Kemenangan

205 34 6
                                    

"Menang bukanlah segalanya, tetapi keinginan untuk menang adalah segalanya."

- Vince Lombardi

Happy Reading sayang!

###

"Karena kurang nya bukti yang kuat dari pihak pelapor terhadap tersangka, kami putuskan kasus ini akan kami tutup." raut wajah kecewa terpancar dari wajah Ayah dan Ibu Rafan.

Disisi lain para tersangka, seperti Izran, Ayah nya Oci, Yogi, dan juga Ezqi tersenyum tipis penuh kemenangan.

Namun tidak dengan Pjk, mereka memasang wajah gelisah kala hakim mengatakan hal tersebut. Saat hakim ingin melayangkan palu, suara seseorang menahan nya.

"Mohon izin yang mulia." Semua pasang mata menoleh dan melihat kearah belakang, terlihat Ahza yang berjalan sambil membawa sebuah tas yang berisi banyak bukti.

"Anak gua nih," batin Abila.

"Abba lagi dan lagi bangga sama kamu," batin Gus Azlan.

Ia diikuti dua perempuan yang sepertinya baru berkepala tiga, dan juga kelima teman-teman nya yang berjalan sedikit tertatih akibat luka yang disebabkan oleh suruhan Izran dan juga Ezqi.

"Sial, mereka berhasil nyelamatin diri?" batin Ezqi.

"Saya sudah membawa banyak bukti yang cukup kuat, dan juga dua orang saksi yang mungkin akan memperkuat beberapa bukti yang lemah," kata Ahza.

"Bukan cukup lagi jir, combo itu mah," batin Kemal.

"Bukan nya anak buah saya sudah membakar semua bukti itu bersama brangkas-brangkasnya?" batin Izran.

Ahza memberikan bukti itu kepada pengacara nya. Pengacara itu menghela napas lega saat menerima bukti tersebut. Ahza dan kelima teman nya duduk di bangku samping pjk, kedua orang tua Ahza, dan juga orang tua Rafan.

Rifki menepuk pundak Ahza dan tersenyum bangga saat melihat cucu dari kakaknya, yaitu Ridwan. "Keren, tapi kenapa lu telat? Segala bawa dua saksi tambahan lagi," bisik Rifki.

"Iya sih lu, dikata bareng aja tadi berangkatnya," bisik Rifli.

"Nanti A'a ceritain," bisik Ahza.

Sidang itu di lanjutkan kembali, Ahza tersenyum manis dan menghela napas lega.

*

Ahza menatap langit biru pengadilan, ia tersenyum melihat langit yang sangat cerah, seolah salah satu penghuni nya sedang tersenyum kepada Ahza. Ia sangat senang dapat memenangkan sidang ini untuk keadilan Oci, apalagi mendengar hukuman orang-orang yang telah berbuat jahat pada perempuan nya, yaitu Ayahnya Oci 30 tahun penjara, Yogi 15 tahun penjara, Ezqi 12 tahun penjara, dan Izran dikenakan pidana mati.

Abila memeluk Ahza dari belakang, membuat anaknya berbalik badan. "Umma bangga sama kamu, Umma bangga sama teman-teman kamu. Umma senang sekali akhirnya Oci mendapatkan keadilan ini," kata Abila.

Ahza membalas pelukan Abila, "Makasih Umma, selalu dukung A'a."

Terlihat Gus Azlan mengusap punggung anak bujang nya itu. "Abba juga bangga sama kamu."

"Aaa, jadi pengen pelukan juga," kata Arash yang ingin memeluk Bang Ekal.

"Ck. Diem ah," ketus Bang Ekal.

"Kok gua kaga liat si Farshad ya?" tanya Johan.

"Anak gue pesantren, kaga bisa keluar masuk pesantren seenak jidat nya," jawab Rifki.

Last DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang