17. Journey to the Castle: Kejutan dan Pergolakan

160 16 3
                                    

Flashback

Seorang pemuda berlari masuk kedalam hutan. Meninggalkan klan nya yang dalam bahaya. Sesekali ia tolehkan kepalanya kebelakang, rumah kayu itu telah dilahap si jago merah.

Tanganya terkepal erat dibalik lengan jubah nya yang panjang. Ia berlari dan melompat dari pohon ke pohon. Berharap tidak ada musuh yang mengejarnya.

Tidak masalah jika setelah ini ia harus menjadi vampir buangan. Hidupnya telah hancur setelah kehilangan seluruh klan. Memikirkan entah bagaimana keadaan anggota keluarganya disana. Entah selamat, atau bahkan sebaliknya.

Pemuda itu terus berlari hingga kaki nya terasa kebas hanya untuk digerakan. Namun, ia tetap tak berhenti menepis segala macam ranting dan daun yang menghalangi jalannya.

Hingga sang surya pun mulai muncul dari ufuk timur. Tapi pemuda itu terus berlari tak tahu arah. Ia tak tahu sudah sejauh mana ia melarikan diri dari kejaran makhluk-makhluk sepertinya itu.

Sekujur tubuhnya mulai lemas, kekuatannya perlahan melemah. Pemuda itu memilih untuk berhenti ketika dirasa situasinya mulai aman. Nafas nya tersenggal-senggal bersamaan dengan rambut dan baju yang basah oleh keringat.

Ia bawa pandanganya untuk melihat sekitar. Hutan ini nampak asing baginya. Udara yang dihirupnya pun terasa lebih segar. Ia memilih untuk mengistirahatkan tubuhnya di bawah pohon oak raksasa. Ia hirup udara bersih itu dengan sekali tarikan nafas.

Pandangan pemuda itu mulai mengabur, ia sangat kelelahan dan haus. Pemuda itu mencoba menutup matanya pelan-pelan untuk tidur sejenak. Mengistirahatkan tubuhnya untuk mengembalikan kekuatannya yang mulai lemah. Namun, sebelum kelopak itu menutup sempurna. Kehadiran dua orang vampir membuatnya terkejut dan langsung terbangun.

Tubuh lemah nya berdiri dengan tegap, menatap was-was dua vampir dewasa di depannya itu.

"Kau berlari cukup jauh rupanya." ucap salah satunya sembari tersenyum remeh.

"Apa yang kalian ingin kan?!" teriak si pemuda. Ia menelan ludah kala merasa situasinya terpojokkan.

Kedua vampir itu tertawa pelan sembari saling melempar tatap. Bisa dirasakan kekejamnya melebih seorang iblis. Kemudian kedua vampir itu membawa tangan mereka keluar dari balik jubah.

Perasaan anak muda itu mulai tak enak. Ia meniti segala pergerakan dari para vampir itu, dan ketika mereka berdua mengeluarkan benda dari balik jubah hitam legamnya, saat itu juga vampir muda itu meraung. Netra merah nya berkilat, gigi taring yang tak setajam itu bergetar melihatnya.

"Otosan! Okasan!" teriaknya histeris, seakan ada ribuan mata pisau yang menusuk jantungnya.

"Mereka telah mati di tangan kami. Bukankah putranya juga harus menyusul?" lagi-lagi kedua vampir itu tertawa. Kulit dingin mereka membawa petaka bagi sang pemuda.

Melihat kebahagiaan di wajah klan Minamoto membuat sang pemuda murka. Ia tidak terima jika anggota klan nya terinjak injak seperti itu.

"Biadab kalian!" ucapnya lantang.

Pemuda itu mengambil kuda-kuda dan siap menyerang kedua orang tersebut. Kekuatannya yang masih lemah, ia paksa untuk melawan. Kemarahan dalam diri si pemuda membuatnya semakin bringas dan brutal. Tapi karena tersulut emosi, ia tidak bisa mengontrol perlawanannya sehingga membuatnya lengah.

Si pemuda jatuh tersungkur di atas tanah. Ia menangis, ia merasa terpuruk karena tak mampu lagi untuk melawan. Ketangguhannya diawal telah tergantikan dengan rasa pasrah. Ia sudah tidak perduli akan pesan orang tuanya untuk menjaga dirinya sendiri. Nyatanya pemuda itu terlalu lemah.

Bloody Diamond || NOMINWhere stories live. Discover now