15

47 10 0
                                    

"aku akan mencari dokter terbaik—"

Wendy menggeleng pelan dengan senyum tipisnya. Melihat wajah Jaehyun yang terlihat amat sangat khawatir padanya, membuatnya merasa bersyukur sekaligus bersalah karena bukan hanya harus meninggalkan Jaehyun, tapi juga putra mereka.

Kisah mereka mungkin dimulai dengan cara yang salah, bahkan menyakiti orang lain. Kun yang merupakan kekasih Wendy saat itu dan Lia yang keduanya pun menyadari kalau gadis itu menyukai Jaehyun.

Setidaknya, Wendy sadar tak akan ada yang mencintai Jaehyun sebaik Lia dan tak akan ada yang merawat Jaehyun dan menerima putra mereka seperti yang akan bisa dilakukan Lia. Ia tahu, Lia itu sama seperti kakaknya atau bahkan jauh lebih kuat.

Dan selebihnya, setidaknya dia bisa memberi Lia kebahagiaan dengan bisa menjadi pasangan Jaehyun karena nyatanya Wendy masih merasa bersalah atas kematian Kun, pelindung terbesar Lia. Ia yakin, jika Lia bisa menjaga Junghwan putranya dan Jaehyun, pasti Jaehyun juga akan menjaganya dengan baik dan ia yakin perlahan hati Jaehyun pun akan luluh untuk Lia.

"Lia... Aku ingin dia yang menjaga Junghwan, Jaehyun. Aku ingin, selain aku, hanya dia yang dipanggil ibu oleh Junghwan..."

"Wen..."

"Dia bisa menjadi contoh yang baik dalam hal cinta dan kasih sayang. Kamu bisa memberinya materi dan pendidikan yang terbaik, tapi untuk kasih sayang, aku yakin kamu tak akan bisa mengajarinya mengenai hal itu..." Ucap Wendy dengan kekehan pelannya.

Tangan lemah Wendy akibat selama beberapa hari terakhir terus mengalami pendarahan tak terduga itu bergerak mengusap wajah putra mereka yang nampak tertidur lelap disebelahnya.

"Setidaknya, biarkan aku tenang tanpa rasa bersalah pada Kun dan Lia. Berjanjilah, Jaehyun. Berikan Lia untuk Junghwan. Hanya Lia..."


























"Maafkan aku..."

Lia mengangguk tersenyum. Sekali lagi, ini bukan salah Jaehyun karena ini bukan kemauannya. Ia melakukan semuanya untuk Wendy, cinta pertamanya.

"Hah... Ternyata kata laki-laki hanya jatuh cinta sekali dalam hidupnya itu nyata adanya. Meski tak semua, tapi kak Jaehyun membuktikannya..."

Jaehyun terdiam mendengar itu.

Benarkah?

Meski dulu dirinya makin mengakui itu saat kehilangan Wendy, namun entah kenapa sudah cukup lama ia melupakan kalimat itu. Kalimat yang membuatnya gila-gilaan mendekati Wendy meski saat itu Wendy milik sahabatnya sendiri.

Tapi sekarang, kenapa ia merasa kalimat itu tak seratus persen benar? Apalagi itu keluar dari mulut gadis yang selama 2 tahun lebih menjaga dirinya dan sang putra. Mengorbankan banyak hal untuk mereka, namun tak sedikitpun merubah tatapan penuh kasih sayang dari binar matanya.

Ia tahu, karena Junghwan pun merasakannya. Itu sebabnya anak itu akan selalu memilih mamanya daripada papanya padahal mereka memiliki ikatan darah.

"Harusnya aku sadar sejak awal. Harusnya aku mempercayai instingku yang mengatakan kalau kak Jaehyun tak pernah mencintaiku. Tapi bodohnya aku yang selalu yakin pada hatiku..."

Isakan Lia pecah juga akhirnya. Mengalirkan lagu sendu yang menyayat hati bahkan bagi para pelayan yang masih menunggu mereka di depan kamar Lia.

"Tak ada kata sayang, cinta, bahkan menciumiku pun kak Jaehyun tak pernah. Sudah jelas disini hanya aku yang berusaha sedangkan kak Jaehyun bahkan tak mencoba sama sekali. Tapi aku masih saja percaya, percaya kalau kak Jaehyun mencintaiku juga. Kenapa aku sebodoh ini? Untuk kedua kalinya, aku terperangkap dalam perasaan yang tak akan pernah terbalaskan. Dan selalu saja hati bodoh ini jatuh pada kak Jaehyun. Kenapa?!" Ucap Lia sambil memukul kakinya sendiri namun Jaehyun langsung menahannya dan menggeleng cepat.

Kenapa? Kenapa dia melakukan ini pada gadis yang bahkan tak pernah berpikir buruk tentangnya? Kenapa dia menyia-nyiakan seorang gadis yang bahkan lebih memilih menyakiti dirinya sendiri meski kemarahannya berasal dari orang di depan matanya.

Wendy benar. Hanya Lia yang pantas mengajari Junghwan arti kasih sayang dan cinta. Dan bodohnya dia baru menyadari pentingnya itu semua sekarang. Setelah semuanya mungkin sudah terlambat karena ia sudah menggores luka jauh lebih dalam lagi untuk Lia.

"Lia...dengar sayang—"

"Gak...!!"

Lia langsung menutup telinganya. Ia tak lagi berharap, atau mau mendengar kata itu dari Jaehyun. Dia tak menginginkannya lagi. Tidak dari pria yang nyatanya hanya memanfaatkannya saja.

"Dengarkan aku, Lia..."

Jaehyun mencoba membuat Lia melepaskan tangan dari telinganya supaya gadis itu bisa mendengarkannya dengan baik.

"Lepas!"

"Dengarkan aku!"

"Gak!"

"Lia... Dengarkan aku sekarang atau aku akan berbuat kasar padamu supaya menurutiku!" Ancam Jaehyun namun dibalas gelengan oleh Lia.

Gadis itu mendorong Jaehyun lalu mengambil ponselnya dan berlari keluar kamar menuju kamar Junghwan. Mengunci kamar itu segera karena ia yakin Jaehyun tak akan tega menganggu tidur putranya.

Setelah memastikan Junghwan masih tertidur meski sempat tersentak dengan suara pintu, Lia langsung segera menelfon Jungkook dengan menahan isakan dan tubuh yang gemetar. Ia tak takut Jaehyun bisa masuk karena semua kunci kamar Junghwan ada di tangannya termasuk kunci serpnya yang ia curi dari pelayan dan kamar Jaehyun.

"Halo, Li?"

"Hinks... Kak Jungkook. Jemput aku kak. Aku lelah..."

"Sial!"














.
.
.
















JERAWhere stories live. Discover now