1 ] Jaemin?

2.4K 288 37
                                    

Jaehyun melangkah memasuki mansion mewah tersebut, dua bodyguard di belakang menyeret kopernya.

Pandangannya ia alihkan pada seisi mansion yang tak memiliki banyak perubahan, yang jelas--masih sepi seperti dulu tanpa ada sedikitpun kehangatan.Jaehyun tak bisa menjelaskan perasaannya saat ini, di salah satu sisi senang karena akan bertemu Jaemin, dan di satu sisi mulai terasa berat dengan tanggung jawab yang akan ia ambil.

"Aku bisa membawanya sendiri," Jaehyun mengambil kopernya dan menyeretnya menuju lift, menuju lantai 2 dimana kamarnya berada.

Dimana Jaemin? Pasti belum pulang sekolah ya jam segini?

Huft, Jaehyun akan meminta maaf pada adiknya itu nanti.

_________________________

Jaemin merapikan rambutnya yang sedikit acak acakan karena tidur di mobil, netra hazelnya menatap ke depan dengan sorot tajam, raut wajahnya datar dan terlihat sedikit lelah walau berusaha ia tutupi.

"Jaemin"

Nafas Jaemin tercekat, tunggu--

Jaemin mengerjap, menatap Jaehyun yang berjarak beberapa langkah darinya dengan tatapan tak percaya sebelum sedetik kemudian kembali menyorot dengan tatapan dingin dan penuh ke angkuhan, membuat Jaehyun terhenyak akan perubahan besar pada adiknya itu.

Beraninya--Jaehyun kembali setelah nyaris setengah kewarasan Jaemin di renggut paksa..

Rahang Jaemin mengeras, memilih melangkah menuju tangga dan berlalu pergi secepat yang ia bisa, meninggalkan Jaehyun yang masih terpaku tak percaya akan perbedaan Jaemin.

Adiknya yang dulu penuh senyum dan ceria kini--menjadi dingin dengan sorot angkuh yang tak main main.

Jaehyun merasa asing dengan Jaemin, dia--merasa asing dengan adiknya sendiri..

______________________

PRANGG

Kacau, kamar Jaemin benar benar kacau dengan pecahan kaca dan barang di mana mana.

Nakasnya terbalik, pun dengan kulkas kecil yang terlempar ke sudut kamar mewah tersebut.

Nafasnya menderu, matanya berkaca kaca dengan tatapan rumit.

"Sialan, beraninya lo balik.."

"BERANINYA LO BALIK LEE JAEHYUN SIALAN!"

Jaemin berteriak penuh amarah, tubuhnya jatuh menghantam lantai kala ia tak sanggup lagi menopang diri.

"Gak, gue gak akan maafin lo, gue gak akan pernah maafin lo." Jaemin menggeleng, membiarkan air matanya mengalir dengan tangan yang mulai meremat dadanya yang terasa sesak.

"Gue gak bakal maafin lo, Jaehyun."

Tok tok tok

"Jaemin?"

Jaemin mengerjap mendengar suara tersebut, suara yang dulu selalu menyanyikan lagu tidur dan membacakan dongeng untuknya, suara yang paling Jaemin sukai lebih dari suara sang ibu sekalipun.

Namun tampaknya, kini Jaemin amat membenci suara tersebut.

"Jaemin, ini abang.Kamu di dalam?"

Abang? Beraninya Jaehyun menyebut dirinya abang setelah meninggalkan Jaemin 3 tahun?

Jaemin berusaha beranjak bangun, menyeret kaki kirinya yang terluka karena pecahan kaca, memilih menuju kamar mandi daripada terus disana, dia harus mendinginkan kepalanya yang nyaris pecah karena amarah tersebut.

___________________________

Jaehyun duduk terdiam di sofa ruang keluarga, pikirannya penuh dengan Jaemin yang tak juga kunjung keluar hingga jam menunjukkan pukul 6 sore.

Mansion sepi, hanya ada pengawal yang berjaga di luar, para pelayan hanya akan datang saat pagi untuk membersihkan mansion, soal memasak Jaemin memilih mengurusnya sendiri, sejak awal pun begitu, dulu Jaehyun juga memilih memasak sendiri daripada mengandalkan pelayan.

Derap langkah kaki yang menuruni tangga berhasil menarik atensi Jaehyun.Itu Jaemin, melangkah turun seraya sibuk berbicara lewat handphone.

"Gue ke sana sekarang, ada Haechan kan? Suruh dia nanganin itu dulu sampe gue datang."

Jaehyun masih terdiam, mendengar dengan jelas suara dingin Jaemin yang amat sangat berbeda dari dulu, raut wajah adiknya datar dan netranya tampak tak memiliki binar ataupun kehangatan.

Berbeda, Jaehyun benar benar asing dengan lelaki bersurai--merah?

Jaemin mewarnai rambutnya?

Deg

Jaehyun tersentak kala netranya bertubrukan dengan netra hazel Jaemin, masih--sama dengan tadi, penuh keangkuhan dan terlihat dingin.

"Jaemin--"

Jaemin segera berlalu sebelum Jaehyun sempat berucap, meninggalkan lelaki itu yang kini menunduk penuh rasa bersalah.

Apa Jaemin semarah itu padanya?

Tapi--bukan kah Jaemin egois jika begitu? Jaehyun juga butuh hidup tenang tanpa bayang bayang keributan orang tua mereka dan tangis Jaemin.

Dan sekarang Jaehyun juga kembali kan? Kenapa Jaemin se egois itu?

___________________________

"Jeno gak mati kan?"

"Gue masih hidup ya!" Jeno yang terbaring di ranjang rumah sakit berseru tak terima pada Jaemin yang baru memasuki ruang rawatnya.

Jaemin mendengus, duduk di sofa dan memilih ikut menonton tv dengan Haechan.

"Lo berdua kesini buat nonton tv?" Tanya Jeno tak percaya.

"Terus? Lo berharap gue kesini buat jenguk lo?"

Haechan tergelak mendengar jawaban Jaemin, ia menyodorkan tangannya, "Setuju, tos dulu."

Jaemin menepuk tangan Haechan, di sambung tawa puas Haechan yang kontras dengan decihan kesal Jeno.

"Mark mana? Gue denger suara Mark tadi pas telpon kayaknya."

"Lagi beli makanan sama Renjun di kantin, bentar lagi juga balik."

Jaemin mengangguk, membiarkan suara tv mengambil alih keheningan di ruangan itu, ia mengerjap kala sadar sesuatu.

"Gue pergi bentar ya."

"Kemana?" Tanya Jeno dan Haechan bersamaan.

"Obat gue habis, dokter Arka ada di ruangannya kan?" Jaemin berucap santai, berbeda dengan Jeno dan Haechan yang kini terdiam.

"Jaem--"

"Ck berhenti natap gue gitu, gue gak semenyedihkan itu" Decak Jaemin kesal, segera berlalu sebelum Jeno dan Haechan sempat membuka suara.

"Temenin sana."

Haechan mengangguk, segera berlalu keluar mengejar Jaemin.Meninggalkan Jeno yang kini terdiam dengan raut wajah sendu.

Jaemin..

___________________________

"Chan balikin--"

Haechan menepis kasar tangan Jaemin, segera mengantongi obat tidur yang ia ambil paksa dari saku jaket Jaemin.

"Lo gak denger gue ya? Lo bahkan bawa ini kemana pun?"

Jaemin hanya bisa menghela nafas kasar, "Gue ke ruang dokter--"

"Gue belum selesai bicara!" Haechan menarik lengan Jaemin, tak membiarkan lelaki itu pergi.

"Chan ayolah, gue gak bakal mati cuma karena minum obat tidur." Nada suara Jaemin terdengar amat sangat jengah.

Ayolah, dia lelah mendengar ceramah Haechan soal obat tidur dan obat penenang.

Apa salahnya? Dia juga tak mati kan? Masih hidup sampai sekarang, kan? Jadi masalahnya dimana?

"Yang ada gue bakal mati kalau gak minum obat tidur, lo mau gue gak bisa tidur terus terusan sampe mati?"
























see u di next chap, lop u all

jangan luap vote dan komen💚💚

Save MeWhere stories live. Discover now