1 (21+ CONTENT, BE WISE)

125 8 12
                                    

Kereta kuda berhenti tepat di depan Istana. Lelaki yang berada di dalam kereta tersebut belum sempat merapikan pakaiannya saat ia mendengar teriakan dari luar. Ia menajamkan pendengarannya, matanya melirik ke luar jendela dengan awas.

"Ibu, kakak sudah datang! Kakak di sini!" Suara teriakan Mary terdengar menggelegar. Ia sampai lebih cepat karena ia berlari mendahului orang tuanya yang sedang berjalan santai untuk menyambut kedatangannya. Archer segera turun ketika pintu kereta dibuka. Begitu ia menapakkan kakinya, Mary berlari ke arahnya dengan cepat sehingga Archer hampir roboh.

"Kakak!" Ujarnya senang. Archer ikut tertawa saat akhirnya ia bisa mendengar suara adiknya kembali. Di kejauhan, ia melihat ayah dan ibunya tersenyum. Wajah ibunya sudah jauh membaik dari yang Archer lihat terakhir kali. Tak ada bekas luka yang terlihat, entah apa yang digunakan ibunya untuk mengobati wajahnya.

"Archer putraku." Kenneth memeluk lelaki tersebut dengan hangat sementara Mary berdiri di samping Archer sembari tersenyum cekikikan.

"Ya Tuhan, kau berubah sangat banyak, Archer. Ibu hampir tidak mengenalimu. Kau semakin tampan dan dewasa." Kini giliran Margaret memeluknya.

"Kakak semakin tampan!" Mary kembali tertawa.

"Ayo, cepat masuk. Hari sudah semakin gelap." Kenneth mengajak mereka semua masuk. Mary cepat - cepat menarik Archer. Ia menggelanyuti tangannya.

"Aku senang melihatmu sehat, Mary."

"Ya, aku sudah sehat. Aku bisa melakukan apa saja seperti dulu, tetapi ayah melarangku keluar Istana tanpa ada keperluan mendesak. Aku biasanya keluar Istana bersama ibu." Gadis itu menceritakan kesehariannya dengan senang hati.

"Mary nampak senang sekali." Bisik Kenneth pelan. Ya, ia berjalan bersama Margaret di belakang mereka berdua.

"Wajar, mereka hanya dua bersaudara. Tanpa Archer, Mary tidak punya teman di Istana ini." Timpalnya cepat. Margaret sangat senang atas kembalinya Archer. Putranya tersebut telah tumbuh sebagai lelaki dewasa yang matang.

***

Saat Archer sampai di paviliunnya, ia menemui beberapa perabotan telah diubah. Tentu saja ibunya yang menggantinya. Tata letaknya juga berubah, membuat Archer harus menyusur ulang supaya ia terbiasa dengan hal tersebut.

"Yang Mulia, kau mendapat undangan." Selene menunduk hormat sembari mengulurkan tangannya untuk memberikan undangan tersebut. Archer tak langsung menerimanya, melainkan memperhatikan Selene terlebih dahulu. Tak ada yang berubah dari wanita tersebut. Dilihat dari seragamnya, Archer tahu bahwa Selene masih memegang posisi Kepala Pelayan Blauer.

"Dari siapa ini?" Tanyanya sembari membuka amplop tersebut.

"Tuan Anderson, Yang Mulia."

"Dia tahu dari mana bahwa aku sudah pulang?"

"Berita kepulanganmu telah menyebar luas. Permaisuri memberitahu orang - orang bahwa kau akan tiba di Istana Dakota minggu ini."

"Pantas saja." Ia menggeleng lalu memberi kode kepada Selene untuk pergi. Namun hingga beberapa saat, wanita tersebut tak kunjung pergi.

"Pergilah." Kini Archer harus mengusirnya secara terang - terangan.

"Apa kau tidak ingin mandi terlebih dahulu? Aku bisa..."

"Berhenti menggodaku. Kau bisa dikeluarkan dari Istana bila ibuku mengetahuinya." Potongnya cepat.

"Permaisuri tidak akan mengetahuinya."

"Bukan 'tidak', tetapi 'belum'. Lebih baik kau bekerja seperti biasanya. Aku tidak bernafsu melihatmu." Archer melewatinya begitu saja. Selena membatin di dalam hatinya. Jujur, diam - diam wanita tersebut menyukai Archer, apalagi ia pernah memuaskan lelaki tersebut. Sayangnya, itu hanya sebatas oral seks, Selene mengingatnya dengan baik. Archer menolaknya saat Selene akan memulai penyatuan mereka.

Hail to The King (FROM THE DAYS UNIVERSE)Where stories live. Discover now