amplifier yang tersambung dengan bass hitam di tangan Miki. GRUDUK, GRUDUK, GRUDUK, bunyi khas amplifier menggelegar, membuatnya terlompat sedikit.

Sementara si cogan memetik-metik senar bass yang sedari tadi keras kepala - Tidak mau mengeluarkan bunyi apapun kecuali bunyi besi yang dipukul. "Ya, kayak lu nggak tau aja suara Ratu kan... Um,"

Nggak, Miki tidak pernah mengaku suara Ratu jelek. Tapi itu juga bukan berarti Miki bilang suara Ratu bagus. Miki hanya masih cukup baik untuk menahan diri menyakiti perasaan orang lain.

"Iya sih, hehe," Adrian berkata sepelan mungkin. "Tapi siapa tahu misalnya Rere juga ternyata ikutan."

Miki memutar bola matanya. "Berhenti nape ngomongin-" GRUDUK GRUDUK GRUDUK, amplifiernya menggelegar lagi, dan kali ini Miki sungguhan melompat, "-njir lu sengaja ya?!"

Lo Baik Sih, Tapi... [COMPLETE]Where stories live. Discover now