✿ Run ✿

143 11 14
                                    

(。♡‿♡。)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

(。♡‿♡。)

Seisi kelas terkejut dengan ucapan Nami barusan.

Sanji yang sudah terbiasa dengan hal itu hanya menatap Nami waswas dari kursinya. Semoga tidak ada yang berani mencaci makinya karena sudah berbicara seperti itu.

Shanks mendekati Nami. "Apa maksudnya, Nami?"

Nami menatap remeh pada Luffy. "Aku tidak ingin duduk di dekat orang miskin ini!" ucapnya dengan menunjuk Luffy dengan ibu jarinya.

Luffy menatap Nami dengan tatapan tajam. Sombong sekali dia. Mentang-mentang populer dan dikagumi banyak orang.

"Kenapa kau berbicara begitu?" Shanks tersenyum. "Di kelas ini tidak ada istilah memandang derajat, Nami. Semuanya dianggap sama. Dan Luffy adalah salah satu murid terpintar di kelas ini. Dia juga orang yang menyenangkan. Kau pasti betah dengannya," ucap Shanks.
(Author's Note: Jangan bayangin Luffy beneran pintar di aslinya 😭🙏)

Nami semakin jengkel mendengar jawaban itu. Dia akhirnya mengalihkan pandangannya dari Luffy, lalu duduk di kursinya dengan wajah tidak peduli.

"Semoga kalian akrab ya," Shanks menatap Luffy dan Nami bergantian, lalu kembali ke depan kelas.

Luffy menggerutu dalam hati. Ini adalah salah satu alasan kenapa dia membenci orang kaya. Mereka seringkali menganggap rendah orang di bawah mereka.

Dia mengambil sebuah buku yang tertumpuk di atas mejanya, lalu membacanya untuk sekedar mengalihkan suasana hatinya yang sedikit panas saat ini.

Sanji menghela nafas lega. Syukurlah kejadian tadi tidak sampai memancing keributan. Orang bernama Luffy itu juga sepertinya bisa mengontrol emosinya. Mungkin karena Nami juga seorang wanita.

"Kau yakin ingin menjaga seorang gadis songong seperti itu?" Zoro berbisik pada Sanji.

"Aku akan selalu ada untuknya walaupun dia seperti itu," jawab Sanji keren.

Bucin, cibir Zoro dalam hati.

👒🍊👒

"Apa yang dia lakukan?" tanya Nami pada dua sahabat barunya di kelas itu.

Robin dan Vivi.

Kedua gadis itu menoleh ke halaman sekolah ketika mendengar pertanyaan Nami.

Mereka bertiga memandangi Luffy yang sedang berlari mengitari lapangan sekolah sejak bel tanda pulang berbunyi.

Ketiga gadis itu mendapat piket kelas, jadi mereka yang terakhir pulang. Nami juga menyuruh agar Sanji menunggunya di parkiran.

"Dia dihukum ya?" Nami akan tertawa seandainya itu benar.

"Tidak," jawab Robin.

"Itu adalah kegiatan rutin Luffy-san setiap pulang sekolah," lanjut Vivi.

Used To Be [✓]Where stories live. Discover now