• Hujan dalam Sepi

166 26 6
                                    

Duduk di halte tengah malam, Mahen menyandarkan punggungnya di sandaran kursi. Rentetan kegiatannya hari ini baru usai, tubuhnya sudah benar-benar merindukan kasur empuk di kamarnya.

"Harusnya iyain aja waktu Lucas nawarin tumpangan." gumamnya setelah menghela napas. Sedikit menyesal karena ia tidak bisa segera merebahkan diri.

"Bunda udah pulang belum, ya? Apa telpon Bunda aja?" terbesit keinginan untuk minta dijemput oleh sang Bunda, namun Mahen pikir Bunda pasti lelah setelah bekerja. Tidak ada pilihan lain, Mahen harus tetap menunggu taksi online yang sudah dia hubungi tadi.

Sudah beberapa hari sejak memasuki musim penghujan. Tidak heran bila rintik-rintik air mulai turun membasahi bumi. Pemuda di halte bus itu merapatkan dirinya. Mencoba menghalau udara dingin yang menerpa.

Saat tengah asik memejamkan mata yang begitu berat, ponselnya berdering. Mahen menemukan nama adiknya tertera di sana. Alisnya bertaut, ini sudah tengah malam namun sang adik belum tidur.

"Halo? Kenapa belum tidur?" tanya nya spontan setelah menggeser tombol hijau di layar ponselnya.

"Nggak bisa tidur. Abang di mana? Kenapa berisik banget?"

"Lagi di halte nunggu taksi. Kebetulan lagi hujan. Di Neo hujan juga, nggak? Kalian jangan lupa bawa payung ya kalau mau ke mana-mana."

Tidak ada sahutan dari seberang sana. Mahen menurunkan ponselnya untuk melihat apakah sambungan telepon mereka masih terhubung. Tidak ada yang salah, sinyal ponselnya juga tidak terganggu.

"Kasa?"

"Kasa berantem."

Mahen terdiam. Mencoba mencerna ucapan adiknya. "Berantem?"

"Kasa berantem. Maafin Kasa udah nakal."

Mahen berdehem menyesuaikan suaranya. "Kasa nggak lagi ngeprank Abang, kan? Kasa nggak mungkin-"

"Maaf. Kasa cuma mau bilang itu. Rasanya ganggu banget kalau belum kasih tau Abang." anak itu menghela nafas. "Abang hati-hati pulangnya. Kabarin Kasa kalau udah sampai rumah. Bye-bye..."

Sambungan telepon itu diputus sepihak. Mahen tidak tahu harus bereaksi apa. Rasanya tidak mungkin jika adiknya satu itu berkelahi. Walau Kasa memang cukup suka mencari masalah.

Tidak lama setelahnya, bunyi notifikasi membuyarkan lamunan Mahen. Rupanya Kasa mengirimi pesan.

 Rupanya Kasa mengirimi pesan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mahen memijat pelipisnya. Ia benar-benar kebingungan. Setelah membalas pesan Kasa, pemuda itu kembali memejamkan mata. Hingga kemudian taksi datang lalu membawanya pulang.

"Terima kasih, Pak."

Keluar dari taksi, Mahen memasuki gedung apartemen. Matanya memicing melihat seseorang yang tak asing tengah bercengkrama di sana, melangkah beriringan ke arah pintu lobby.

Angkasa, Bulan dan BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang