[2] Tatapan yang memikat

425 362 85
                                    

"Jangan pernah mencintai siapa pun yang memperlakukanmu seperti orang biasa"

***

Pagi membawa suasana terbang ke alam bebas dengan sayap hati mengepak ke sana kemari. Angan dan logika menyatu dengan alam semesta. Pagi begitu indah. Udara segar, sang mentari menerpa pori-pori dan sendi hidup hangat menyapa.

Embusan angin mengantarkan irama senyum dibalut suasana jiwa yang membahana. Burung-burung mulai berkicau bersenandungkan nada indah sebagai alarm mentari akan kembali bersinar. Dedaunan melambai kegirangan menyambut pagi, insan mulia terbangun mimpi dan memulai hari.

Berpayungkan langit berhiaskan awan putih ini, ada banyak kisah yang akan diukir hari ini. Ada beragam drama yang layak diperankan, ada jalan yang akan ditempuh.

Sebelum aku melangkahkan kakiku ke sekolah, aku melipatkan tanganku, menutup mataku,menekukkan lututku dan mintalah Tuhan mengambil alih memimpin hidup agar kita tak tersesat, karena mentari tidak sedang bertanya sudahkah kita bersyukur? Kasih Tuhan ibarat mentari yang tak pernah terlambat bersinar.

Hari ini, tepat pukul 06.00 pagi, aku dan ojek langgananku berangkat menuju ke sekolah. Aku berangkat lebih awal bukan karena lokasi sekolah jauh tetapi untuk menghindari kemacetan di jalan raya. Aku menaikkan diriku ke atas benda beroda dua itu, dan segera berangkat menuju sekolah. Dari rumah, kira-kira perlu waktu sekitar 10 menit perjalanan.

***

Sesampainya aku di depan gerbang sekolah, aku segera masuk ke dalam sekolahku. Hari ini masih kegiatan mpls. Aku kembali memasuki ruangan aula, tempat yang sama seperti hari sebelumnya. Namun kali ini aku dengan kelompokku ke bagian duduk di depan, karena perubahan posisi duduk.

Pukul 06.30 kegiatan mpls kembali di mulai. Masih sama dengan hari sebelumnya, kami mengawalinya dengan membaca doa dan di ikuti dengan sambutan-sambutan lainnya. Kemudian baru kami melaksanakan kegiatan pemahaman materi.

Pada materi kali ini dari setiap kelompok yang berada di ruangan, semua di suruh untuk menuliskan rangkuman materi yang di sampaikan. Setelah itu dari masing-masing kelompok menyediakan dua orang, dimana orang tersebut adalah satu laki-laki dan satu perempuan sebagai perwakilan untuk membacakan isi dari rangkuman yang telah mereka tulis. Kami di berikan waktu 15 menit untuk mendiskusikan hal tersebut.

"Gais ini siapa yang mau jadi perwakilan?" tanya Elsa.

"Yang perempuan kamu saja ya Nov," lanjutnya.

"Eh kok aku? Hmm baiklah, not problem," jawab Novariana.

"Kalo yang laki-laki mau siapa ini?" tanya Elsa kembali.

"Kamu saja Azriel," sahut laki-laki yang duduk di pojok sana.

"Oke," jawab Azriel.

Waktu 15 menit telah usai, saatnya dari masing-masing kelompok bersedia untuk membacakan hasil yang telah mereka diskusikan.

Kelompokku terpilih untuk membacakannya terlebih dahulu di bandingkan dengan kelompok lainnya. Aku mulai bangkit dari benda yang terbuat dari kayu dengan empat buah kaki. Aku bersiap untuk mulai membacakan sebuah tulisan dengan tinta berwarna hitam yang terdapat di atas kertas bergaris itu.

Aku tidak menyadari akan satu hal. Saat diriku membacakan, aku merasakan sesuatu yang dapat aku lihat dari sudut mata kecilku. Namun aku tidak menghiraukan hal tersebut, aku tetap melanjutkan sesuatu yang sedang aku lakukan.

Usai aku membacakan hasil rangkuman dari diskusi kelompokku, aku kembali menduduki bangku kayu berwarna coklat itu. Saat aku baru saja menjatuhkan diriku ke bangku tersebut, teman sebelahku mengatakan sesuatu.

RIZHANDRAOnde histórias criam vida. Descubra agora