9

47 10 2
                                    

Lia memang bodoh. Bisa-bisanya ia sekarang malah setuju lagi ajakan Jaehyun untuk mengadopsi seorang anak. Hei! Menikah saja mereka belum, sudah mau mengadopsi saja. Tapi meski permintaannya aneh, sekali lagi bodohnya Lia berakhir setuju dengan ajakan Jaehyun itu.

Fyi, Lia sudah kembali ke Seoul sedangkan ayahnya masih di Busan. Bukan tanpa alasan. Karena menurut orang tua mereka, rasanya lebih baik saja jika jarak keduanya dekat supaya lebih banyak waktu bersama. Apalagi Jaehyun memang sudah bekerja di sebuah kantor besar yang ada disana yang merupakan milik kakeknya. Sedangkan Lia? Dia pindah kampus jadinya.

"Yang ini!"

Lia langsung menoleh kaget. Padahal mereka baru masuk tapi Jaehyun sudah menemukan anak yang ingin dia adopsi dengan cepat. Ya meskipun tak salah mengingat katanya panti itu milik kakeknya juga jadi dia mengenal hampir semua anak disana.

"Masih sangat kecil. Kakak yakin?" Tanya Lia ragu. Memang bukan bayi karena Lia sudah mengatakan sejak awal pada Jaehyun karena ia tak ada pengalaman merawat bayi. Dia hanya pernah menjadi tempat penitipan anak tetangga saja dan itupun anaknya sudah bisa berjalan dan bermain sendiri.

"Yakin. Lihat, dia sudah bisa berjalan, Li. Jadi kamu tak harus menggendongnya terus,kan? Lagi pula ada baby sitter yang membantumu merawatnya..." Ucap Jaehyun sembari mengangkat anak laki-laki yang Lia duga usianya baru sekitar setahunan.

Tampan dan lucu memang. Tapi mengadopsi anak laki-laki, rasanya aneh. Apalagi itu akan menjadi anak pertama mereka dimana Lia lebih merasa adil jika mengadopsi anak perempuan saja. Setidaknya, ia bisa melahirkan anak laki-laki nanti,kan?

Lia ingin menyela namun melihat raut wajah bahagia Jaehyun saat anak itu bercanda dengannya membuatnya tak enak hati menolak.

"Siapa namanya?" Tanya Lia pada penjaga panti yang sejak awal mereka tiba nampak sangat ramah itu.

"Namanya Junghwan, nona..."

"Jung Junghwan. Bukankah akan cocok?" Tanya Jaehyun tertawa pelan sambil terus bercanda dengan anak itu yang membuat Lia tersenyum. Jaehyun nampak sangat lembut pada anak-anak. Ya, Lia akui sejak dulu Jaehyun memang nampak menyukai anak kecil. Bahkan pemuda itu sudah nampak seperti bapak-bapak saja sekarang.

"Iya sudah. Kita pilih dia saja..."







































"Mama..."

"Iya sayang..."

Lia yang tengah membantu di dapur lantas segera mencuci tangannya dan menghampiri Junghwan. Anak itu memang sangat mandiri. Bangun tidur saja tanpa menangis sama sekali.

Ia tersenyum tatkala melihat rambut acak-acakan Junghwan dengan tangan mungilnya yang sibuk mengucek matanya. Setelah melihat sang mama, balita itu langsung mengulurkan tangan dan menggerakkan jarinya meminta pelukan yang tentu saja diberikan oleh Lia.

"Sudah bangun anak mama. Pintar sekali tanpa menangis. Junghwan mau apa, sayang?" Tanya Lia lembut sembari mengambil tisu basah bayi yang memang sengaja diletakkan pada beberapa sudut rumah besar itu. Mengelap dengan lembut wajah Junghwan sekaligus membuat balita itu menjadi lebih terlihat segar.

"Kook..."

"kook? Paman Jungkook maksudmu?" Tanya Lia yang diangguki oleh Junghwan dengan senyum lebarnya.

Lia heran, bisa-bisanya pemuda seperti Jungkook pintar merebut hati Junghwan. Padahal ada Taeyong, Winwin, Taeil, bahkan Ten yang paling sering berkunjung menemuinya. Malah Jungkook pemenangnya. Untung saja Jaehyun itu pengertian. Ia tak cemburu dan memahami hubungan pertemanan Lia dan Jungkook. Bahkan tunangannya itu sempat berterima kasih pada Jungkook karena ada untuk Lia dimasa sulitnya.

"Kook...!" Seru Junghwan lagi semangat yang tandanya anak itu siap untuk bermain.

"Ada yang memanggil paman?"

Lia menoleh dan terkekeh pelan melihat Jungkook kebetulan sekali datang membuat Junghwan melonjak dalam gendongannya. Tenaga anak itu tak bisa dibilang kecil. Bahkan sudah bisa ditebak kalau anak itu akan tumbuh tinggi dan besar nantinya.

"Panjang umurmu,kak..." Puji Lia sembari menyerahkan Junghwan pada Jungkook yang memberikan senyuman kelinci itu.

"Tentu saja. Kau sedang sibuk?"

Lia menggeleng sambil merapikan rambut Junghwan.

"Tugas kuliahku sudah selesai saat dia tidur tadi. Kakak sendiri, kenapa jam segini sudah lepas?" Tanya Lia sambil memandang Jungkook dari ujung kaki ke ujung kepalanya.

"Pak octopus itu tak datang. Padahal di group dia sendiri yang bilang jangan telat di kelas saya..." Mimik Jungkook meniru dosennya itu membuat Lia tertawa pelan.

"Mau jalan-jalan? Ada cafe baru yang katanya cocok untuk membawa anak kesana..." Ajak Jungkook yang diangguki oleh Lia.

"Boleh. Aku izin pada kak Jaehyun dulu. Bisa kakak gantikan baju Junghwan?"

"Tentu! Ayo jagoan kita pilih baju terbaik dan keren hari ini. Kita akan jadikan kamu tampan supaya ada agensi yang melirik mu nanti!" Seru Jungkook sembari berjalan menuju kamar Junghwan. Sudah biasa bagi Lia dan para pekerja disana. Jungkook, meskipun diluar sangat menyebalkan dan menyeramkan, tapi setiap berada di rumah itu akan sangat menyenangkan dan friendly bagi yang lainnya.

Lia pun segera merogoh ponselnya dan menelfon Jaehyun yang cukup dua kali deringan tunangannya itu akan langsung mengangkatnya.

"Iya, Lia?"

"Kak. Aku dan Junghwan akan keluar,ya?"

"Keluar? Kemana?"

"Cafe? Ada cafe baru buka. Jungkook mengajak kami kesana..."

"Aaa...baiklah. tapi hati-hati. Pastikan cafenya sudah tak berbau cat lagi. Tak baik untuk kesehatan Junghwan nanti..."

"Hhmm... Terimakasih kak. Aku tutup dulu. Selamat bekerja dan cepat pulang...!"

Tawa pelan Jaehyun terdengar diseberang sana membuat senyum Lia makin melebar.

"Iya. Kalian juga hati-hati di jalan. Minta Jungkook mengemudi dengan pelan..."

"Oke captain!"

Lia pun mengakhiri panggilannya dengan senyum lebarnya lalu segera menuju kamarnya sendiri untuk mengganti pakaian. Tanpa ia sadari, ada tatapan mata yang sulit diartikan dengan senyum tipis tengah memperhatikannya.

"Semoga kebahagiaan akan bertahan padamu..."






.
.
.











JERAWhere stories live. Discover now