• Rahasia Besar Bunda

158 27 2
                                    

"Kasa, Bunda boleh ngomong sesuatu?"

Selepas perginya Saka, Bunda tiba-tiba menunjukkan wajah seriusnya. Wanita tersebut mendekat pada sang anak yang tengah kebingungan. Rasanya begitu canggung. Padahal saat ada Saka tadi, Kasa tidak merasakan situasi seperti ini.

"Bunda mau ngomong apa?" Kasa balik bertanya.

"Sebelum itu, Bunda mau minta maaf sama kamu."

Alis Kasa semakin tertaut bingung. "Untuk?"

"Semuanya. Kalau selama ini Kasa merasa Bunda ada salah, Bunda kurang perhatiin Kasa, Bunda nggak adil sama Kasa. Bunda minta maaf." ucap Bunda, kedua tangannya menggenggam telapak tangan Kasa.

Kasa termenung, ia tidak merasa senang sama sekali. Pikirannya justru tidak tenang, tidak mungkin Bunda tiba-tiba meminta maaf begini. Kasa tahu Bunda, Kasa kenal Bunda. Bukannya Kasa tidak senang jika Bunda berniat memperbaiki hubungan mereka. Tapi, Kasa rasa ada yang salah di sini.

"Kasa mau maafin Bunda?"

Kasa mendongak, menatap Bunda. Tidak lama ia mengalihkan pandangannya. Kasa tidak bisa menjawab. Begitu banyak hal yang berbisik di kepalanya.

"Kasa..."

Anak itu menggeleng, "Kasa nggak tau, Bun. Kasa nggak tau harus jawab apa." ia menggigit bibir bawahnya pelan. "Bunda, Bunda mau minta sesuatu ya?"

Seperti sudah tertangkap basah, Bunda terlihat terkejut dan gugup. Tanpa sadar genggamannya mengerat, membuat Kasa meringis.

"Bunda udah cukup lama ngeyakinin diri. Bunda juga udah mikirin ini matang-matang. Angkasa, selama ini kamu yang paling susah Bunda ajak ngomong. Karena itu, Bunda harus mulai dari kamu. Bunda harus bisa yakinin kamu."

Perasaan Kasa makin tidak tenang. Kasa menundukkan kepalanya semakin dalam, tidak ingin menatap Bunda. Ia benar-benar tidak siap dengan apa yang akan Bunda katakan nanti.

"Kasa, Bunda nggak pernah ngeluh apapun kalau ini semua demi anak-anak Bunda. Bunda akan kerja terus seberapapun capeknya. Tapi, Kasa... pada akhirnya Bunda nggak bisa bohong. Bunda bisa capek. Bunda juga kasihan sama Abang yang selalu Bunda kasih tekanan."

"Apalagi setelah Ayah pergi, Bunda butuh orang lain yang bisa bantu Bunda. Bantu anak-anak Bunda juga. Bunda pengen kalian hidup bahagia tanpa harus Bunda kekang terus-terusan. Kamu pastinya pengen nentuin masa depan sendiri kan?"

"Bunda takut, kalau cuman Bunda sendirian, Bunda nggak akan bisa wujudin itu. Jadi, Kasa... Bunda mau minta izin. Tolong izinin Bunda."

"Bunda izin—"

Bip bip bip

Kasa terbangun dari tidurnya dengan nafas terengah. Anak itu duduk dan mencoba mengatur nafasnya yang berantakan. Suara berisik dari alarm ponsel ternyata turut membangunkan Bintang yang hari ini menginap di kamar Kasa. Bungsu Abhinaya itu lantas ikut mendudukkan diri.

"Kasa kenapa...?" tanya Bintang dengan tangan yang mengucek matanya.

Kasa menggeleng sebagai jawaban. Meskipun begitu, Bintang melihat kakaknya menangis. Wajahnya pucat dengan keringat yang membanjiri. Bintang semakin mendekat, mengambil tisu di atas nakas lalu mengelap wajah Kasa perlahan.

Angkasa, Bulan dan BintangWhere stories live. Discover now