Mati

269 35 19
                                    

"Mau kemana lo, Fang?"

Fang berhenti melangkahkan kakinya, penampilannya sangat jauh dari kata rapi. Jaket warna hitam, celana jins yang robek di bagian lutut, satu anting ditelinga kanannya dan rambut yang berantakan.

Sang kakak menatap malas penampilan adiknya hari ini, seperti preman pasar. "Biasa, kek gak tau aja lo, sister." jawab Fang dengan santainya.

"Bisa gak sih, lo gak balapan liar lagi? Mau mati lo, hah?!" walau pun sarkas, tapi tersirat raut khawatir dari si kakak. Hanya saja di tutupi dengan raut wajah kesal.

"Halah, dari zaman gue SMA dulu, balap liar adalah kerjaan dan hobi, gue. Sampe sekarang gue masih hidup, tuh." ucap nya dengan acuh. Sang kakak ingin sekali melempar adiknya dari lantai lima belas, agar mati saja sekalian. Umur kan tidak ada yang tahu, bisa saja habis dia mengatakan hal itu, nantinya langsung mati.

"Umur gak ada yang tahu, habis lo bilang gini, entar beneran mati," sungut si kakak. Fang mendengus kesal, dia menatap tajam sang kakak seraya berkata, "ati-ati kalo berucap, omongan adalah doa. Coba lo bilang gue selamat, ya pasti gue selamat. Dah, lah, gue mau pergi. Lumayan taruhan kali, ini. Buat kita makan seblak."

Fang pergi begitu saja. Walau mereka sering berkelahi, adu argumen dan segala nya, namun tak ayal jika mereka berdua saling menyayangi satu sama lain. Hanya tertutupi dengan gengsi.

❈T. Fang M/A❈

"Widih, seperti biasa. Lo selalu menang balapan, traktir kita-kita, dong!" seru temannya. Fang menggeleng. "Lo kaya, anjir. Gue butuh nih duit buat hidup," sahut Fang.

"Becanda ya, elahh."

"Woi!" teriak seseorang memanggil nya dari arah belakang. Fang menoleh, dia terkekeh dengan senyum meremehkan. "Belum puas kalah, bro?

"Kali ini lo boleh gembira, tapi liat aja nanti. Gue akan buat lo menderita!"

"Woi, apa-apaan ini? Kalah ya kalah aja! Gak usah pake ngancem sohib gue lah, bangsat!" seru teman Fang yang tidak terima Fang di ancam. Dia mendorong-dorong kasar tubuh musuh sohibnya.

Namanya Sepa. Musuh bebuyutan Fang dari jaman SD. Dia tidak terima, jika Fang selalu selangkah didepan dia, selalu di puji oleh orang, dan disukai banyak orang. Itu membuatnya iri dan melakukan cara apapun untuk menjatuhkan dirinya.

"Terserah gue, dong. Awas lo Fang, lo gak akan hidup abis ini." dia pergi begitu saja setelah mengatakan hal tersebut. Entah kenapa, dari sekian banyaknya ancaman yang dia lontarkan, baru kali ini Fang dilanda kecemasan.

"Udah, Fang. Gak usah lo pikirin, kali. Dia kan kek gitu, selalu ngancem, doang." temannya berusaha menenangkan Fang yang seperti nya gelisah.

"Btw, emang kakak lo ngijinin lo buat balapan?" celetuk sosok lain. Dia juga teman Fang.

"Mana mungkin si anjing, ngasih izin gue balap liar," balasnya.

"Lo bilang kak Kaira anjing, terus lo apa nyet? Adeknya anjing?" Fang berwajah masam mendengar itu. Iya juga sih, pikirnya.

"Besok mancing, yok? Udah lama kita gak mancing lagi." semua mengangguk setuju dan pulang ke rumah masing-masing karena ini juga sudah pukul dua dini hari.

𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝐅𝐚𝐧𝐠 𝐌 𝐨𝐫 𝐅𝐚𝐧𝐠 𝐀 [On Going]Where stories live. Discover now