Dua Cincin [Bab 28]

177 8 0
                                    

Assalamualaikum. Hai, lama nggak update.. Terima kasih untuk yang setia menunggu 🤭🤭

Selamat membaca. Jangan lupa tandai typo! Ahad, 05 Mei 2024













Kalau kamu nggak bisa aku miliki, maka jangan harap kamu bisa hidup bahagia, Mandala.

Ponsel dalam genggaman Mandala hampir retak karena cengkraman kuat dari sang pemilik. Mandala tidak mengerti kenapa Nanda bisa segila itu padanya. Padahal dulu wanita itu sangat berjiwa malaikat, tetapi sekarang sebaliknya.

Gila! Itulah sebutan yang tepat untuk Nanda.

Mandala meletakkan ponselnya asal saat melihat gerakan dari sosok yang bergelung di balik selimut. Lekas saja tubuhnya mengambil tempat di sisi ranjang. Tangannya pelan-pelan menurunkan selimut, memeriksa suhu tubuh sang istri.

Helaan napas lega akhirnya keluar dari bibir Mandala, Hera ternyata sudah lebih mendingan. "Alhamdulillah, alhamdulilah," gumam Mandala lirih. Air matanya jatuh tanpa diminta.

Air mata Mandala selalu lemah jika berhubungan dengan istri dan anaknya. Ternyata menahan rasa sakit ketika melihat orang-orang yang dicintai menderita itu tidak mudah. Mandala sampai merasa dadanya sesak.

Tangan Mandala bergerak pelan menyentuh perut Hera, menyapa malaikat kecilnya dan Hera.

"Dek, sehat-sehat di dalam sana, ya. Maafin Ayah yang selalu buat Bunda sakit. Ayah sayang kalian," ujar Mandala.

Baru satu hari ancaman Nanda, Hera sudah tumbang. Mandala yang tidak bisa membiarkan istrinya terus menjadi korban akhirnya meminta bantuan adik Dewa.

Mandala mengecup perut Hera, lalu naik mengecup dahi istrinya. Selesai itu Mandala mengambil ponselnya, memeriksa apakah ada kabar dari Deka atau tidak. Namun yang ditemukan Mandala adalah pesan dari sekertaris nya.

Vina

Pak, rekan bisnis dari Malaysia itu tiba-tiba memutuskan mundur dari proyek.

Tidak menunggu waktu lama, Mandala sudah menghubungi Vina.

"Kapan mereka membuat keputusan itu? Kenapa saya baru tahu?" Mandala langsung menodong berbagai pertanyaan.

"Baru satu jam yang lalu, Pak. Maaf baru memberitahukan, Pak."

"Mereka bilang apa alasannya?"

"Nggak ada, Pak."

"Oke, Vina. Terima kasih."

Saat Mandala hendak mengakhiri telepon, suara Vina menghentikannya.

"Pak, Ibu Hera sudah membaik?"

Mandala tidak langsung menjawab, pria itu memandang lekat istrinya begitu nyenyak. "Sudah lebih baik, Vina."

"Alhamdulillah, Pak. Saya turut senang."

"Hm."

Mandala kembali meletakkan ponselnya di atas nakas, lalu berjalan keluar kamar. Mandala hanya mengikuti ke mana kakinya melangkah. Sampai tiba di depan pintu penghubung antar ruang kerjanya dan perpustakaan mini, Mandala berhenti.

Sepasang mata kelamnya menatap potret foto dirinya bersama kedua orang tuanya. Foto di mana status Mandala masih single.

"Ayah, bagaimana kalau semua usaha keluarga kita harus berhenti?" Ketakutan itu akhirnya meledak. Mandala tahu jika dirinya telah membawa semua usaha keras ayahnya pada kehancuran.

Dua Cincin [New Version]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora