Hidup lagi

258 27 44
                                    

"Arrgghh!" teriaknya dengan nyaring dan melempar mangkuk plastik itu. "Gue kira kek di novel-novel lain, yang kalo transmigrasi, langsung ditempat keluarga orang kaya walau dia bukan anak yang disayang! Tapi nyatanya, gue malah jadi gembel yang dipaksa ngemis.." ucapnya dengan teriakan dan diakhiri dengan kata lirih.

Saat dia bangun setelah mendengar bisikan tadi, dia terkejut bahwa mendapati dirinya tertidur di selokan dengan wajah dan baju yang penuh akan lumpur.

"Ughh.." lenguhan dari sosok remaja. Perlahan, kelopak mata dengan bulu mata melentik itu terbuka. Yang pertama dia lihat adalah konsonan langit berwarna biru.

"Gue dimana, ini? Kok gak di neraka trus kena siksa, gue kan banyak dosa. Apalagi sama kak Kaira," gumamnya terus-menerus. Pandangannya dia edarkan setelah bangkit dari tidurnya. Pupil nya membelalak saat mendapati tempat dia pingsan tadi adalah– SELOKAN BAU TAI.

"Njir, lah! Kok gue masih hidup? Bukannya udah mati kelindes kereta api, gak mungkin lah ada manusia yang masih hidup kalo ditabrak kereta api, kecuali emang Tuhan yang berkehendak." ucap nya dengan tampang syok.

"Anjir! Apaan, ini? Mata gue perih!" dia bangkit dan naik ke atas. Mencari-cari dimana adanya air. Saat mendapati air yang hanya dia lihat pakai satu mata, tanpa pikir panjang dia cuci mukanya disitu.

"Woi, air gue!" dia terkejut mendapati sosok lain didekatnya. Tadi tidak ada, sekarang kok ada. Dia melihat sosok yang teriak tadi dan terkejut mendapati sosok itu yang sedang— mandi di dekat sungai.

Dia juga baru sadar jika dia berada di sungai, dia menoleh kebawah dan baru sadar, itu adalah air buat orang itu mandi! Fang pergi melarikan diri karena rasa malu hinggap di otaknya, padahal biasanya tidak ada.

Sekarang, disini lah dia. Di tempat yang dia tidak tahu tapi banyak khalayak umum. Menahan lapar saat perut nya berbunyi dengan kuat, ingin membeli makanan tapi tak punya uang. Yang bisa dia lakukan hanya menatap memelas pada orang yang berlalu lalang berharap dikasihani trus di belikan makanan. Dia juga sudah tahu bahwa dia bertransmigrasi saat menatap wajahnya yang lain. Ternyata, mereka berselisih lima tahun dengan dia yang berumur dua puluh satu dan Fang A yang berumur enam belas tahun.

"Disini lo, ternyata. Gue cariin kemana-mana. Enak banget lo gak kerja, ya!" orang itu datang-datang sudah membentak Fang. Fang bingung dibuatnya, siapa orang jelek ini yang berani sekali membentak dirinya tepat didepan wajah burik nya.

"Apaan sih lo, babi?! Sksd mulu lo sama, gue. Kenal kagak, sok kenal iya!" balas Fang dengan membentak orang itu. Tentu saja orang itu terkejut karena perlawanan yang Fang lakukan. Dia menggeram marah.

"Berani juga lo bentak, gue. Baru ditinggal setengah hari udah berani lawan, gue!" Fang mengerutkan dahinya. Sumpah, dia tak mengenal orang ini.

"Berani lah. Emang lo, siapa? Jokowi aja, enggak!"

"Siapa, Jokowi?" tanyanya. Wajar saja sih tidak tahu, berbeda dimensi soalnya. Fang terdiam, dia merutuki kebodohannya. "Ya, pokoknya lo bukan Jokowi, jadi gue berani dong sama lo yang jelek ini," Fang menatap remeh lawannya ini.

"Oh, berani juga lo." orang itu meninju telak pada ulu hati Fang. Fang mencoba menahan tangis karena itu memang sakit, ditambah lagi, tubuhnya kecil dan lemas serta lapar. Bisa dibilang, letih, lemas, loyo, lapar, love you.

Tubuh Fang meluruh dan detik itu juga, tubuhnya di seret oleh orang itu, dia juga tak tahu akan di bawa kemana. Dalam hati nya mengumpati orang yang dia yakini sebagai preman. Ini semua gara-gara musuhnya si Sepa. Sampai kapan pun dia tidak akan ikhlas, dendam yang ada di hatinya tidak akan pernah punah sampai kapan pun.

Manik merah delima itu berkilat akibat sang empu yang menahan amarah pada musuhnya.

Setelah Fang di seret, dia didudukkan paksa oleh preman itu di pinggir jalan. Memberinya mangkuk plastik dan berkata, "kerja lo yang benar, kalo gak benar, lo gak boleh makan dua hari!" setelah itu dia pergi begitu saja.

Ah, Fang juga mendapatkan ingatan dari si pemilik tubuh yang mempunyai nama serupa dengannya. Fang adalah anak dari panti asuhan yang terlantar akibat panti tersebut terbakar, di saat dia mencari tempat tinggal, segerombolan preman datang dan membawa nya paksa ke suatu rumah kecil.

Disana, banyak anak yang dikurung. Ternyata, itu adalah anak-anak gelandangan yang diculik dan dipaksa mengemis untuk mencari uang buat mereka. Fang juga bagian dari salah satu anak tersebut. Tapi, dia berhasil kabur setelah itu, ingatan yang Fang berikan terputus entah karena apa.

Sangat tragis emang, ditambah lagi, Fang adalah anak sebatang kara yang tak tahu dimana keluarga nya.

"Woi, kasihani gue. Kasih gue duit, kalo enggak, entar gue gak makan!" Fang disuruh mengemis tapi serasa merampok. Cara dia meminta-minta sangat berbeda dengan pengemis yang lainnya. Orang-orang terutama wanita pastinya akan takut dan berlari.

Hal itu, membuatnya hampir di tahan oleh polisi yang mengira dia melakukan tindak pelecehan. Untungnya, Fang berhasil kabur. Dari situ dia muak, dan membuang mangkok plastik itu ke sembarangan arah tak perduli terkena kepala siapa.

︎☘︎

Sekarang, Fang berjalan menelusuri tempat dia berpijak, sehingga, matanya tak sengaja melihat sebuah kedai dengan tulisan, kokotiam tok aba.

Aneh tapi nyata, dia mendekat karena merasa unik dengan nama kedai itu. Saat dia sudah dekat, dapat dia lihat seorang kakek tua sedang sibuk dengan peralatannya, ide jahil terlintas di otak kecil nya.

"Woi, Bro!" pekik Fang sedikit kuat. Tok aba yang sudah tua pasti mudah terkejut. "Bangke cicak ayam jantan bertelur," latah tok aba.

Dia menoleh pada pelaku kriminal yang membuat nya terkejut. "Kau, nih. Buat atok terkejut, kalo lewat dan mati kek mana?" ucap tok aba sedikit kesal.

"Tinggal kubur, kek," jawab Fang dengan santai. Ingin sekali tok aba lempar anak kucel didepannya. "Hm.. Ye lah tuh."

"Hehe.. Pesan kopi, kek!" tok aba menatap aneh pada Fang, kenapa pula dia mesan kopi. Gak lihat template nama di atas. Tok aba menelusuri penampilan Fang.
Pasti dia gak ada duit, pantes aja, soalnya kek gembel. Batin tok aba.

"Atok jual coklat bukan kopi. Dah, nama kedainya pun kokotiam, bukan kedai kopi."

"Kokotiam itu apa, kek?"

"Coklat hitam," jawab tok aba. Fang hanya mengangguk karena dia memang tidak tahu. Tiba-tiba datanglah sosok robot kuning tanpa kaki yang terbang menuju mereka. Ditangannya ada beberapa belanjaan.

Fang dibuat terkejut dengan itu, soalnya dia tak pernah melihat robot asli kecuali di televisi. Di tempatnya, soalnya tidak ada robot sama sekali.

"Kek, itu robot, ya?"

"Iya, robot. Namanya Ochobot, power sphera." walau Fang tidak paham, dia angguk saja mencoba memaklumi hal aneh. Padahal, lebih aneh Fang yang bertransmigrasi.

"Aneh sih, tapi lebih aneh saat kedatangan gue ke sini. Mau cerita tapi nanti takut dikira gila, walau emang udah gila." Gumam Fang.

Ochobot mendekat dan terkejut saat melihat Fang di kedai itu. Tiba-tiba dia pingsan sangking terkejut nya. Tok aba dan Fang dibuat terkejut melihat itu. Ada apa dengannya? Begitu lah isi pikiran mereka berdua.

Tok aba mengangkut ochobot pakai keranjang yang selalu ada di motor tuanya padahal, bisa saja pakai tangan dan membawa nya ke meja pantri.

Fang memperhatikan lamat-lamat robot kuning itu sampai dia tersadar saat mendengar ucapan tok aba.

"Oh, Tarung, Koko ci, dan Kaizo. Kalian mau pesan coklat panas, kah?" Fang menoleh pada sosok yang ditanyai. Dia terkejut saat melihat orang yang disapa Tok Aba, lebih tepatnya pada sosok itu.








TBC.


Nah, jangan lupa vote dan komen ya, guys. Ini book juga sebagai ganti bahwa book kaifang malah sad end:v

𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝐅𝐚𝐧𝐠 𝐌 𝐨𝐫 𝐅𝐚𝐧𝐠 𝐀 [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang