36° Tak Searah?

31 8 0
                                    

Voment uy

Akan memerlukan durasi yang sangat panjang untuk Jana tersadar dari lamunan, betapa bodoh dirinya yang asal bicara tanpa lihat situasi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Akan memerlukan durasi yang sangat panjang untuk Jana tersadar dari lamunan, betapa bodoh dirinya yang asal bicara tanpa lihat situasi. Sekarang dirinya seperti gula kadaluarsa di antara semut, tatapan mata di sekitar sudah cukup untuk membuat batinnya semakin merasa tidak bisa diandalkan.

Terlihat jelas Mika dan Kevin menatap arah lain dengan sorot pandang cemas. Sedari tadi hanya Lea yang berani melempar kalimat bahwa Jana ceroboh. Yang lain memang tidak, tapi ia tahu banyak umpatan yang tertahan.

"Sekarang gimana?" Nasi sudah menjadi bubur, tapi batin Fandy berharap bubur itu bisa diubah kembali seperti semula. Mustahil memang.

"Enggak ada cara lain, Mika harus jujur." Usulan Raka mampu untuk Mika mengalihkan pandangan, menatap pria itu dengan sorot yang menyirat ketidaksiapan. Menandingi, pria itu membalas tatapan itu dengan serius. "Kalau bohong, kemungkinan besar dia makin kecewa."

"Tapi Vika bakal ngerti setelah gue ceritain semuanya?"

Helaan napas terdengar dari bibir Dean, mata tajamnya terlihat lebih serius dari biasanya. "Pasti dia kecewa berat sama lo, tapi kalau bisa dewasa, dia bisa ngerti jalan yang lo ambil."

"Enggak mungkin juga, sih, kecewa sampai mutus kontak." Ah, semoga saja ucapan Fandy tidak melesat, gelisah benar-benar sudah di ambang tali yang begitu tipis.

Apa dia salah bila tak jujur pada anggota keluarga? Dua orang yang memiliki hubungan darah, tapi justru menjadi baris terdepan untuk kebisuan fakta ini.

"Mik, sorry." Sangking kepikiran dengan Vika, sampai Mika tak menghitung berapa kata maaf yang meluncur dengan penyesalan dari Jana.

Pun Mika menggeleng, meski Jana memang melakukan kesalahan. "Udah kejadian, Jan."

Jana dibuat menunduk semakin merasa bersalah, benaknya membeku untuk sekalipun tenang di situasi seperti ini. Bahkan bayang-bayang Vika yang mungkin akan sangat kecewa dengan tak sopan menggerayangi pikirannya.

___

"Beneran cuma air putih aja?" tawar Ratih untuk ketiga kali, berusaha mengubah jawaban Dean akan pilihannya untuk dahaga yang tak seberapa beratnya.

Meski belum bicara apa pun pada Vika yang duduk berhadapan dengannya, Dean dapat mengambil asumsi dari sikap terbuka Ratih yang masih sama, bahwasanya wanita paruh baya itu belum mengetahui apa-apa. Pun pria itu menggeleng dengan senyum tipis. "Air putih aja, Bu."

Ratih yang hanya tahu Dean ingin bicara santai dengan Vika pun tak menaruh curiga, hanya saja salah fokus pada si bungsu yang tak seperti biasanya, sedikit murung. "Vik, ada tamu, tuh, disambut. Kamu kenapa, sih, cemberut aja?"

Tersadar, senyum kentara dipaksakan itu muncul seketika di wajah Vika yang masih terasa redup. "Cuma kebawa emosi sama teman kelas, Bun." Satu-satunya cara menurut mahasiswi itu ampuh adalah mengorbankan teman kampus yang kebetulan menyebalkan. "Susah dihubungi buat kerjain bagiannya."

Perjuangan Tuk Sama || Jaehyun X Mina ✔️Where stories live. Discover now