20. KAKAK BERSARUNG UNGU

1.3K 285 156
                                    

Hi!

I'm sorry about too late post this chapter. Now we're going to see the flashback.

Kiw kiw

Ket.
Dyo belum nikah

~*~

Kuping Dyo pengeng dengerin mulut manusia-manusia yang ada di sekitarnya ini. Capek sumpah, tiap hari pertanyaan yang sama selalu diulang-ulang, apalagi saat tetangganya yang notabenenya adek kelasnya udah selesai sidang skripsi dan otw wisuda, semantara dia yang setahun lebih tua malah baru kelar skripsian. Orang-orang mulai banding-bandingin Dyo sama anak ini.

'Kok belum wisuda?'

'Loh, kok di rumah?'

'Kapan wisuda? Temenmu MI udah wisuda semua loh.'

'Kamu sama Naillah lebih tua kamu kan, Zam? Tapi kok sidangnya di tahun yang sama, ya?'

'Kenapa sampe sembilan semester? Pasti kuliahnya main terus.'

'Kayanya dulu yang paling pinter di kelas itu kamu, tapi kok wisudanya paling belakang?'

'Udah kerja belum? Anak Ibu udah dapet kerja kemaren.'

Dan pertanyaan-pertanyaan asu lainnya yang kalo Dyo jabarin bisa jadi literature review skripsinya yang jumlahnya ada dua puluh delapan halaman itu. Dyo heran sumpah, kenapa orang-orang demen betul ngurusin hidup orang lain? Mau Dyo udah wisuda atau belum itu urusan Dyo, toh yang bayarin kuliahnya Chanyeol sama Baekhyun, bukan mereka. Wong Mamih sama Papih aja gak keberatan Dyo nambah semester dan wisudanya telat dari temen-temennya yang lain, kok malah bebegig-bebegig ini yang kepanasan.

Dyo baru aja pulang dari Bandung setelah ngurus beberapa persayaratan buat wisuda, belum genap dua hari dia di rumah, dia udah dapet serangkaian pertanyaan yang kurang manusiawi dari para makhluk rempong di sekitar rumahnya. Belum lagi yang body shamming. Wah, ingin rasanya Dyo jejelin mulut-mulut itu pake wingko mambu.

Dia sekarang lagi di warung nganterin dua bocil gemesnya yang pengen beli jajan, si yang punya warung nanya ke Dyo selagi Alif sama Aca milih jajan.

"Kok makin gemuk aja, Zam?"

Dyo natap yang punya warung beberapa detik, sebut aja namanya Anit. Dyo senyum tipis sambil nyamanin Aca yang belum genap dua tahun di gendongannya.

"Makmur, Mbak Nit." Jawab Dyo habis itu ngambil jajan makaroni pedes yang dipegang si bungsu. "Didi mau ini? Jangan yang ini, pedes, nanti sakit perut."

Aca ngelepasin jajannya habis itu nyari jajan yang lain. Alif berjinjit buat lihat jajan yang dipajang di etalase. Kepalanya belum nyampe bos, yang kelihatan cuma jidatnya doang.

"Aca cuka yang nini, Amas, bicuit." Kata Alif, ngambilin biskuit kemasan yang biasa dimaem sama Aca.

"Oh, iya." Dyo ambil jajan di tangan Alif habis itu nanya, "Alif udah dapet belum jajannya?"

Si dedek nyengir, dia tunjukin beberapa jenis jajan yang udah dia kumpulin di atas etalase. Katanya, "Cudah, Aif cuka yang tuh, Amas, cucu cama yupi."

Dyo ngekeh, gemes banget dia sama adeknya, jadi dia cubit pipinya lalu dia kasihin semua jajan yang dipilih sama dua bocil ke Anit.

Anit masukin jajan yang dibeli sama Dyo ke dalem kresek hitam sambil ngajak Dyo ngobrol lagi.

"Ponakanku waktu skripsi jadi kurus banget loh, Zam, tapi kok kamu malah makin gemuk gini. Jangan-jangan kamu bayar orang, ya?"

Dyo gak tau nih orang serius apa cuma bercanda, tapi Dyo sakit hati banget dituduh bayar orang. Yang bener aja anjir? Dia penelitian setengah tahun lebih, data yang diambil ditolak sama pembimbing jadi harus ambil data dua kali, di-PHP-in pembimbing sampe nangis dan stress seminggu tapi malah dituduh bayar orang?

RAMADHAN KELUARGA PAK CHANYEOL jilid 5 | KAISOO & CHANBAEK ✔Where stories live. Discover now