Bab 14

9 2 0
                                    

"bukan urusan anda." Jawab Zetta memberanikan diri membalas sikap Rava yang dingin.Ia berani begini karena di luar kampus,kalau lagi di kampus tidak akan nerani.bisa- bisa ia kena hukuman lagi oleh dosen nya yang menyebalkan ini.

"Oh,gitu?" Tanya Rava mendelik ke arah Zetta yang membuang muka dari nya.

Orang ini ngapain sih_gumam Zetta dalam hati.

"OK, let me write a to-do list for Zetta Arcella⁸" Ucap Rava seringai sambil membuka ponsel nya bersiap mencatat tugas untuk Zetta.

⁸(Oke, izinkan saya menulis daftar tugas untuk Zetta Arcella)

Zetta menoleh ke Rava dengan mata nya yang sudah membulat sempurna dan bibir nya yang sudah manyun.ia tak habis pikir mengapa dosen nya ini selalu mempersulit kehidupan study⁹ nya dan tidak pernah memberi celah untuk kabur dari tugas.

⁹(belajar)

"Why?¹⁰"  ucap Rava menyeringai yang kemudian disertai dengan senyuman lebar yang menampilkan lesung pipi nya.

¹⁰(mengapa)

"Dasar baperan !" Ujar Zetta kesal sambil berjalan meninggalkan Rava yang duduk sendirian.

Sadar telah ditinggal,Rava buru buru mengejar Zetta yang di jahili nya itu.Ia sebenarnya tidak menulis apapun di daftar catatan tugas nya itu.Ia hanya ingin iseng saja,tapi mungkin saja Zetta lagi tidak mood untuk bercanda dengan nya sekarang.

"Tunggu." Ucap Rava sambil mencekal lengan Zetta pelan.

"Saya bercanda,Zetta." Ucap Rava tersenyum lebar.Sedangkan Zetta tetap diam dan cemberut tidak mood melihat Rava.Ia sudah terlanjur kesal jika teringat sikap Rava kemarin- kemarin saat memberi nya tugas yang menggunung.

"Ayo ikut saya." Ajak Rava

"Nggak mau" ujar Zetta ketus tanpa menoleh ke arah Rava.

Rava tersenyum melihat gadis di depannya ini yang lagi cemberut.

Tanpa aba- Aba,Rava pun menggendong Zetta ala bridal style.

"Eh,turunin nggak." Teriak Zetta kaget

"Diam atau kamu saya skors." Ancam Rava mengerikan,Zetta menghela nafas nya berat.

"Iya,iya." Ucap Zetta dengan geram.

Mentang- mentang pemilik kampus._gumam Zetta dalam hati

Rava tersenyum puas membuat Zetta menurut pada nya.Mereka berdua jadi pusat perhatian orang- orang yang ada di rumah sakit itu.

"Eh itu bukannya adik nya dokter Aidan,ya?"

"Loh,udah punya cewek ternyata?"

"Dih cewek nya kok gitu? jomplang banget ya sama Kak Rava."

"Jerawatan pula, mendingan juga gue."

Banyak suara berkecamuk yang sayup- sayup terdengar oleh indra telinga Zetta.Ia merasa sakit hati sekali mendengar banyak orang yang menghina fisik nya lagi.Sedangkan Rava tetap fokus berjalan tanpa peduli siapapun yang melihat nya.

"Pak Rava." Panggil Zetta pelan

"Ya,Zetta." 

"Turunin saya ya.saya malu banyak yang liat in."  Ucap Zetta memberi penjelasan,ia berharap Rava mau mengerti permintaan nya.

"Saya nggak peduli." Ucap Rava sambil mempercepat langkah nya dan tidak memberi kesempatan Zetta untuk terjun dari punggung tegap nya.

Zetta menunduk,ia menempelkan kepala nya ke bahu Rava yang lebar.Ia ingin mencari ketenangan di sana.

Rava yang menyadari itu menahan senyum dan debaran jantung yang tidak bisa ia kontrol saat ini.Kulit wajah Zetta yang menempel pada bahu Rava membuat kerja jantung nya tak terkendali.

Terdengar Alay memang,tapi memang itu yang dirasakan oleh Rava sekarang.

Setelah sampai di dalam cafe depan rumah sakit,Rava baru menurunkan Zetta di sofa.Ia berniat makan siang bersama gadis yang ada didepan nya ini.

Raut wajah Zetta berubah,Zetta semakin murung daripada tadi sebelum ia menggendong nya.

"Zetta." Panggil Rava khawatir,apa karena ia memaksa Zetta untuk menurut pada nya hingga jadi seperti itu?

"Kamu marah Karena saya gendong kamu di depan umum?" Tanya Rava menyelidik Zetta yang membuang muka dari nya.

Zetta terdiam,pundak nya gemetaran.Rava semakin khawatir pada Zetta yang seperti ini.Ia perlahan membalikkan badan Zetta,Rava terkejut bukan main.Mata Zetta sembab  dan hidungnya memerah seperti habis menangis.

"Kamu kenapa nangis?" Tanya Rava mengubah nada suara nya lembut,ia juga mengusap air mata yang masih ada di pipi Zetta.Zetta terpaku saat kedua mata mereka beradu.

"Oh-Sorry,sa-saya cuma khawatir sama kamu." Ucap Rava gugup,

Ha? khawatir?_gumam Zetta dalam hati

"Eh, maksudnya khawatir itu...Hem yaa karena saya tadi kan maksa kamu.Saya nggak tahu kalau kamu nangis karena saya gendong." Ucap Rava menjelaskan agar Zetta tidak salah faham.

Zetta sedikit tersenyum tipis,sangat tipis hampir tidak terlihat.

"Saya nangis bukan karena di gendong,pak." Jelas Zetta 

"Lalu?" Tanya Rava mengernyit keheranan.

"Tadi waktu pak Rava gendong saya,banyak yang ngomongin." Ucap Zetta menunduk,ia memang insecure parah jika sudah di singgung tentang fisik nya.

Kulit Zetta memang putih,tapi tubuh nya kurus dan karena bulan lalu ia sempat stres berat dengan Raffi,wajah nya yang mulus menjadi breakout.Ia kira itu adalah hal yang wajar,tapi sejak itu orang- orang selalu menghakimi dan menghina nya sembarangan.Memang beauty privilege itu nyata adanya.

"Oh,ya?memang mereka bilang apa?" Tanya Rava memastikan 

"Banyak,pusing saya denger nya." Ucap Zetta menunduk

Rava menarik tubuh Zetta ke pelukan nya,Zetta kini pasti sangat membutuhkan kekuatan untuk diri nya.Dan Rava hanya bisa membantu sedikit saja untuk menenangkan nya.

Zetta tersentak,tapi ia tak bergerak dan membiarkan Rava memeluk nya.Ia semakin menangis karena sudah lama tidak dipeluk seperti ini,ia merindukan sosok keluarga yang selalu merangkul nya.Ia rindu semua hal baik yang ada di hidup nya.

"Menangia bukan kelemahan,jadi keluarkan semua tangisan kamu sampai kamu lega dan bisa senyum kembali." Ucap Rava sambil mengelus puncak kepala Zetta.

Ia memeluk Zetta dengan tulus, persetan dengan jantung nya yang terus berdebar.Ia tak peduli dengan itu,yang paling penting Zetta kembali seperti semula lagi.

Cukup lama Zetta menangis dalam pelukan Rava,kini ia melepas pelukan itu.Air mata nya membasahi jaket hitam yang melekat pada tubuh Rava.

"Sudah kamu jangan khawatir,ini nggak apa- apa cuma basah sedikit." Ucap Rava tersenyum,jaket nya memang benar- benar basah saking banyak nya air mata yang dikeluarkan Zetta.Ingus?jangan di tanya lagi,sudah pasti lengkap dengan ingus Zetta yang melekat di jaket Rava.

Sedalam apa luka mu?mengapa kamu bisa menangis sehebat ini?_ gumam Rava dalam hati.

"Maaf, pak.nanti saya cuci jaket nya." Ucap Zetta tidak enak,ia tidak bermaksud mengotori jaket Rava.Entah mengapa ia nyaman dengan pelukan itu dan tidak ingin melepas nya.

AlzettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang