Prolog

7.7K 445 16
                                    

PRANG!!

Suara nyaring itu membangunkan Yunhee yang tengah tertidur pulas. Gadis kecil itu menggeliat pelan dan samar-samar ia mendengar suara gaduh yang berasal dari ruang tamu. Perlahan ia membuka matanya dan terbangun.

Dengan mata setengah terpejam Yunhee beranjak dari tempat tidurnya. Gadis kecil itu melangkahkan kaki membuka pintu kamarnya dan lagi-lagi ia mendapati pemandangan yang sama. Malam ini bukan pertama kalinya ia melihat kedua orangtuanya saling adu mulut dan bertengkar dengan kekerasan.

Yunhee masih terdiam di ambang pintu. Ingin sekali kakinya melangkah dan menghentikan semuanya. Ia tak tega melihat ibunya yang jatuh tersungkur hingga hampir saja kepalanya terbentur lantai. Namun gadis itu tak punya daya, ia hanya gadis kecil yang baru berumur 7 tahun dan ia terlalu takut untuk mendekat. Ia takut jika ayahnya akan memukulnya dan memperlakukannya dengan kasar seperti saat ia berusaha menghentikan pertengkaran mereka waktu itu.

Mata gadis itu membulat saat tatapannya tak sengaja tertuju pada sebuah pisau yang kini ada di genggaman tangan ayahnya.

"Appa jangan!" Seru gadis itu. Dengan ragu ia memberanikan diri mendekat namun tatapan tajam ayahnya membuat nyalinya kembali menciut. Ia tak mampu melangkahkan kakinya lebih dekat lagi.

"Yunhee-ya! Kembali ke kamar!" Gertak lelaki itu dengan kilatan mata yang mengerikan.

Perlahan butiran bening itu membasahi pipi Yunhee. "Kumohon jangan sakiti eomma...."

"Appa bilang kembali ke kamar!" Lelaki itu semakin menaikkan suaranya dan melangkah mendekat ke arah Yunhee dengan sebuah pisau di genggamannya.

Yunhee menggeleng. Lelaki itu semakin geram dan kesabarannya mulai habis.

"Anak nakal!"

Ayah Yunhee menghembuskan napas berat dan melangkah semakin mendekat.

"Yaa! Jangan sakiti Yunhee!" Pekik Ibu Yunhee sambil berusaha menahan kaki suaminya itu.

Lelaki itu melirik ke arah Ibu Yunhee dan menepis tangan wanita itu dengan gerakan kakinya yang kasar.

"Yaa! Kau brengsek! Jangan sakiti putriku!"

Dengan susah payah wanita itu bangun dengan menahan sakit. Ia berusaha keras merebut pisau itu dari tangan suaminya yang kini sudah tak terkendali namun...

Jleb...

Wanita itu ambruk dengan kedua tangan yang memegang perutnya yang tertusuk pisau.

Lelaki itu terdiam dengan tubuh gemetar sementara pisau yang ada di genggamannya jatuh seketika. Ia lalu mengacak rambutnya kasar dan berteriak frustasi. Ia benar-benar tak sadar dengan apa yang sudah ia lakukan.

Yunhee masih terdiam membeku. Gadis itu terlalu shock dengan apa yang baru saja di dilihatnya. Ia masih tak percaya ayahnya begitu tega melakukan semua ini.

"Eomma...." Gadis itu kecil itu berlari menghampiri ibunya yang kini terbaring bersimbah darah sambil terus terisak.

"Eomma... kumohon bertahanlah.. kumohon jangan pergi..."

Wanita itu menyentuh pipi putrinya dan tersenyum. "Maafkan eomma... saranghae...," ucap wanita itu lemah dan tak lama matanya terpejam.

Tangis Yunhee semakin keras. Gadis itu memeluk tubuh ibunya dengan erat dan terus terisak.

"Eomma bangun!" Seru Yunhee sambil terus mengguncang-guncang tubuh ibunya. Gadis itu lalu mengusap air matanya dengan kasar dan kembali memeluk ibunya.

Setelah beberapa saat gadis itu melepas pelukannya dan beralih menatap ayahnya dengan tatapan dingin "Appa jahat! Appa sudah membuat eomma pergi! Aku benci Appa!"

"Appa benar-benar minta maaf...," sahut lelaki itu penuh penyesalan.

Yunhee menggeleng. "Appa jahat... hiks..."

Lelaki itu menundukkan kepalanya dan menyesali apa yang sudah ia lakukan. Ia bahkan masih tak percaya bagaimana bisa ia membunuh istrinya sendiri. Ia merasa benar-benar bodoh. Sangat bodoh.

Ayah Yunhee menatap putrinya yang terus menangis dan rasa bersalah itu semakin menyelimutinya. Tanpa pikir panjang lelaki itu meraih kembali pisau itu dan menusukannya pada perutnya.

Bruk!!

"Appa!!" Pekik Yunhee saat melihat ayahnya terjatuh dengan sebuah pisau yang menancap di perutnya. Gadis itu segera menghampiri ayahnya dengan air mata yang belum kering.

"Mianhae, jadilah anak yang baik ne.."

Lelaki itu mengusap lembut kepala Yunhee dan tak lama ia sudah tak sadarkan diri.

"Appa..."

Yunhee melangkah menjauh dan menangis histeris melihat keadaan kedua orangtuanya tergeletak tak berdaya dengan darah dimana-mana. Gadis itu duduk memeluk kakinya di sudut ruangan yang sunyi. Ia duduk sendiri dan terus menangis bersamaan dengan hujan yang turun semakin deras. Ia tak tahu apa yang harus ia lakukan lagi. Dan sejak malam itu Yunhee berubah.

***

Hello.. ini ff aku repost ulang ya. cast nya juga ada yang aku ganti. hehe... mian mian

semoga makin suka aja.


Oppa! Saranghae!Where stories live. Discover now