9. Worried

193 23 1
                                    

Lorong gelap di sebuah bangunan besar menyerupai kastil ini nampak tak berujung. Beberapa langkah kaki terdengar menggema di antara dinding-dinding tanpa cahaya, sunyi dan mencekam. Beberapa hewan malam juga berterbangan mengawal langkah mereka. Aura kegelapan sungguh kental, hingga dapat membunuh siapapun yang berani menyusup kedalamnya.

Nampak tak asing ketika tiga wajah itu terlihat dibalik tudung hitam yang menutupi sebagian wajah nya. Dua pemuda dan satu gadis di antaranya. Mereka bertiga berjalan menyusuri lorong panjang ini, hingga sebuah gerbang besar dengan ukiran merambat besi yang sudah di selimuti karat mulai terlihat jelas di hadapan mereka.

Ketiganya berhenti, dan gerbang raksasa itu perlahan mulai terbuka untuk mereka. Membiarkan mereka masuk kedalam, kemudian kembali tertutup rapat. Di pimpin oleh salah satu dari mereka yang bertubuh besar, maju paling depan dan memberi sapa kepada seseorang yang duduk di balik singgasana.

"Bunda Lucinda." sapa Joel tanpa menundukkan pandangannya.

Perlahan, kursi besar itu mulai
berputar dan menunjukan figur seorang wanita yang duduk dengan pakaian panjang berwarna hitam dan topi miringnya yang menutupi sebelah kanan bagian matanya. Wanita itu menatap tajam ketiga anaknya.

"Oh. . . my babies." wanita itu berbalik dari duduknya semula.

"Bunda, kami datang dengan sebuah informasi." ujar Joel.

"Katakan, honey. . ."

"Bunda, kami berhasil menemukan jejak origin!" sahut Mihaela dengan wajah sumringah nya. Ia berdiri sejajar dengan kakaknya- Joel.

"Benarkah? kalian menangkapnya?" tanya Bunda Lucinda dengan senyuman.

"Kami belum menangkapnya, lebih tepatnya. . . kami belum memastikan itu origin atau bukan, tapi kami sudah mendeteksi keberadaanya." ujar Mihaela.

Tanpa disadari kedua tangan Bunda Lucinda mengerat, dan bibir hitam nya berkedut menahan marah. "Bodoh! kalian berani datang kesini tanpa hasil yang memuaskan?!" teriak wanita itu kepada ketiga putranya.

Mihaela lantas terdiam, wajahnya yang semula menyala kini kembali redup akan ketakutan. Joel pun dengan tegas mengatakan, "Kami memang belum menangkapnya, tapi kami datang kesini untuk bertanya kepada Bunda mengenai aroma ini. . ." Joel mengulurkan tanganya, dan perlahan feromon berwarna hitam keluar dari pergelangan tanganya dan mulai mengarah kepada Bunda Lucinda.

Wanita vampir itu kemudian menghirup dengan dalam feromon yang baru saja menembus penciumannya. Merasakan betapa kuatnya aroma tersebut. Kemudian, dengan feromon yang baru saja ia dapatkan ia mengarahkan tanganya kedepan, membuat gerakan abstrak yang kemudian keluar asap berwarna hitam yang membentuk sebuah cermin besar.

Ketiga anak muda itu menegaskan penglihatannya, menatap pada sebuah pantulan cermin besar di depan mereka. Entah apa yang sudah dilakukan Bunda Lucinda, hingga kini cermin tersebut menampilkan kehidupan sosok pemuda manis bersurai pink yang nampak tak asing bagi para anak muda itu.

"Siapa dia?" tanya Bunda Lucinda mengarah pada pemuda yang berada di dalam cermin.

"Dia adalah Haru, satu sekolah dengan kami. Dari dia lah kami bisa mencium aroma itu." ujar Joel.

"Bunda, kami tidak menemukan tanda-tanda vampir origin pada dirinya dan dia juga bukan seorang vampir. Hanya manusia biasa." tambah Mark yang sedari tadi hanya terdiam.

Bunda Lucinda kembali menggerakkan tangannya, mencoba mencari tahu sesuatu yang lebih dalam dari kepribadian Haru. Akan tetapi, kekuatan spiritual nya tidak dapat menembusnya. Ia tak bisa melakukan penglihatan lebih dalam lagi. Bunda Lucinda merasa ada yang melindungi rumah itu, dan ia tidak tahu apa itu.

Bloody Diamond || NOMINWhere stories live. Discover now