Empu yang akhirnya ingat dengan nama sang lawan bicara hanya bisa terus menatap wajah lelaki jangkung pemilik surai hitam legam di hadapan.
"Tak masalah, sensei. Itu memang sudah tugasku." (Name) beri jawab atas kalimat apresiasi yang dilontar sebelumnya.
Sedangkan Hayato tetap pada senyum yang terpatri di wajahnya.
"Kalau kamu merasa kerepotan, jangan sungkan untuk minta tolong pada sensei, ya."
Gadis yang masih bersitatap dengan manik hijau Hayato hanya memberi respon dengan anggukan kepala, disusul dengan ucapan terima kasih dari lisannya.
"Terima kasih, sensei."
(Name) tidak terlalu menanggapi dengan serius apa yang Hayato katakan. Karena kebanyakan orang hanya asal bicara tanpa sungguh-sungguh ingin membantu sesuai dengan perkataannya.
Dan akhirnya gadis itu ambil langkah ke luar dari ruang guru dengan niat kembali ke kelas untuk mengikuti pelajaran selanjutnya.
ˋ°•*⁀➷
Sejak saat itu (Name) merasa selalu dibantu perihal tugas ketua kelas yang memang sudah jadi bebannya selama di kelas 2. Kehadiran Hayato adalah hal yang membuatnya merasa terbantu, karena lelaki itu memang selalu tiba-tiba muncul untuk memberi bantuan sekalipun gadis itu tak meminta.
Tentu gadis itu terasa sangat terbantu karena tindakan yang Hayato lakukan, tapi terkadang juga merasa tidak enak hati karena hal ini pasti merepotkan gurunya. Itu yang ada di benak (Name).
Tanpa sadar kehadiran Hayato membuat hari-hari yang dijalani (Name) terisi, membuat kanvas putih dengan hanya warna putih keabuan di dalamnya jadi terhiasi.
Gadis itu tidak mau mengakui, pun tak ingin menyangkal bahwa dirinya merasa nyaman akan eksistensi Hayato yang mulai ikut andil dalam mewarnai dunia yang membosankan menurutnya.
Lama-kelamaan (Name) menjadi sosok yang sangat terbuka dan riang semenjak kenal dekat dengan wali kelasnya tersebut alias Hayato.
"Terima kasih karena sudah mau membantu sensei memisahkan berkas-berkas ini ya, (Name)." Hayato menginterupsi kegiatan memilah berkas di meja guru dengan ucapan yang ditujukan pada (Name).
Yang diberi kalimat terima kasih mengangguk dengan mantap, "Tentu saja tak masalah, sensei! Yuzuki-sensei juga sudah sering membantuku, jadi kalau sekadar ini bukan apa-apa."
Hayato tersenyum lembut dengan netra yang masih menatap anak muridnya seraya mengucap syukur dalam hati bahwa ada seseorang yang bersedia mengulur tangan untuk membantu.
Suasana sepi tanpa ada satu pun suara yang memasuki terjadi beberapa saat dalam situasi yang kedua orang tersebut hadapi. Mereka mungkin ingin lebih fokus menemukan sesuatu yang mereka cari.
Beberapa berkas dan buku yang ada di meja milik Hayato dipindahkan tempatnya dengan maksud lebih mudah menjelajah untuk mencari di sana.
"Bagaimana pengalamanmu menjadi wakil ketua kelas selama setengah tahun ini?" Sebuah tanya dengan tiba-tiba dikemukakan Hayato saat keduanya masih sibuk dengan apa yang dikerjakan.
(Name) berhenti sejenak dari kegiatannya untuk berpikir akan jawaban dari pertanyaan yang dilontar. Setelah itu dengan yakin menjawab, "Awalnya aku merasa terbebani karena ketua kelas hanya melempar tugasnya padaku yang menjabat sebagai wakilnya," Dia menggantung kalimatnya sejenak di sana.
Gadis itu perlahan menarik garis bibirnya ke atas, "Tapi aku juga senang karena berkat itu bisa kenal dekat dengan Yuzuki-sensei."
Hayato yang mendengar jawab dari sang lawan bicara ikut membuat lengkung kurva pada sosok yang ada di hadapan.
Mungkin kalimat itu adalah hal indah lain yang pernah ia dengar dari seseorang selain adik-adiknya.

YOU ARE READING
𝐖𝐑𝐎𝐍𝐆 𝐓𝐢𝐌𝐄 ー⌗Hayato
Teen Fiction❝please wait for me.❞ ▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀ Now playing: 𝗬𝘂𝘇𝘂𝗸𝗶 𝗛𝗮𝘆𝗮𝘁𝗼 𝘅 𝗙! 𝗥𝗲𝗮𝗱𝗲𝗿 ♪ 𝟶:𝟶𝟶 ──◍───── 𝟷:𝟹𝟶 ↻ ◁ || ▷ ↺ ♫ Mungkin bukan perasaan sang dara yang...