Chapter 2

953 153 88
                                    

"Mas Aga, dibanding kamu yang diam, aku lebih tertarik dengan caramu bicara. Setiap kamu menatap netra mataku, rasanya seperti sangat menghargai. Jadi, coba bicara lebih sering."

kata Anin, pada Sagara yang langsung salah tingkah di depannya.


***

Donald melirik jam di pergelangan tangan untuk ke sekian kalinya, disusul dongakan kepala yang menyorot pintu masuk. Anin tak kunjung muncul, padahal ia yakin Shania sudah mengirimkan alamat di mana acara perayaan kerjasama bisnis ini dilaksanakan.

"Shania, tolong hubungi Anin, takutnya ada kendala di jalan."

Sekretarisnya langsung sigap mengetikkan sesuatu di layar ponsel, gerakan ini kemudian terhenti saat Donald memegang pundaknya.

"Tidak jadi. Dia sudah datang."

Anin, wanita itu berpenampilan anggun dengan gaun biru navi dan make up yang membuatnya nampak bersinar. Tatapan mereka bertemu, Donald lantas tersenyum, dibalas Anin dengan lambaian tangan. Dia tidak langsung menemui Donald, karena ada seseorang yang menyapanya di sana.

"Hi, long time no see, Anindya."

Anin menyambut jabatan tangan dari seseorang yang tak asing lagi. Pria di depannya adalah anak dari salah satu profesornya saat masih di MIT.

Sapaan tadi berujung percakapan panjang yang lumayan serius. Donald tersenyum memerhatikan perempuan itu dari jauh. Anin memang bukan wanita sembarangan, dia punya banyak relasi yang kadang bisa membuat Donald berdecak takjub.

"Recently, many company databases have been hacked. Have you heard?" tanya Andrew.

Rasa-rasanya otak Anin sudah kusut karena dikeroyok oleh peretas handal di luar sana. Ternyata Andrew juga mengalami hal yang sama.

"Yeah, it is quite concerning. The security of our database is a top priority for us."

Pria di depannya meraih champagne dari nampan yang ditawarkan oleh seorang pelayan. Sedangkan Anin menolak sopan saat nampan itu mengarah padanya.

"Absolutely, we can't allow our sensitive information to be compromised. Have you taken extra measures to protect your database?"

Anin mengangguk singkat.

"We consider implementing multi-factor authentication and conduct regular security audits to identify any vulnerabilities. It's better to be proactive in securing our data."

"Sounds like a good plan." Andrew tersenyum sekilas. Sebagai pria, jelas mudah membuatnya tertarik pada gadis pintar di hadapannya. Namun dari cara Anin berkomunikasi dengannya, Andrew tahu bahwa Anin tidak memiliki ketertarikan yang sama.

Di lain sisi, Donald sedang bicara dengan pimpinan Bantigo Company, James, di sebuah sofa beludru sambil melihat ke arah Anin yang masih asyik mengobrol dengan Andrew.

"Do you have any plans to get married?"

Ini yang paling Donald hindari tiap bertemu dengan James. Pria paruh baya yang merupakan teman orang-tuanya itu selalu saja menyuruh untuk segera nikah.

Unperfect Match Where stories live. Discover now