EPS 4 DEPRESSED WITH STEAK MEDIUM RARE

1 2 0
                                    

DEPRESSED WITH STEAK MEDIUM RARE

STREET FOOD 11.20 PM

"Sudah pukul sebelas malam lebih tapi aku belum ingin tutup."

Aku biasanya menutup dagangan pukul sebelas malam sebab bulan April ini kebanyakan orang sedang sibuk bekerja dan jarang untuk berkunjung ke luar rumah. Suasana malam yang sangat sepi membuatku merasa makin kantuk dan kantung mataku ingin segera menatap ranjang tidur.

Hendak menutup dagangan seluruhnya, seorang pria berseragam SMA dengan postur tubuh tegap tetapi kondisinya sungguh babak belur. Ia memekik dari jauh agar aku tidak menutup keseluruhan area warung.

"Tunggu! Aku mau makan!"

Aku meletakkan kursi dan meja untuknya kemudian memberikan buku menu. Aku membaca name tag pada seragam sekolahnya yang lusuh dan tersenyum seramah mungkin.

"Fauzan mau pesan apa?"

Pria itu sontak terkejut. "Bagaimana kau tahu namaku? Aku tidak pernah ke sini sebelumnya —"

Aku menunjuk name tag miliknya dan ia lekas tertawa terbahak-bahak macam orang gila kelaparan. Fauzan meletakkan buku menu itu, menatapku tajam.

"Apa kau bisa memasak apa pun yang aku inginkan?"

Aku merasa tertantang dan tersenyum manis. "Tentu saja. Apa yang kamu inginkan?"

"Aku mau steak dengan tingkat kematangan medium rare!"

"Pesanan diterima. Tunggu, ya!"

Beruntung aku masih memiliki persediaan daging sapi dan beberapa buah kentang yang sudah dikupas. Aku sedang asyik memasak tetapi Fauzan menghancurkan segalanya.

"Hei, chef Gordon Ramsay! Berikan aku sebotol bir!"

Aku buru-buru mengambil bir dari dalam lemari es sebelum anak itu pergi seperti orang gila. 

"Nah, nikmatnya duniaaa~~~"

Aku menghidangkan steak sapi medium rare dengan irisan kentang goreng dan beberapa tomat sebagai penyegar. Oh, jangan lupakan saus steak yang terkenal itu.

Fauzan melahap steak dengan nikmat macam orang yang tidak pernah melihat makanan. Aku sedikit tertegun dan tersenyum melihat cara makannya seperti itu.

Tidak perlu waktu lama untuk menghabiskan steak sapi itu, ia segera menghujamkan sebuah cerita.

"Aku boleh cerita?"

"Silakan! Apa yang mau kamu ceritakan?"

"Dia tiba-tiba memilih untuk putus! Dia benar-benar brengsek!"

Yah, anak muda memang erat kaitannya dengan masalah cinta.

"Perkara cinta memang tidak ada habisnya ya?"

"Bisa jadi dia putus karena ada sesuatu yang kurang baik darimu."

"Lihatlah dirimu, wahai Fauzan. Kamu pasti meluapkan kemarahan dengan berkelahi bersama anak-anak tongkrongan di gang itu ya?"

"Ah, itu ciri khas saya! Saya gemar berkelahi karena itulah dia menyukai saya! Saya sudah menghabiskan banyak uang dengannya!"

"Dia menyukaimu karena kamu berkelahi? Tidak, dia suka uangmu tapi tidak denganmu."

"Apa? Jadi selama ini saya diperalat?"

"Bisa dibilang begitu. Kamu merasa nyaman dengannya tetapi kamu tidak sadar bahwa ia macam benalu di pohon mangga yang diam-diam membuat hidupmu tersiksa dan sakit jiwa."

Fauzan menyentuh kepalanya yang terasa pening akibat bir yang ia teguk barusan.

"Aku baru sadar ... cinta itu membutakan segalanya! Cinta itu buta! Buta! Buta!"

Aku terkekeh mendengarnya tetapi berusaha untuk tidak tertawa. "Kalau cinta itu buta, kenapa kamu masih bisa melihat?"

Fauzan menggeleng-gelengkan kepala.

"Tandanya kamu harus berbenah dari cinta itu. Kamu masih muda, jangan habiskan waktu untuk mengurusi cinta. Bahagiakan dulu orang tuamu."

"Mereka sudah bahagia dengan uang."

"Mereka akan bertambah bahagia ketika kamu membanggakan keluarga, kamu lebih berharga dari sekadi uang. Sebab kamu manusia seutuhnya."

"Aaaaa quotes hari ini. Terima kasih untuk steak dan pencerahannya! Saya kembali ke jalan yang teranggg!"

Fauzan beranjak dari duduk, melemparkan uang biru dan merah dengan menari-nari ditengah jalan. Yah, aku berharap suatu hari nanti dia akan sukses.

"Setiap hari kita berubah. Setiap tahun kita menentukan resolusi. Oleh karenanya wujudkan semua itu dengan sepenuh hati meski harus
tersakiti tetapi itulah namanya perjuangan macam steak well done yang matang sempurna!"

EPISODE 4 BERSAMBUNG

Street Food Of Healing Where stories live. Discover now