ꗃ special chap ✮

176 29 5
                                    

Kelulusan adalah salah satu hal yang paling (Name) nantikan dalam hidupnya. Dan akhirnya hari yang telah ditunggunya ini pun tiba dengan suasana bahagia yang sudah semestinya.

Upacara kelulusan diadakan. Satu-persatu nama siswa yang lulus disebut oleh kepala sekolah yang sudah berikan lektur pada seluruh siswa kelas tiga yang akan tinggalkan gelar mereka sebagai murid SMA.

Sekumpulan siswa-siswi kemudian menumpah-ruahkan segala emosi yang tersisa di hari terakhir mereka di sekolah. Ada yang menangis karena akan berpisah dengan sahabatnya, ada yang menyatakan perasaan pada orang yang disuka, pun ada yang tetap tertawa bahagia karena tak ingin buat perpisahan ini jadi ajang kesedihan antar mereka.

Setelah diberi ucapan selamat oleh orang tua dan teman-teman dekatnya, (Name) buat kakinya melangkah pergi. Meminta izin pada orang tuanya untuk berbincang dengan seseorang sebelum mereka beranjak pergi.

Persetujuan lantas diberikan. Orang tua (Name) paham pasti ada satu orang spesial yang putrinya itu ingin temui sebelum akhirnya benar-benar pergi dari sekolah yang ia tempati.

Matanya menelisik ke banyaknya tubuh manusia yang memenuhi aula sekolah. Tak heran, ini adalah hari kelulusan di mana seluruh wali dari kelas tiga datang untuk memberi ucapan selamat serta merayakan kelulusan anak mereka.

Langkahnya dibuat menapak lebih lagi. Mencari orang yang ingin ditemui di perkumpulan para guru yang terlihat tengah memperhatikan bagaimana siswa-siswi mereka melepas segala emosi yang ada bersama orang tua maupun temannya.

Ketemu. Di sanalah sosok itu berdiri dengan tubuh jangkungnya.

Walau sosok yang dimaksud terlihat sedang berbicara dengan orang lain, (Name) tetap lanjutkan langkah. Dia tak masalah harus menunggu sampai orang yang dimaksud selesai berbincang.

Untungnya tepat ketika langkahnya ia buat terus mendekat, seorang gadis yang tadinya nampak berbicara dengan orang yang (Name) maksud terlihat pergi dengan satu orang lainnya.

"Haya-sensei!" Dia memekikkan satu nama yang pasti, familiar, dan tanpa ragu. Membuat empunya nama yang merasa terpanggil mengalihkan pandangnya ke sumber suara.

Mendapati salah satu sosok muridnya yang memang lulus hari ini, Hayato-pemuda yang memang (Name) sengaja cari eksistensinya berjalan mendekat pada murid yang barusan memanggil nama.

"Selamat atas kelulusannya, (Name)." Setelah jaraknya hanya tersisa dua langkah, Hayato akhirnya buka suara untuk beri selamat. Matanya menatap sosok (Name) dengan sedikit menunduk karena perbedaan tinggi mereka.

Bukannya memasang wajah senang karena telah diberi ucapan, (Name) justru lakukan sebaliknya. Dia memanyunkan bibirnya dengan alis yang turut berkerut, menandakan dia tak senang atas ucapan yang baru saja ia dapat.

"Padahal aku berharap Haya-sensei jadi orang pertama yang mengucapkan selamat padaku setelah Ayah dan Ibu," sinis (Name) menatap sedikit tajam pada orang di hadapannya. "Sepertinya Haya-sensei lupa kalau aku ini juga merupakan salah satu muridmu," lanjutnya masih pertahankan nada suara sinis bercampur kecewa.

Mendengar jawaban muridnya, alis Hayato nampak turun, merasa bersalah. "Tolong jangan berpikir seperti itu. Aku baru saja ingin menemui kamu setelah berbicara dengan salah satu murid dari kelas tiga lainnya tadi." Tangan kanannya ia lambaikan ke kanan-kiri sebagai antisipasi perkataannya.

"Di mana orang tuamu? aku mau menyempatkan diri untuk berbicara dengan mereka juga." Belum sempat memberi respon untuk kalimat Hayato sebelumnya, lelaki jangkung itu kembali angkat suara dengan ajukan sebuah tanya.

Raut wajah (Name) ia rubah. Tak lagi memasang wajah sinis pada lawan bicara di hadapannya. Tapi mendengar kalimat dari Hayato buat (Name) ujarkan candaan.

𝐖𝐑𝐎𝐍𝐆 𝐓𝐢𝐌𝐄 ー⌗HayatoWhere stories live. Discover now